BAB III A DAY WITH YOU

258 25 8
                                    

"Karena bagiku, semuanya tampak palsu. Kecuali kamu"
******

"Ini dimana Dhim?", tanya Aluna saat Dhimas membawanya ke suatu tebing dengan sebuah pohon rindang dan batang pohon yang sepertinya memang ditebang untuk dijadikan tempat duduk.

"Ini namanya Tebing Cinta, Lun. Sudah lama aku ingin kesini, tapi aku tidak punya teman yang cocok untukku ajak. Dan kupikir kamulah yang cocok untuk kuajak kesini",jawab Dhimas yang masih fokus memarkirkan mobilnya dengan tenang.

Aku? Kenapa aku? Bukankah dia punya kekasih?

Tanpa sadar Aluna terhenyak menatap Dhimas dari samping. Dhimas yang mengetahui Aluna tengah menatapnya dengan bingung melemparkan senyumannya.

"Ayo turun, akan lebih enak ngobrol di bawah pohon rindang itu",ajaknya lalu keluar dari mobil dan diikuti oleh Aluna.

Keduanya berjalan selaras menuju batang pohon yang melintang dibawah pohon tersebut. Aluna memperhatikan Dhimas yang memejamkan mata seraya menghirup udara segar disana. Tampak sangat menikmati. Yaa, Aluna akui tempat itu memang menyejukan dan bisa membuat siapapun yang datang kesana melepas penat.

"Segar sekali udaranya",gumam Dhimas.

Aluna salah tingkah ketika Dhimas menoleh ke arahnya dengan tiba-tiba dengan senyumnya yang sempurna.

"Kenapa?",tanya Aluna.

"Tidak apa-apa. Kamu suka tempat ini?",tanya Dhimas.

Aluna mengangguk kaku.

"Suka",ucapnya.

Dhimas kembali tersenyum. "Syukurlah kalau kamu suka",ujarnya.

"Kenapa kamu mengajak aku ke tempat ini?",tanya Aluna penasaran.

"Tadi aku sudah menyebut nama tebing ini bukan? Namanya adalah Tebing Cinta. Sesuai namanya, biasanya orang-orang yang datang kesini adalah sepasang kekasih yang ingin kisah cintanya berakhir bahagia",jalasnya.

Tapi itu bukan jawaban dari pertanyaanku, pikir Aluna.

"Lalu kenapa kamu tidak mengajak kekasihmu saja? Bukankah kamu punya kekasih yang cantik?", tanya Aluna.

"Ya.. dia memang kekasihku. Dia memang cantik, tapi entahlah, aku merasa kehidupan kami tidak bisa berjalan seiring. Dia tidak suka tempat-tempat seperti ini, ia lebih suka kuajak ke tempat yang ramai. Dan aku tidak terlalu menyukai tempat-tempat seperti itu", jawabnya.

"Lalu kenapa aku?", tanya Aluna.

Dhimas menatapnya lalu mengangkat bahunya.

"Entahlah, aku juga tidak tau kenapa. Tapi kamu berbeda Aluna",jawabnya.

Aluna menatap Dhimas mendengar jawaban pria itu. Lelaki itu terlihat merenung dengan rambut yang tertiup angin membuatnya berantakan tetapi justru semakin terlihat tampan. Sontak wajah Aluna merona menyadari dihadapannya tengah duduk seseorang yang sudah cukup lama ia perhatikan. Rasanya seperti mimpi.

"Apanya yang terlihat berbeda?", tanya Aluna mengejar jawaban detail dari Dhimas.

Dhimas kembali memperhatikan penampilan Aluna dengan lebih teliti. Lelaki itu terkekeh.

"Kamu itu polos dan lugu. Hanya kamu yang benar-benar tampak tulus dari semua orang-orang di kampus. Dan ternyata pemikiranku benar. Kamu memang lugu, polos dan tulus. Aku lelah dengan orang-orang yang hobinya membual. Aku tidak mau mengajak orang seperti itu ke tempat seindah ini. Karena bagiku semuanya palsu, kecuali kamu",jelasnya.

Entah kenapa Aluna merasa diperlakukan dengan sangat baik dan istimewa oleh Dhimas. Hatinya bergetar ketika lelaki dihadapannya mengucapkan kalimat yang membuatnya tidak merasa buruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Heartbroken Song [Exclusive at Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang