Chapter 2 : karena Jimi

9.5K 1K 34
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁


"Daniel!"

Laki-laki yang dipanggil namanya itu belum sepenuhnya berbalik saat tiga pukulan sekaligus mengenai wajahnya dan membuatnya tersungkur.

Otaknya belum sempat mencerna apa yang sedang terjadi, tapi melihat Yogas berdiri menjulang di depannya dengan tatapan beringas membuatnya paham pada situasi gila ini.

"Berdiri lo!"

Pelan-pelan di sekeliling mereka mulai dipenuhi eksistensi murid-murid lain. Ada yang diam-diam mengeluarkan kamera, bahkan membuat taruhan tentang siapa yang akan menang.

Daniel sudah berdiri, meski sedikit sempoyongan karena pukulan tadi jelas tidak main-main. Tapi dia tidak ingin terlihat seperti pengecut di depan Yogas.

"Gila lo!" maki Daniel.

Yogas maju lagi untuk memberikan hantaman pada anak itu. Dan Daniel tersungkur untuk kedua kali.

Sementara yang jadi penonton hanya bisa diam menyaksikan. Mereka hanya berani melakukan taruhan, tapi tidak ada yang sudi merelakan nyawanya untuk menghentikan kegilaan Yogas.

Percayalah, Kin Yogaswira bisa lebih gila dari yang orang lain kira.

Bahkan pernah di suatu ketika, Yogas nyaris dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat karena membuat seorang siswa dilarikan ke rumah sakit, Yogas membuatnya mengalami patah tulang rusuk dengan alasan yang sama seperti kenapa dia memukul Daniel saat ini.

Mereka bersumpah tidak ada yang bisa membuat Yogas menunduk takut bahkan orang tuanya sekalipun.

"Ini peringatan pertama dan terakhir buat lo, Niel," tegasnya. "Sekali lagi gua denger lo hina kakak gua, gua abisin lo."

Setelah membuang ludahnya ke sembarang arah, Yogas menyambar tasnya dan meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat. Mengabaikan Jose yang tiba-tiba datang dengan wajah panik.

Jose sempat dilema harus menyusul Yogas atau membantu Daniel lebih dulu. Tapi pada akhirnya dia memilih untuk menghampiri Daniel, sebab bisa lebih berbahaya kalau Daniel sampai memperpanjang masalah ini.

"Lo gak apa-apa?" Jose mengulurkan tangannya, membantu Daniel beranjak meski anak itu kelihatan kesal setengah mati.

Daniel adalah rekan satu timnya di klub sekolah. Bertemu setiap akhir pekan membuat mereka menjadi dekat secara alami. Paling tidak terlihat lebih baik ketimbang hubungan Yogas dengan orang lain. Karena sejak dulu, anak itu hanya mempunyai Jose sebagai temannya.

"Sakit, goblok!" sungutnya.

Jose menarik napas panjang.

"Gua minta maaf atas nama Yogas," ujarnya. "Tapi lo juga salah sih. Harusnya lo gak perlu nyinggung soal kakaknya, sama aja lo cari mati."

MY IDIOT BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang