sembilan

455 77 0
                                    












Setelah memasuki semester baru, Woojin dan Sohye kini tidak seperti biasanya. Keduanya kini semakin sibuk dengan kuliah dan organisasinya, seakan melupakan hubungan mereka.

Biasanya sesibuk apapun, Sohye dan Woojin tetap akan menyempatkan untuk makan siang bersama atau pulang bersama jika waktu masih sore, walau pun fakultas mereka berbeda, jadwal kuliah berbeda dan aktivitas organisasi mereka pun berbeda. Tapi kali ini mereka benar-benar minim komunikasi.

Komunikasi via online pun mereka jarang. Sekali pun mereka menyempatkan untuk mengirim pesan singkat, namun kali ini pesan yang mereka kirimkan bisa dihitung jari —mungkin hanya satu pesan dalam seminggu.

Setelah lebih dari seminggu mereka tidak saling komunikasi, Sohye merasa tidak tahan. Setelah jadwal kuliahnya selesai, sore itu Sohye sengaja datang ke gedung olahraga. Sohye masih ingat, hari itu adalah hari biasa dimana Woojin latihan futsal.

"Haaii.." Sohye menyapa semua teman-teman Woojin yang sedang berkumpul, istirahat. Mereka baru saja menyelesaikan latihannya.

"Eh Sohye, kemana aja nih? Jarang keliatan."

"Kayaknya sibuk banget. Si buluk galau mulu nih ga ketemu lo!"

"Iya nih, hehe... Oh ya, ini ada cemilan buat kalian."

Sohye menyerahkan bungkusan di tangannya yang langsung disambut suka cita oleh teman-teman Woojin dan Woojin juga ikut berebut makanan dengan yang lain.

"Sini Hye duduk!" Woojin sedikit menggeser tubuhnya —menyuruh Sohye untuk duduk di sampingnya setelah dia mendapatkan sebungkus snack.

Dengan raut bingungnya, Sohye pun menuruti perintah Woojin.

Woojin kok kayaknya biasa aja sih? Kayak ga ada masalah. Apa karena di depan teman-temannya dia begini?

"Kamu masih lama ga?" Sohye pun mencoba turut bersikap biasa.

"Ga tau. Mau makan dulu bareng mereka kayaknya. Kenapa?"

"Hari ini pulang bareng yuk?!"

"Kamu pulang duluan aja. Aku mau pergi sama mereka, kayaknya bakal pulang malem."

Oke. Sekarang Sohye dapat satu hal yang tidak biasa dari Woojin. Biasanya setelah futsal, Woojin akan mengajak Sohye langsung pulang dan akan menolak ajakan dari teman-temannya. Karena menurut Woojin sendiri, pergi dengan teman-temannya itu cuma nongkrong tidak jelas.

Sebenarnya Sohye kesal mendengar Woojin yang memilih nongkrong tidak jelas dengan teman-temannya daripada menyelesaikan masalah dengannya. Rasanya seperti mendengar bahwa Woojin memang tidak ingin bertemu dengan Sohye. Tapi tidak mungkin juga Sohye meluapkan kekesalannya di depan teman-teman Woojin.

"Ya udah terserah kamu. Tapi pulangnya jangan terlalu malem. Jangan ngerokok juga! Aku pulang duluan!" tegas Sohye.

Sohye berdiri dan pamit kepada teman-teman Woojin sebelum benar-benar meninggalkan gedung olahraga.

Setelah keluar dari gedung olahraga, masih belum terlalu jauh dengan perasaan kesal, marah, sekaligus rindunya, Sohye merogoh tasnya, mengambil ponselnya.

Dengan tangannya yang bergetar, ia mengetikkan pesan cukup panjang —tentunya untuk Woojin. Jangan lupakan air mata yang perlahan membasahi pipi Sohye ditengah-tengah mengetik pesan.

Tanpa ragu Sohye mengirimkan pesan panjangnya. Tubuhnya yang menyandar pada dinding pun seketika merosot setelah kembali mengunci layar ponselnya.

Kini Sohye berjongkok, menenggelamkan wajahnya sambil memeluk kakinya. Bukan hanya tangannya saja yang kini bergetar, tubuhnya pun bergetar. Sohye meredam suara tangisnya diantara kedua lututnya.

Apa yang Sohye rasakan sekarang justru terasa lebih menyakitkan dibandingkan sebelumnya —tidak bertemu dengan Woojin. Hubungan keduanya yang sekarang tak menentu sekaligus diabaikan oleh Woojin, membuat Sohye merasa sangat bersalah.

"Hey..."

Tangis Sohye kemudian mereda setelah dirinya mendengar suara berat dan tepukan pelan di lengannya.

Perlahan Sohye mengadahkan kepalanya sambil menghapus jejak air mata di pipinya hanya untuk melihat sosok yang memanggilnya.

"Mbak kenapa? Mbak baik-baik aja kan?"

Sohye segera berdiri, ia cukup malu sudah menangis di tempat umum. "Ah, iya.. saya gapapa kok," ucap Sohye seraya tersenyum.

Sohye pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Namun belum sempat ia melangkah, panggilan masuk di ponselnya membuat Sohye mengurungkan niatnya.
















OPPA!
heavenable | 2018

OPPA! ; pwj-kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang