Naruto baru saja ingin mengeluarkan dessert eaglenya hanya karena pernyataan wanita didepannya yang terbaring tak sadarkan diri ini. Berpura-pura pingsan dihadapannya tidak akan membuatnya menahan diri untuk melesatkan timas panas dari dessert eagle-nya.
Si itik jelek ini benar-benar tak takut mati. Pikirnya dirinya bercanda saat mengacungkan pistolnya.
Flasback off.....
'Tapi.... ini bagus..... si itik buruk rupa ini tidak akan lolos dari cengkraman Naruto' inner licik Sara tertawa nista mendapati dirinya diuntungkan dalam situasi ini secara tidak langsung.
"Boss.... kalau juniornya takut di suntik ya suudah..... masih ada pil penghilang rasa sakit"
What the fuck.....!!! Sejauh mana pragmatis wanita ini berimajinasi liar tentang juniornya.
Didalam sebuah mall yang secara khusus menjual pakaian dalam wanita ini terjadi sebuah Perkelahian antara Naruto dan Hinata yang menjadi sorotan dan tak ingin ditinggalkan momennya. Tidakkah hal ini menghilangkan etiket hubungan antara boss dan pegawainya. Mereka berdua sama-sama tenggelam dalam amarah dan mengabaikan gunjingan disekitarnya.
Saat emosi meluap, otak terbakar dan ikut terseret kedalam aura panas. Rasa rasionalitas tenggelam disaat emosi melonjak pesat.
"Kau tahu aku adalah Namikaze Naruto, satu-satunya pewaris Nami-Uzu yang mampu melakukan apa saja dengan kekuasaan-ku dan itu termasuk mengirim itik buruk rupa seperti-mu ke alam baka" Naruto terkuras emosi hingga meninggikan kekuasaannya dan kebesarannya sebagai pria yang sangat berpengaruh didunia bisnis. Well, bagi Hinata peringatan itu hanya angin lalu.
Hey...!! Mungkin sekarang ini hidup Hinata terlunta-lunta, tapi dulu dia adalah seorang tuan putri yang sangat dilindungi dengan kekuasaan yang kuat dan ketat. Jadi Mana mungkin dia terkejut dengan ancaman itu.
Naruto selalu berhasil dibuat murka dengan mudahnya oleh tabiat ogah-ogahan Hinata dan entah kenapa sikap itu menguras emosinya. Padahal Biasanya orang lain akan bertekuk lutut dan ketakutan padanya jika mendengarnya. Tapi, wanita jelek ini.
Plak...!!!!
Satu tamparan Naruto layangkan dengan kerasnya hingga keheningan terpecah oleh decakan suara tamparan itu.
Hinata sampai berpaling wajah mengikuti arah tamparan tangan kekar boss-nya. Tangan mungilnya memegang perih bekas tamparan Naruto.
Kepalanya tertunduk. Rambutnya menghalau sebagian wajahnya dalam posisi samping itu. Hinata masih terdiam meresapi rasa perih yang memerah bekas lima jari itu.
Menyaksikan kebungkaman asisten-nya. Naruto merasa puas 'wanita itu sudah paham rupanya'.
Senyum sinis menguntai dibibir tipisnya. Dia membiaskan kepuasan walau tidak semaksimal yang diinginkannya dan Sapphire birunya tetap menyorot dingin.
Hinata menurunkan tangannya dari pipinya. Dia menutup maniknya sejenak lalu menghembuskan napas panjang setelahnya.
Yah!! Sekarang dia tidak perlu berbicara untuk menakuti orang lain. Dia hanya perlu menampakan wajah dinginnya, dan hal itu sudah cukup meremat garing bulu kuduk mereka. Tetap cool down.
Jika dia adalah Hinata yang dulu maka sudah pasti lelehan air mata akan membasuh wajahnya. Akan tetapi dia adalah Hinata yang telah melalui banyak kepahitan dalam hidup, tamparan itu memang perih tapi tidak cukup perih sampai harus mengeluarkan air mata berharganya.
Sial!! Kali ini Naruto harus menelan rasa pahit karena dicueki Atau mungkin si itik buruk rupa itu telah sadar bahwa betapa menakutknnya dirinya. Tetapi tetap saja, Naruto kecewa dengan respon mengejutkan dari Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
l'M A STRONG WOMAN
FanfictionBagaimana perasaanmu saat sebulan sebelum hari pernikahan-mu tiba kamu memergoki calon suami-mu sedang bercumbu dengan sahabat dekat-mu, bahkan kau sudah menganggap-nya seperti saudari sendiri. sakitkah?.......... menggelikankah?.......... memuakank...