Tentang kamu yang menarik namun mengulur.
Kamis, 23 Agustus 2018. Saat itulah kau datang ketika aku sedang bercengkrama dengan rasa bimbangku. Namun maaf, sebelum itu aku sudah terlebih dahulu mengagumimu. Ibarat sedikit permisi sudah kulayangkan untuk membuka jendela hatimu, namun kupikir itu gagal, kukurungkan niatku dan kujauhkan harapanku untuk melewati relativitas waktu denganmu.Namun pada hari itu, masih kuingat saat langit menuju senja kau datang tanpa permisi, aku berpikir bahwa kau mencoba untuk basa basi bukan untuk mendapatkan hati. Aku senang, namun juga bimbang. Aku mulai percaya bahwa kau memang sebegitu adanya, tidak dibuat dan tidak diralat. Kau begitu antusias untuk mengerti bagaimana adanya jalan ceritaku. Dari sini kuyakinkan dan kubangun kembali niatku yang saat itu sudah mulai runtuh. Aku bimbang, namun keputusan ini harus kubuat karena memang tak sejalan denganya.
Aku menjalaninya dengan santai dan tele tele. Suatu kesengajaan membuatmu tampak menunggu, karena bila kau sabar menunggu atas waktu, berarti kaulah wanita yang selama ini kutunggu dan sejalan dengan ceritaku.
Aku semakin yakin dengan kau yang seada adanya. Niatku yang waktu lampau telah runtuh, kini terbangun kembali karena kau yang sangat elegan untuk menariku. Hingga akhirnya ada rasa yang diam diam tumbuh, dalam dan sulit diutarakan. Aku mulai resah bilamana aku tak mengabarimu, aku juga resah bilamana kau tak mengabariku.
Terlamun. Tiba waktunya kau yang kemarin rasanya seperti hilang tersapu angin. Seperti ingin tapi tak ingin. Seperti berharap namun tak berniat. Semalam aku memikirkan apa yang harusnya tak kupikirkan. Aku berpikir apakah aku yang terlalu berproses dan tele tele?? Apakah aku salah bila hanya memastikan bahwa kau memang ingin melewati relativitas waktu denganku?? Entah, namun hanya ingin memastikan. Karena aku tau rasanya dipermainkan dan dijadikan pusat pelarian. Sedikit menyakitkan, namun banyak mengecewakan. Namun tetap kuyakinkan pada niatku bahwa kau yang akan melewati relativitas waktu denganku.
***
Jangan menarik kalau akhirnya melepas.
Jangan memberi harap kalau akhirnya tak bisa diharapkan.
Jangan memberi niat kalau akhirnya tak berniat.
Jangan membahagiakan kalau akhirnya mengecewakan.
Jangan membuka hati kalo akhirnya menutup.***