Lengah »1

1.3K 203 18
                                    

Hyunjin sadar, satu minggu ini ia benar-benar mengabaikan Felix. Bukan mengabaikan dalam artian ia tengah marah atau apapun, namun seminggu ini ia benar-benar disibukkan dengan latihan dance.

Latihan dance kali ini bukan sekedar latihan biasa, latihan ini dikhususkan untuk mengikuti perlombaan yang akan diselenggarakan nanti. Dan Hyunjin yang menjabat sebagai TOP di dalam ekskul dance membuatnya harus masuk kedalam tim inti perlombaan tanpa seleksi terlebih dahulu.

Ini juga tak mudah untuknya. Sungguh, ia sangat lelah. Mereka yang mengikuti ekstrakurikuler dance akan diberikan dispensasi saat jam KBM tengah berlangsung dan mewajibkan mereka berlatih dance untuk persiapan perlombaan.

"Gak nemenin Felix ke kantin lagi?" pertanyaan itu menyentak Hyunjin dari lamunannya. Membuat fokusnya kini teralihkan pada seniornya di sekolah sekaligus senior di ekstrakurikuler dance.

"Hah apa kak? Sorry, gue ngelamun tadi." tanya Hyunjin sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Park Jimin, senior yang tadi bertanya hanya bisa menghela nafas jengah sebelum akhirnya mengulangi kembali pertanyaannya.

"Gak nemenin Felix ke kantin lagi lo, dek?"

Ada jeda beberapa detik sebelum Hyunjin menjawabnya. Sementara itu Jimin hanya bisa menatap Hyunjin sembari menunggu jawaban dari juniornya itu.

"Enggak kak, bentar lagi kan sambung latihan. Gak enak kalo gue ijin." jelas Hyunjin sembari meneguk kembali sisa air minum dibotolnya.

"Kasian degem gue lo anggurin."

Hyunjin hanya bisa tertawa kecil mendengar celetukan seniornya ini. Mungkin saja seniornya ini masuk ke dalam barisan 'Bucin Felix in Hyundai'. Felix itu sangat terkenal di sekolah. Entah karena sikapnya, prestasinya, ataupun fisiknya yang memang menawan. Karena kelebihannyalah para seme beringas sekolah mengantri untuk mendapatkan seorang Lee Felix yang pada faktanya sama sekali tak berniat menatap mereka.

"Kalo punya pacar itu dijaga, jangan seenaknya ditinggalin. Harusnya lo sadar kalo setelah lo resmi jadi pacar dia, ngasih kabar itu udah jadi kewajiban. Lo juga harus inget perjuangan lo buat dapetin dia, karena serius yang mau sama dia itu banyak. Dan lo harusnya bersyukur terpilih jadi orang beruntung yang bisa ada disamping dia terus."

Setelah mengucapkan nasihatnya secara panjang lebar Jimin langsung saja pergi menghampiri salah satu anggota dance yang memintainya bantuan untuk mengajari gerakan dance.

Hyunjin termenung. Otaknya tengah berusaha menerima nasihat seniornya itu. Menerima lalu mengolahnya dengan benar. Dan setelahnya Hyunjin mengalami penerangan.

"Bener juga. Sesibuk-sibuknya gue harusnya tetep ngasih kabar."

"Latihan 5 menit lagi bakal disambung. Semuanya diharap prepare." Jung Hoseok yang mengambil jabatan sebagai ketua pun mulai menginformasikan kepada anggotanya tentang kegiatan yang akan mereka lanjutkan.

Sementara itu Hyunjin masih ditengah renungannya. Masih tidak sadar hingga seseorang menepuk pundaknya.

"Samperin bego, lo cowok. Jangan malu-maluin."

"Kak! Gue ijin dulu sebentar, panggilan alam." ijin Hyunjin berbohong lalu berlari terbirit-birit keluar tempat biasa mereka ekskul.









***

Tak ada yang bisa Felix lakukan kini. Ia hanya bisa terdiam di kantin mendengarkan bacotan teman-temannya tanpa niat ikut bergabung atau menimpali mereka. Makanan yang ia pesan pun tak ia sentuh sama sekali.

Ini sudah berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Penyebabnya siapa lagi jika bukan Hwang Hyunjin yang terhormat. Jika saja Hyunjin tidak sibuk hingga tak mampu meluangkan waktunya untuk membalas satupun pesan Felix ataupun mengangkat telepon darinya mungkin Felix tak akan sesulit ini

"Lix, naber lo? Nimbrung dong, diem aja." Jisung berucap sembari memukul pundak Felix pelan, berusaha menyadarkan temannya itu dari lamunannya.

"Hm." hanya itulah tanggapan Felix. Singkat, padat dan tidak jelas. Membuat teman-temannya mengernyit bingung.

"Si dower masih belum ngehubungin lo?"

Felix hanya diam. Tidak menanggapi sama sekali pertanyaan temannya itu. Namun meski begitu teman-temannya tahu, itulah sumber masalahnya.

Mereka menghela nafas kasar, merasa kesal, jengah, muak, dan marah pada pria bermarga Hwang yang dengan seenaknya menelantarkan Felix tanpa kabar. Jika bisa mereka akan menculik Hyunjin dan membuangnya ke kolam yang berisikan hiu peliharaan Suho.

"Lix, dipanggil Kak Jungkook tuh." ucap Seungmin sembari menyenggol lengan Felix.

"Mana?"

"Itu di pintu utara."

Mata Felix bergulir kearah pintu utara kantin, mencari sosok yang disebut temannya tadi.

Kak Jungkook.

Kakak tingkatnya yang gosipnya itu suka pada dirinya.

Ia berada di sana sembari menatap Felix dengan senyum lebarnya. Membuat Felix mau tak mau menghampiri Jungkook.

"Manggil gue kak?" tanya Felix begitu berada dihadapan Jungkook yang masih tersenyum manis, menampilkan gigi kelincinya yang lucu.

"Iya nih Fel."

"Ada apaan kak?"

"Enggak, manggil aja. Tiga hari gak ketemu kamu rasanya udah kangen aja."

Felix terdiam sebentar. Biasanya gombalan receh seperti ini ia abaikan, Namun sekarang entahlah. Otaknya tengah berpikir keras.

"Kok bisa kangen sih kak?"

"Namanya juga sayang, namanya juga cinta."

"Kalo sayang jadi kangen gitu?"

"Iya dek, gak ketemu sama kamu rasanya kesiksa banget."

"Kalo gak ketemu bawaannya suka pengen apa kak?"

"Pengen ketemu. Seenggaknya kontakan aja deh, tapi sayangnya kakak gak punya kontak kamu hehe."

"Ohh gitu. Tapi kok Hyunjin enggak ya?"

"Enggak apa?" tanya Jungkook  penasaran. Kan tumbenan Felix mau berbicara dengannya panjang lebar.

"Hyunjin pernah bilang sayang sama gue, cinta juga pernah. Tapi seminggu ini dia disibukin sama latihan lomba dan gak ada kontak gue sama sekali."

Jungkook tersenyum. Hyunjin lengah ternyata.

"Kalo gitu kamu tanyain sama dia dek, dia ngomong cintanya beneran dari hati atau sekedar di mulut?"

Felix terdiam. Saran Jungkook benar-benar menohok hatinya.

"Udah dulu ya dek, dipanggil sama temen nih. Yang penting udah ketemu, udah liat keadaan kamu juga, jadi kakak pergi dulu ya." pamit Jungkook sembari mengelus sayang surai Felix.

Sementara itu Felix masih termenung, memikirkan apa yang telah mereka bicarakan tadi. Hatinya terasa sakit saat otaknya menarik sebuah kesimpulan.

Jika Hyunjin memang tak benar-benar cinta padanya, lalu beberapa tahun ini Hyunjin anggap apa kebersamaan mereka?














»Note

Note chapter kemaren abaikan aja kalo bikin ga nyaman

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Things -Hyunlix-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang