So Damn

11 1 0
                                    

"Duh, siapa sih yang ngetuk pintu kenceng amat. Mana kepala gue pusing gini juga,"
Aku tergesa gesa membuka pintu disertai dengan wajah kusut ala bangun pagi.

"Hey, selamat pagi," sapanya ramah padaku

"Oh, kamu. Aku pikir tadi siapa," aku menguap tertahan. Jujur saja ini sangat pagi bagiku. Dan biasanya aku bangun jam 7 lewat beberapa menit. Dan sekarang? Ini bahkan belum jam 6.

"Aku ganggu banget yah datang sepagi ini ditempat kamu?," terlihat jelas sorotan matanya yang bersalah

Sejujurnya memang iya, tapi aku tidak mungkin mengatakan itu.

"Gak apa apa, lagian aku sudah bangun dari tadi," bullshit banget. Gak apa apalah yang penting perasaan orang terjaga.

"Aku mau ngajakin kamu jogging, gimana? Kamu bisa ?," katanya sambil menggandeng lenganku

"Ehhhm, gimana yah," aku masih berpikir untuk mencari jawaban yang tepat

"Ayolah, supaya kamu tau juga jalan jalan didaerah sini. Kamu mau kan?," dia menggoyang goyangkan lenganku berharap aku menyetujui ajakannya

"Yaudah, tunggu sebentar. Aku mau pakai sepatu dulu,"

"Okay, i'm still waiting," katanya sambil tersenyum lebar kearahku

*****

"Istirahat dulu yah," katanya sambil memegang kedua lututnya, ngos ngosan. Tidak berbeda jauh dengan kondisiku yang sekarang

"Iya," aku hanya mengiyakan ajakannya, keringat begitu membanjiri tubuh kami. Ini nih, akibat terlalu bersemangat berlari tadi

Aku memandangnya yang mengipasi wajahnya dengan kedua tanganku
'Mana mungkin bisa dingin kalau ngipasnya pake tangan, gak berasa', pikirku sambil terkekeh melihatnya

"Kenapa ketawa?," dahinya terlihat terangkat sambil memandangku aneh. Tapi aku hanya membalasnya dengan menggelengkan kepalaku

Aku mengedarkan pandanganku kesegala penjuru taman yang kami datangi, aku melihat ada toko yang sepertinya baru saja buka

"Aku kesana sebentar yah, kamu tunggu aja disini. Gak lama kok,"

"Oke," katanya sambil mengangkat jempolnya

Aku segera beranjak untuk membeli minuman untuknya, mungkin hanya sekitar 3 Menit aku sudah kembali dan menyerahkan satu botol minuman dingin padanya

"Thanks," ujarnya sambil berusaha membuka tutup botol itu, aku pun membantunya

"Setelah lari kita mau ngapain lagi?,"

"Langsung pulang aja,"

Kulihat wajahnya langsung cemburut, aku tertawa melihatnya

"Kenapa cemberut?, astaga," tawaku makin kencang

"Aku tadi mau ngajak kamu berenang dikolam belakang rumahku," aku bisa mendengar adanya nada kekecewaan dari suaranya. Tapi, mau gimana lagi aku juga punya urusan yang harus segera kuselesaikan

"Lain kali yah," aku berusaha menghiburnya.

"Iya, tapi kapan?,"

"Kurang tau. Tapi akan kuusahakan," aku berdiri untuk membuang botol bekas minuman kami berdua ditempat sampah yang hanya beberapa langkah dari tempat kami duduk

"Ayo pulang," panggilanku tidak digubris sama sekali. Aku mendekat kearahnya dan menarik kedua tangannya membantunya berdiri

"Kamu sibuk banget yah. Padahal aku ingin melakukan banyak hal denganmu. Sebelum kamu balik ke indonesia, kita harus punya banyak kenangan. Aku ingin makin akrab denganmu dan bisa menjadi teman dekatmu," jelasnya sambil terus memandang lurus kedepan. Aku menjadi pendengar yang baik

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOU ARE THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang