"Mas?" aku menjulurkan kepalaku dari balik kulkas, memandang Mas Rian yang sedang duduk anteng di ruang TV apartemenku, dengan tangan kanan menggenggam stick PS, tangan kiri bermain dengan smartphone nya."Maaas"
Ia mendongak, lalu menoleh ke belakang, dengan muka polosnya kemudian menjawab, "Opo?"
"Makan di luar aja ya? Telurnya habis" aku tersenyum, mencari persetujuan
"Order aja deh. Nanti aku bayar"
Aku mengangguk mengiyakan, walau dalam hati sedikit mengumpat menyesali kebodohanku yang lupa beli telur dan chicken nugget. Bahan makan krusial buat anak kuliahan nggak bermodal.
Aku menyerahkan semua pilihan makanan pada Mas Rian. Setelah hampir setahun pacaran sama Mas Rian, makin kesini, Mas Rian makin bisa diandalkan. Aku termasuk tipe orang yang suka bingung untuk pilih makanan, awalnya memang Mas Rian suka bingung sendiri kalau tiap ditanya, aku bingung mau makan apa atau menjawab dengan kata 'terserah aja', tapi mungkin karena sudah terlalu sering dan dia capek sendiri, Mas Rian yang suka berinisiatif duluan untuk pesan menu makanannya.
Mas Rian kembali sibuk dengan FIFA 18 nya. Berhubung stik PS hanya ada satu, hanya Mas Rian yang main, sementara aku hanya duduk cantik bersandar di sebelahnya. Tapi ya memang kalau Mas Rian sudah ketemu game, semuanya dianggurin, termasuk aku.
"Mas"
Mas Rian gak menjawab.
"Mas"
"Hmm"
"Mas"
"Opo toh?"
Aku terkikih, "Nih aku ketemu artikel, judulnya '10 Question to Ask Your Partner in Order to Build Trust in Your Relationship' kamu mau aku tanyain gak?"
Mas Rian diam tidak menjawab, jarinya cepat bermain pada tombol-tombol di tangannya.
"Pertanyaan pertama, how close are you with your family? seberapa deket Mas Rian sama keluarga Mas Rian?"
"Hmm"
"Mas Rian seberapa deket sama keluarganya ih"
"Yaa deket. Kan keluarga"
"Iya, tapi kan jauh. Mas Rian banyak di Jakarta kalau pun lagi gak ada turnamen kan?"
"Iya sih" "Terus?"
"Yaa" ia menghela napas, "Ya kayak pacaran sama kamu aja. Gak ketemu tiap hari, tapi komunikasi terus. Aku ya kayak gitu juga ke Ibu. Kalau ada waktu libur panjang, ya pulang"
Aku mengangguk-angguk, "Tapi suka curhat juga gak?"
"Yaa kalau curhat ke kamu aja"
Sejujurnya aku tersipu dengan pernyataan Mas Rian yang kalau diartikan itu dia sudah memberi kepercayaan padaku untuk menjadi teman curhatnya. "Pertanyaan kedua, what do you find hard to talk about with me?"
"Maksudnya?"
"Hmm.. yang susah dibicarain gitu, topik yang kurang nyaman untuk dibahas sama aku gitu"
"Apa ya"
"Apa?"
"Gak ada"
"Kok gak ada?"
"Aku kalau sama kamu bisa ngomong apa aja"
"Ih masa gak ada?" aku beranjak dari bahunya, "kayak hal-hal tabu gitu Mas Rian gak pernah bahas? Kayak yang Cuma cowok-cowok gitu Mas Rian gak pernah bahas!"
"Emang kamu mau bahas gituan? Yang porno-porno gitu?" ia bertanya lagi, sudut bibirnya terangkat sedikit meledek
"Gak-gak-gak!"
"Nah yaudah"
"Kalau gitu what accomplishment are you most proud of?"
Ia meletakkan satu tangan di paha, sepertinya permainan sedang di-pause, ia menatap ke atas seakan berpikir, "Terakhir sih menang Malaysia Masters, tapi banyak sih. Tapi mungkin itu. Tapi masuk final Asian Games kemarin juga bisa"
"Hmm.. oke. Next question, what's your take on our relationship?"
"Hah? Maksudnya?"
"Ya kalau di Bahasa Indonesia-in sih... hubungan kita... mau di bawa kemana.. gitu.." aku memelankan suaraku, sedikit tersipu akan pertanyaan yang aku sendiri tanyakan pada Mas Rian.
"Ini daritadi pertanyaan opo sih? Kamu ngarang-ngarang aja ya?" Ia mendengus sambil tersenyum manis
"Ih enak aja! Ini beneran!" aku melotot, menunjukkan layar hp-ku padanya, menunjukkan artikel yang sedang kubaca.
"Kamu bohong kali modus doang ya minta dihalalin?"
"Iya, Mas Rian mau emang halalin aku?"
"Mau. Yuk"
YOU ARE READING
Adoring You (Rian Ardianto)
FanfictionStory compilation about Rian Ardianto x Readers! Mostly one shots ;) As usual, requests are welcome! And please remember this: This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products o...