Bertemu Kembali

355 39 11
                                    

Luz berdiri sendirian di depan foto mendiang sang adik. Sudah lima menit rasanya mata itu tak berkedip memandang potret lelaki pada bingkai, yang diketahui bernama Aikawa Mafuyu.

Mafu...

Ia masih belum percaya kalau adiknya sudah benar-benar pergi.

Tidak pernah terpikirkan hari di mana ia hanya bisa memandang sosok adiknya lewat potret yang pernah diabadikannya. Tidak pernah sekalipun Luz berpikir bahwa Mafu akan benar-benar meninggalkannya.

Senyum menawan yang biasa menghiasi wajah ramah sang dokter muda lenyap seutuhnya. Dadanya sesak bukan main, Luz masih belum siap. Ia bersyukur masih bisa menahan air mata kesedihannya di depan para tamu yang datang berbelasungkawa.

Seseorang menghampirinya, mengambil posisi di sisinya. Luz tetap acuh.

"Kau tahu..." Seseorang di sampingnya mulai bicara, Luz tetap bergeming, namun kini sadar siapa yang mendekatinya berkat suara khasnya itu. "dia tidak pernah menyalahkan segalanya padamu atau membencimu meskipun dia selalu mengomentari semua nasehatmu. Dia bersyukur kau masih menemaninya, bahkan sampai saat terakhir... Dia berdoa semoga kau cepat mendapatkan pendamping hidupmu dan meminta maaf karena tidak bisa menghadiri pesta pernikahanmu nanti. Mafu… selalu mendoakan yang terbaik untukmu."

Orang ini, yang tidak datang sejak adiknya jatuh koma, tidak, lebih lama dari itu, saat kondisinya mulai memburuk, saat dia tak mampu turun dari tempat tidur, saat Mafumafu mulai kesulitan untuk menggerakan anggota tubuhnya dan perlahan kehilangan ingatan miliknya hingga jatuh koma dan meninggal dunia.

Sebelumnya, adiknya itu selalu menanyakan keberadaan sang pemuda bersurai kelam ini.

"Hari ini, apakah Soraru-san datang, kak?"

Sampai ingatannya perlahan mengikis, tak lagi mengenali Luz, dan mata merah bulatnya hanya memandang langit rumah sakit kosong. Barulah ia berhenti menanyakan apakah pemuda Soraru ini menjenguknya hari ini.

Sekarang dia datang, menceramahinya seolah dia yang paling tahu tentang Mafu.

Saat Mafu sedang sekarat, ke mana saja dia?

Saat Mafu benar-benar membutuhkannya, bukankah pemuda ini seharusnya berada di sisi adiknya, menemaninya melewati masa sulitnya?

Luz ingin marah, tapi kesedihannya akibat kehilangan keluarganya jauhlah lebih besar. Meski ia sudah tau hal ini pasti akan terjadi—seberapa ia menolak kenyataan dan menanamkan "Mafumafu pasti sembuh" pada dirinya dan adiknya itu. Lagi-lagi, ia kehilangan anggota keluarganya karena sebab yang sama.

Bukan Mafumafu saja pasien pengidap kanker di rumah sakit tempatnya bekerja. Ada puluhan, dan beberapa dari mereka.... bernasib sama seperti adiknya. Ia tahu ia gagal. Luz sudah berusaha sekeras mungkin demi kesembuhan sang adik, tapi mungkin Tuhan terlalu menyayanginya makanya Ia mengambil Mafumafu di usia semuda sekarang.

"Dari mana kau tahu itu?"

"Dia... pernah mengatakannya padaku,” jawabnya pelan.

Seolah kau sudah tahu kau akan pergi. Dalam hati Luz tertawa miris. Jadi selama ini Mafumafu tak mempercayai perkataannya?

"Kau sendiri… apa kau tidak sedih? Kau baru saja kehilangan temanmu," Luz bertanya, matanya tetap menatap lurus pada bingkai besar di depannya.

"Tentu saja aku sedih. Tapi aku sudah berjanji padanya. Aku yakin dia tidak akan senang kalau tahu aku mengingkari janjiku."

Luz tidak tahu kapan mereka membuat janji seperti itu. Tidak, ia tidak tahu apa-apa tentang hubungan mereka.

"Begitupun denganmu, Sensei. Aku yakin Mafumafu juga tidak akan senang jika tahu kakaknya yang menurutnya sangat cerewet sedih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[SoraMafu] Yume HanabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang