Prolog

47 7 2
                                    

Suara kaki itu menggema, beberapa tarikan nafas telah dihembuskan, keringatpun terlihat bercucuran didahinya. Ia kelelahan, badannya membungkuk untuk memberikan bantuan untuk nafasnya. Koridor ini terlihat sepi, bahkan pengunjungnya pun bisa dihitung dengan jari. Kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri, ia masih sangat lelah, ditambah dengan detak jantungnya yang berdetak dengan cepat. Namun, ia tetap tak menemukan apa yang ia cari.

Krieett....

Pintu disebelahnya terbuka, menampakkan seorang dokter muda yang terlihat acak-acakan, dokter itu terlihat sedang menggaruk kepalanya, raut khawatirpun terpancar, sekali-kali ia menggosok hidungnya dengan tangan yang dibalut dengan sarung tangan.

"Halo Pak Dokter, apakah anda melayani kamar nomor XX?" tanyanya pada dokter muda itu. "Hmmm, iya. Pasti anda adalah teman dari ananda Rowenna, Mr. Edward, is that right?" Balas dokter muda itu dengan senyumnya yang dipaksakan. "Ah, benar Pak, saya Edward. Ehm, bolehkah saya masuk pak?" Tanya pria itu, Edward. Dokter muda itu berjengit, tampaknya ia habis melamun. "Oh, tentu. Silahkan masuk, pasti ananda Rowenna senang saat mengetahui temannya datang" jawab dokter muda itu seraya berdeham. "Baiklah, saya pergi dulu, ada pasien lain yang membutuhkan saya, this is my card, call me if something happens. See you then" ucap doktor itu dengan tenang, lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Rowenna? Are you there? We've been waiting for you, so let's come back to our beloved home, mom and dad are waiting, this is the last day right?" Tanya Edward dengan lembut. Senyuman senantiasa terlekat pada wajahnya. Kebahagiaan yang tersirat. Tapi tak lama kemudian terdengar bunyi pecahan kaca yang membuat Edward menutup kencang telinganya

"My mom and dad are dead! I have nothing! Get away from here, get out, get out! Nobody waits for me, nobody wants me, this isn't the last day! Apakah dokter sialan itu tak memberitahumu? Dasar dokter pengecut! Enyahlah kau!" Perempuan itu, Rowenna, menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Edward. Ia sungguh tak bisa mengontrol emosinya, sumpah serapah yang ingin diucapkannya terhenti. Kepalanya menengok kebawah.

Borgol.

Rowenna menatap nanar tangannya. Sebuah borgol. Rowenna melemaskan badannya, mencoba untuk tenang, berusaha melawan emosi membludak nya. Lalu, ia kembali menatap Edward yang berada didepannya. Lantas ia bertanya "Untuk apa kemari? Tak biasanya kau kemari, dan apa-apaan dengan keringat itu? Adakah sesuatu yang sangat penting hingga kau datang kemari? Keluargamu ingin menjadikanku seorang budak lagi? Atau, sesuatu yang lebih buruk?". Mendengar hal itu, Edward tertawa, "Hahahaha, kau bercanda? Bukankah keluargaku tak pernah berbuat seperti itu? Apakah kau lupa dengan ciuman mom dan pelukan dad? Bukankah kau sudah dianggap sebagai anak mom dan dad?"

"Pembohong"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DesperateWhere stories live. Discover now