Khawatir

1.1K 200 17
                                    

"Kok lo lagi lo lagi sih?" remaja tinggi kelebihan kalsium itupun bertanya kesal.  Pasalnya yang ingin ia temui adalah Hwang Hyunjin, si memble yang telah berani mengusik daerah kekuasaannya dan membuatnya harus merasakan rugi, bukannya pria mungil yang sialnya cantik dengan rasi bintang di wajahnya yang syarat sekali akan dirinya yang berasal dari luar negeri.

"Emang lo mau ketemu siapa?" tanya Felix, pria yang dikatakan cantik dengan rasi bintang di wajahnya. Felix tak habis pikir, apa pria yang kelebihan kalsium di depannya ini tak memiliki pekerjaan lain sehingga hampir setiap hari datang ke apartemennya dengan Hyunjin hanya untuk menarik Hyunjin ke lapang yang telah ia sewa (setiap hari)  dan sparring sampai mati disana.

"Gue nyari si dower, bukan kerdil kayak lo."

"Gue gak nerima tamu yang kelebihan kalsium kayak lo." balas Felix kesal sembari melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar pada pintu apartemen yang ia tutup.

Lawan bicaranya hanya bisa me-rollingkan matanya malas disusul suara decakan yang kentara.  Dengan segera ia meninju pintu pintu apartemen, lebih tepatnya ke sisi kepala Felix membuat Felix terkejut bukan main.

"Lo dengerin yang jelas, gue nyari Hwang Hyunjin. Si kunyuk sialan yang berani-beraninya ngusik daerah kekuasaan gue sama gang nya yang sama kunyuknya. Jadi mending lo balik ke dalem apartemen dan tarik dia ke depan gue." ancam pria itu dengan suara beratnya, berharap mampu menggertak si mungil keras kepala di depannya ini.

"Loh, yang bikin masalah kan bukan Hyunjin doang terus kenapa lo cuma ngajak Hyunjin buat sparring?" si kecil berusaha membalas, tak memperlihatkan bahwa ia gentar.  Bahkan ia terlihat biasa saja, menatap pas kedalam manik hitam si pria yang tengah memposisikan diri mengukung Felix.

"Karena cuma si bangsat itu yang anak anak gue kenalin."

"What the–? Anak asuhan lo kurang gaul berarti kalo gak ngenalin Hyunjin's and the gang's. Lo mau kenalan sama anak-anaknya? Nih gue kasih kontaknya." balas Felix tenang. Tangannya merogoh ke dalam saku celananya, mengambil benda persegi yang tengah dibutuhkannya.

"Lo mau kontak yang mana? Si kecil manis, si bongsor, atau si anak emas atau siapa? Gue punya semua kontaknya." tanya Felix sembari sibuk menscroll kontak di layar ponselnya.

Yang ditanya mendecih, segera saja ia berdiri tegak dan menatap jengah Felix.

"Gue gak butuh kontak sampah."

"Ya terus ngapain lo masih disini? Pergi sana! Ngerusuh ditempat orang aja." ketus Felix sembari menatap nyalang pria jangkung tadi.

Lengan kanan pria jangkung itu menangkup kedua pipi Felix dengan kerasnya membuat yang ditangkup sedikit merasa kesakitan. Wajah si pelaku di dekatkannya pada wajah Felix, berusaha mengintimidasi Felix yang sedari tadi bersikap seadanya.

"Bocah, dengerin gue. Lo bilangin ke si bangsat Hyunjin kalo Lee Midam nunggu dia di lapangan." setelah mengatakan itu pria jangkung yang kini diketahui bernama Midam pun menghempaskan kepala Felix membuatnya terpelantuk pintu kayu apartemennya.

Namun secara tiba-tiba, pria bernama lengkap Lee Midam itu jatuh tersungkur akibat pukulan dari Hyunjin yang datang dengan emosi yang memuncak karena melihat pujaan hatinya diperlakukan secara kasar. 

"Gak perlu repot-repot buat nyampein, sekarang kita sparring sampe mati."

Dan itulah yang membuat Felix merasa gelisah saat ini.






•°•°•°

"Aw pelan-pelan Fel, sakit." keluh Hyunjin saat Felix mengobatinya secara kasar.

Felix sendiri mengabaikan keluh kesah Hyunjin dan memilih fokus mengobati Hyunjin meskipun jatuhnya membuat luka Hyunjin semakin sakit.

"Ahh!"

Lagi-lagi luka ditulang pipi Hyunjin mengalami tekanan yang lumayan kencang dari Felix, membuat luka itu semakin terasa perih dan sakit.

Merasa tak lagi tahan dengan sikap Felix, Hyunjin menahan pergerakan tangan Felix yang akan mengobati lagi luka di wajahnya. Ia bawa lengan Felix pada genggaman hangatnya membuat Felix akhirnya menatap kearah manik hitamnya.

"Kamu kenapa? Kalo ada yang beban, cerita aja." ucap Hyunjin sembari tersenyum hangat.

Manik hitamnya balas menatap manik coklat Felix yang kini berkaca-kaca. Dapat ia lihat bibir Felix yang kini bergetar, disusul liquid bening yang kini mulai menetes dari mata indahnya.

Felix menangis di depannya. Menangis meraung, melupakan image nya yang selalu ingin terlihat kalem. Hal ini tentu menimbulkan tanya dari pria Hwang yang berada di depannya.

Lengan Hyunjin yang kosong ia pakai menghapus air mata yang terus mengalir di wajah Felix. Sedikit terkekeh begitu melihat ingus di hidung Felix.

"Kamu kenapa? Ditanya kok nangis?" lagi Hyunjin melontarkan pertanyaan yang membuat tangis Felix semakin menjadi.

"Huaaaa! Hyunjin harusnya jangan berantem tadi! Hyunjin harusnya mikirin Felix yang khawatirin Hyunjin tadi! Felix takut Hyunjin kenapa-kenapa! Nanti kalo Hyunjin luka parah gimana?! Felix sedih pokoknya!" teriak Felix ditengah tangisannya membuat pria Hwang itu mengangguk mengerti.

Ia mengembangkan senyumnya lalu menarik wajah Felix agar terbenam di dadanya. Lengannya kini mengelus-elus surai lembut Felix, jangan lupakan bibirnya yang terus merapalkan kalimat penenang untuk Felix.

Tak dapat dipungkiri, hati Hyunjin terasa penuh mendengar curahan hati orang ter spesial di hidupnya yang begitu memikirkan tentang dirinya. Ia merasa disayangi dan dikasihi sehingga ia merasakan arti bahagia yang sesungguhnya.

Tak peduli bajunya yang mulai basah akan air mata dan ingus Felix. Pemuda Hwang itu justru tertawa senang mengingat alasan dibalik tangis Felix kali ini.





Sedikit note

Saya bingung dengan orang yang mengaku suci tapi malah merendahkan seseorang yang salah. Mungkin benar belok ataupun berbeda itu salah, dan saya juga tau itu. Namun bukannya merangkul, menegur secara halus dan membantu ke jalan yang benar, orang yang mengaku suci ini malah menghina, menjelekkan, dan menghasut semua orang. Disitu saya mikir kalian terlahir hanya untuk menjadi idiot. Wtf?! Saya berbeda, and so what?

Little Things -Hyunlix-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang