Dia

122 9 0
                                    

"Za, kamu pernah dengar nggak cinta pandangan pertama."pertanyaan konyol apalagi yang dia katakan. "Zahwa."

"Cinta pandang pertama, mungkin itu sebuah filosofi yang membawa pertemuan dalam sebuah perpisahan"seketika buku setebal 5cm itu mendarat mulus dikepalaku. "Kenapa dilempar sih?ilmu tahu."

"Kamu itu orang teraneh yang pernah aku kenal, biasanya orang kalau dilempar pasti bilang aduh sakit, sakit tahu, atau yang lainnya tapi ini"

"Ilmu itu nggak boleh dilempar lempar kaya gitu."ucapku yang kembali fokus pada buku.

"Za, kok di cuekin sih. Jawab dulu pertanyaan aku tadi Zahwa."aku hanya heran padanya dia sungguh berbalik denganku. Dia lebih cerewet dariku dan orang yang mampu terbuka dalam segala hal termasuk Cinta. Berbeda denganku yang hanya sibuk dengan buku-buku tebal yang selalu aku baca. Sebenarnya aku masih berada dalam duniaku namun, aku lebih memahami karakter orang-orang yang dekat dengan Ananda maupun diriku. Aku hanya tidak bisa selepas saat Ananda bercerita tapi, sesekali aku selalu menceritakan kisah tentang pria yang aku kagumi (Ananda) namun, kurasa dia tidak akan mengerti dengan yang aku katakan padanya.

"Zahwa Narumi Ardila"teriakan itu membuatku melihatnya dengan tatapan tajam.

"Aku sudah bilangkan, kalau Cinta pandangan pertama itu hanyalah-"

"Za, aku merasa dia berbeda. Matanya, bibirnya, senyumnya bahkan ya Za. Kalau aku lihat dia, aku seperti melihat Yoona."

"Nggak sekalian, Lisa blackpink. Udah nggak usah mengkhayal, lihat realitanya aja."

"Yang suka ngayal itu Lu, aku heran setiap hari nulis nggak ada jenuhnya."

"Jenuh, ada. Karena rasa bosan itu cenderung selalu datang disaat kita ingin mempertahankan sesuatu yang tidak ingin di lepas. Yah, seperti ini. Ingin rasanya satu rak buku ini aku lemparkan ke kamu."

Aku memang sakit ketika bukan aku yang kamu sebut disetiap ceritamu. Aku hanya penonton dalam drama yang kamu buat dengan kisah-kisah romantis yang menjijikan. Aku lebih suka pertualangan dibandingkan kisah romantis yang berujung sakit dan kecewa. Namun, terkadang aku melihat jejak-jejak kecil tentang Cinta yang berakhir bahagia meskipun terkadang bahagia itu bukan bersama orang yang kita impikan.

"Nan, tidur"tanyaku ketika melihat dia sudah tidak bergerak. Beberapa saat kemudian dengkuran keras itu hanya membuatku tertawa. "Cinta pandangan pertama hanyalah rasa kekaguman saat kamu melihatnya, yang berujung penasaran dan akhirnya suka tapi, aku tidak yakin apakah akan tumbuh benih Cinta diantaranya."

Aku harap, kamu bisa menemukan cinta disana. Cinta pandangan pertamamu, dan sesungguhnya cinta bagimu"

🐢

Zahwa meninggalkan Lukas sendiri, matanya membuka. Dia melihat punggung Zahwa yang hilang dibalik tembok menuju dapur. Saat itu Lukas hanya bisa melihat Zahwa dari belakang. Mencerna kata-kata Zahwa yang baru saja dia katakan.

"Aku tidak mengerti Za, kamu itu apa untukku. Kadang kamu seperti adik, kakak, bahkan kamu bisa menjadi sosok ibu buatku. Tapi Za, Ananda nggak bisa melihat kamu sebagai seorang wanita di mata Nanda."gumannya.

Dia kembali memejamkan matanya mencoba untuk lepas dari perihnya kebodohan yang dia lakukan sendiri.

🐢

Aku masih terdiam melihat panci kosong yang ada didepanku. Aku berfikir, aku seperti air dan wanita itu seperi api, dia akan mampu menguapkan air dalam panci itu dan membawaku menghilang menjadi uap.

"Iya, nanti pancinya jadi bolong dan gosong"ucapan itu seketika membuat dia mengisi dengan air. "Ananda bukan panci Za, realitanya aja. "

"Nggak usah resek deh Mas, Zahwa lagi nggak mau ribut sama Mas."

"Za, mas tahu kamu suka sama Lukas. Tapi, Lukasnya mau nggak sama kamu"

Rasanya ingin kutampol dia pakai sendok sayur ditanganku. Jika, aku tidak ingat kalau dia itu adalah kakakku sendiri. Sayang aku tidak lupa, bahwa dia itu adalah kakakku.

"Jangan dibatin, aku tahu apa yang ada diisi otak lu. "Ucapnya berlalu pergi begitu saja.

Mungkin benar kata mas Zawan kalau aku tidak bisa memaksakan diriku untuk Ananda bisa mencintaiku. "Kenapa aku harus jatuh Cinta bila ujungnya rumit kaya gini?"

🐢

Dia adalah Ananda Lukas Apriyadi dia pria yang mampu membawaku keluar dalam mimpi dan mengenalkan aku pada dunia yang selalu aku anggap hanyalah monoton.

Sejak kepergian Ayah dan Bunda dia adalah orang yang mampu membawaku keluar pada kesunyian. Selain itu aku memiliki dua Kakak yang pengertian padaku. Zaki Nusantara Ardila dan saudara kembarku Zawan Nuno Ardila. Kakakku yang pertama tengah menikah dengan Bella Azizah Arita seorang wanita manis yang begitu ceria. Berbeda dengan kakakku yang kaku. Zawan tidak begitu kaku pikirannya pun rasional, dewasa, dan pengertian. Beda denganku, terkadang aku cerewet, kadang juga menyebalkan bahkan aku cenderung judes.

Hidupku selalu sama hanya berkhayal tentang hidup yang seutuhnya. Padahal aku adalah orang yang beruntung diantara ribuan orang diluar sana. Hingga aku lepas dalam hidupku yang itu-itu aja.

Ananda aku sampai lupa. Dia adalah pria yang mengajarkan aku banyak arti. Tentang harapan dan mimpiku selama ini meskipun mimpi itu telah pergi bersama luka yang ku kubur dalam-dalam. Dia tidak suka dipanggil Ananda, katanya mirip nama cewek. Dia lebih suka dipanggil Lukas tapi, bagiku tidak. Aku suka memanggil dia dengan nama depannya. Jika ditanya kenapa aku hanya bilang

Biar beda aja!

Rasanya saat bersamanya aku nyaman, rasa nyaman itu tiba-tiba mengubah menjadi sayang dan akupun jatuh Cinta padanya.

Tapi, cintaku hanya sebatas diam tanpa berbalas

Kini aku hanya bisa menjadi temannya, itu sudah buatku bahagia meskipun aku akan terluka jika terus menyembunyikan perasaanku untuknya. Dia yang selalu hadir disampingku selama ini dan dia juga yang membawaku keluar pada bayang-bayang masa lalu yang membuatku tak pernah beranjak pergi.

🐢

KhayalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang