2

12 0 0
                                    

Ketukan sepatu sudah terdengar perlahan-lahan suasana kelas mulai senyap.
"Good morning, baikla seperti kita sepakati hari ini kita akan ada kuis"
Yaa seperti itula jika dosen akuntansi jika masuk kelas mendadak sunyi. Siapa yang tidak gentar melihat dosen berlipstik merah berkacamata tebal, bermata tajam dan bemulut pedas. Beliau sudah terkenal dengan ciri berikut dan satu lagi hemat nilai lebih tepatnya pelit nilai dia tidak akan segan segan memberi nila E jika di dalam kelasnya mendapatkan siswa yang tidak fokus dalam mengerjakan kuisnya. Maka disinila gue duduk tegak, mulut terkunci dan otak berkerja keras untuk mendapatkan jawaban.

Akhirnya, jam sidosen kiler selesai oke saatnya kekantin sebelum itu gue membuka group chat dari 4 mewi
"Boraa lo dimana?"
"Gabisa pc apalo?" Balas ara
"Males chat dia tenggelam"
"Gue dikantin fakultas gue" balas bora
"Otw bor"
"Cepat lo gue siap ini ada kelas lagi"
Baru gue mau balas
Brukkk
"Awww jalan hati hati dong ma jangan main hp dong"
"Eh maaf, eh qira maaf ga sengaja"
"Yaudh gue maafi lain kali hati hatiya" baru gue ingin menjawan tiba tiba seorang pria yang amat sangat gue suka lari sambil ngos ngosan.
Lalu dia menghampiri cewe didepan gue yang gue namanya qira senior gue dulu dan teman atau lebih dari teman bagi seorang willy. Lalu willy menatap baju qira yang terkena juice tumpahan
Tadi yang adalah penyebabnya gue. Lalu willy menatap gue dengan tajam
"Mata itu dipake, enak ajalo main nabrak aja"
"Udah wil gue gapapa kok, maafya calma, perkataan willy yang kasar begitu"
"Oo..h gapapa kok qira, gue juga yang salah"
"Bagus lo sadar" lalu willy menarik tangan qira dengan paksa
"Calma kita duluanya"
Gue tersenyum, senyum masam lebih tepatnya.  Jadi siapa yang tidak kenal dengan qira cewek cantik berkulit kuning langsat, berwajah cantik, anggun, baik, supel, adiknya dari revan stephanus si president mahasiswa dan dekat dengan 2 lelaki tampan willy dan yasa. Jadi siapa yang tidak mengenal qira? Sigadis sempurna dan pujaan hati willy.
"Woiiii"
Astaga hampir aja jantung gue mau keluar dari tempatnya, gue liat disamping wah sigesrek bora. Gue tatap tajam dia cuman cengegesan lalu dia tarik tangan gue untuk duduk disalah satu meja kantin. Lalu dia memesan setelah pesanan datang gue langsung makan gue lirik bora dia hanya menatap gue dengan mengacukan 3 jari tangannya hingga berbentuk "W" semboyan untuk topik tentang willy yang gue tahu kalo dia lihat kejadian yang tadi. Sial, gue gabisa ngelak kalo sudah berhubungan dengan 4 mewi terutama bora sikutu kupret sejati yang kebetulan seuniversitas dengan gue. Jadi bora adalah salah satu dari personil mewi yang paling tidak suka dengan willy karena, dia yang paling sering lihat gue kalau berinterkasi dengan willy dia juga yang selalu pertama tau cerita terbaru gue tentang willy bukan berarti personil lainnya tidak tahu cuman sigesrek bora yang sering pertama gue ceritai mungkin karena dia yang dekat rumah gue dan sekampus.

setelah gue udah menceritakan
Segala cerita tentang willy kepada bora si super kepo jadi kami memutuskan untuk ke kafe yang disana 4 mewi sudah berkumpul. Gue langsung duduk mesan lalu setelah pesanan datang gue makan dan setelah kenyang baru gue bisa bergabung dengan mak mak rumpi disamping gue. Mereka semua tau gue gak bakal konsen dengar cerita mereka kalo perut gak ter isi full.
"Lo tau gak bor kemarin dia hampir aja mau nyata.."
"Siapa?"
Lalu gue mendapatkan tatapan mematikan dari flora dan gue nyengir aja
"Lo diam aja deh di otaklo kan hanya ada willy"
Gue nyengir aja, dan diam menyimak pembicaraan flora dan bora. Bosan mendegar pembicaraan tentang orang yang tidak gue kenal, gue ngelirik kanan kiri dan tanpa sengaja mata gue berhenti ke hp ara yang terdapat notif dari revan, hmmm who evan? Gue lirik ara yang sedang fokus kepada laptopnya
"Ehem" lalu gue diberi tatapan serta alis yang terangkat dari ara. Tanpa basa basi gue bertanya
"Who evan?"
"Oh evan itu evan stephanus dia itu tem.."
"EVAN STEPHANUS?!"Teriak dua orang bedebah disamping gue. Gue hanya dapat mengusap telinga hanya karena suara mereka. gue lirik kanan kiri banyak orang yang sudah melihat kami dan seperti biasa itu sudah biasa gue dapat jika bergabung dengan 4 mewi ini
"Hmmm" jawab ara
"Lo lagi dekat sama evan stephanus?!"
"Gak flo yaampun mulutlo amit-amit, dia teman abang gue"
"Trus kenapa dia chat elo?"
"Abang gue lagi pertukaran mahasiswa, jadi buku abang yang gue butuh ada sama evan ya dia hanya ngantar itu aja elah, heboh amat deh"
"Ohh awas ajalo gacerita-cerita"
"Yaampun bahkan cd yang sekarang gue pake lo mungkin semua pada tau warnanya apa"
"Hahahahahahah" kami tertawa

Setelah selesai dari pertemuan dengan 4 mewi gue dan bora ditinggal oleh dua cecuguk itu. Kami masih dikafe sampai langit mulai menggelap kami bergegas ingin pulang selama perjalanan gue menutup mata lelah seharian. Tidak lama kemudian suara dering telfon bora berbunyi, bora mengangkat telfonnya. Gue lirik dia gue mananyakan siapa dengan geralan mulut dia menjawab juga dengan gerakan mulut bahwa itu mamanya. Selesai bertelfonan dengan mamanya, bora terdiam sebentar dan dengan muka sedih dia berkata mamanya sedang ada dirumah neneknya, bora diminta agar kesana ada urusan keluarga , karena rumah nenek bora dan rumah gue tidak searah bora tidak bisa mengantar gue jadi disinila gue dihalte bus menunggu bus atau taksi yang lewat, malah batrai gue low lagi. Bosan dengan menunggu gue memtuskan untuk berjalan dipinggir jalan sambil bersenandung. Tak lama kemudian tiba-tiba ada sorot lampu mobil yang mengarah ke gue dan berhenti didepan gue
"Eh calmaa" sapa seseorang setelah membuka kaca mobil tersebut
" eh hai qira"
"Lo kok jalan kaki? Masuk gih kita kan searah"
"Gapapanih?" Mata gue berbinar ya kali jalan kaki, chapek deh gue
"Naik aja kali"
Disaat gue membuka pintu penumpang gue tekejut setengah mati ternyata ada yang duduk dikursi penumpang disamping gue dan kalian tahu siapa? Yaa dia willy siganteng teknik. Dan ternyata dikursi ngemudi diduduki oleh yasa yang namanya gue tahu dari hasil stalk gue.

Selama perjalanan gue hanya diam aja, perjalanan ini didominasi oleh qira dan yasa sesekali gue juga menjawab pertanyaan dari qira sedangkan orang disamping gue diam dengan melipat tangan di dada memandang datar ke arah yasa dan qira. Baikla ini bukan rahasia umum lagi bahwa yasa dan willy menyukai satu gadis yang sama yaitu qira. Gue hanya tersenyum masam, dan juga bukan rahasia unum lagi jika gue menyukai lelaki disamping gue ini. Gue jamin seratus persen dia juga pasti tau. Disaat gue asik asik melihat willy, willy juga melihat ke arah gue mata kami bertubrukan.
"Ngapain lo liat-liat? Ganjen amat lo!"
Hati gue mencelos, apa juga gue bilang dia pasti tau gue suka dia, kalau tidak, mana mungkin dia bisa berkata begitu kegue, Ganjen? Apaan coba? lihat doang dibilang ganjen. Gue hanya diam membuang muka. Qira sempat menoleh lalu hendak bicara tapi yasa menatap qira seperti memberi isyarat agar diam saja. Mungkin agar tidak terjadi keributan.

Tidak lama kemudian mobil yang gue tumpangi berhenti dirumah minimalis bercat putih gading, lalu gue turun dan mengucapkan terimakasih kepada yasa dan qira, disaat gue menatap willy dia berkata
"Udah sana masuklo, ribet amat"
Jlebb, gue tersenyum baikla calma ini sudah biasa lo hadapi bahkan sudah 5 tahun. Lalu gue tersenyum lagi dan masuk kedalam rumah dan mengunci pintu kembali



















Warning:
Typo bersebaran😅
Beri aku vote dong biar semangat hehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang