OPERA | Duo

5.5K 744 38
                                    

A/n: tag yukk temen-temen kalian buat ikut bacaa♥

▪▪▪

Kening pria itu berkerut, kacama tebalnya sedikit ia jauhkan. Lantas ia lepas seraya memijat pangkal hidungnya. Ia rasa, kepalanya berdenyut ketika ia mendapat surat kabar. Sebuah pengeboman terjadi di salah satu teater yang berada di pusat kota.

Aroma maskulin tercium bersamaan dengan masuknya seorang laki-laki muda yang baru selesai mandi. "Maaf, Sir. Pengeboman lagi?" tanyanya menaruh curiga.

Pria yang dipanggil Sir itu mengangguk. "Kita pergi lima menit lagi!" ucapnya beranjak, memanaskan mobil yang akan dipakai menuju tempat kejadian.

Braga memakai hoodie berwarna abunya dengan cepat, dipadukan dengan jeans biru laut yang sobek bagian lutut kanannya. Setelah itu, ia mengambil sebuah kamera dan menyusul pria berkacamata tadi.

Tempat teater sudah dipenuhi orang-orang yang penasaran. Polisi sudah memasang garis kuning, para korban sudah dilarikan ke rumah sakit setengah jam yang lalu.

Braga mengalungkan id card -nya yang bertuliskan Private Investigator Assistant tanda ia legal memasuki kawasan yang diberi garis polisi.

Kepala Polisi itu menahan pria berkacamata, hingga pria itu mengeluarkan dompet dan menunjukan kartu identitas miliknya.

D. Dahlan
Private Investigator.

"Saya yang dipanggil pemilik teater untuk bekerjasama menyelidiki," ucap Dahlan menjabat tangan kepala polisi tersebut.

Braga mulai memotret tempat kejadian. Bau potasium kolorat menusuk penciumannya, ini mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Jika orang lain memerlukan labolatorium untuk itu, tapi Braga tidak, ia bisa mencium lalu mengenali senyawa aroma yang diciumnya.

Senyawa potasium kolorat dalam jumlah besar yang dicampur belerang, serbuk alumunium dan cahcoal, ia menuliskan bahan tersebut pada catatan kecilnya.

"Berapa jumlah korbannya, Sir?" tanya Braga pada David.

"Dua anak meninggal, delapan belas luka berat, tiga puluh luka ringan. Mereka semua sudah ditangani." David mengecek ponselnya yang sedaritadi bergetar.

"Apa ada kemungkinan terjadi pengeboman lagi?"

"Polisi sudah mengerahkan kekuatannya, kalau belum tertangkap. Kemungkinan dua hari kedepan akan ada lagi, tetap hati-hati. Kita belum tau motifnya."

Braga mengangguk lantas berkeliling, ia melepas sarung tangan karetnya lantas menyentuh lantai. Serbuk bening itu kini nampak, pecahan kaca yang cukup halus. Ternyata, selain bahan membuat bom yang tadi dicatatnya, peneror itu juga memasukan serbuk kaca.

Setelah merasa cukup, mereka kembali pada mobil. David mengendarainya santai, "kamu langsung ke rumah? Atau berkunjung di tempat baru saya?"

"Langsung saja, Sir. Mungkin lain kali saya mampir."

David mengiyakan, kadang ia kagum terhadap pemuda itu. Ia sangat pintar, meskipun tampilannya yang cukup berantakan, namun David akui, pesona Braga bisa meluluhkan siapapun.

Pria berkacamata itu menghentikan mobilnya di depan rumah Braga. Cowok itu turun setelah mengucapkan terimakasih.

"Braga!" panggil David ketika cowok itu hendak menutup pintu.

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang