"Yuju-ya, bagaimana jika kau ajak saja dia ke toko buku bersama kita besok?" Ucap Seolbin, teman sekelasku. Aku yang sibuk mencomot sebatang coklat otomatis terhenti saat mendengar perkataannya. Mataku beralih menatapnya dan mengerutkan keningku tanda tak mengerti. Seakan Seolbin mengetahui bahwa aku tak mengerti maksudnya, Seolbib melanjutkan "maksudku, coba pikirkan, saat ke toko buku besok aku akan mengajak Vernon untuk menemaniku. Lalu kau? Waahh apa kau ingin menjadi obat nyamuk nanti? Ajak saja dia"
"Dia siapa?" Aku membalasnya dengan malas bertingkah seperti tak mengerti kata 'dia' yang dimaksud SeolBin. Aku meringis sambil mengusap kepalaku saat terkena jitakan khas Seolbin yang membuat kepalaku terbentur kaca bis yang kunaiki saat ini bersama Seolbin. Ya, kami sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah, aku dan Seolbin selalu pulang bersama dengan bis karena arah rumah kami yang searah.
"Jangan pura-pura lupa. Bayangkan saja aku dengan Vernon dan kau dengan dia. Wow"
"Mustahil, itu tak akan terjadi" kataku lalu memalingkan wajahku melihat pemandangan dari luar kaca bis.
"Kau pesimis sekali Yuju-ya"
Aku terkekeh kecil lalu menjawab "bukannya aku pesimis, hanya saja... kau ingin aku bicara dengan patung? Saat teman-teman di kelas bicara dengannya saja tak pernah di gubris. Apalagi aku? Hahaha maaf, sepertinya aku masih sayang dengan suaraku Seolbin-ah"
"Terserah. Gimana aku buat tantangan?"
Aku kembali terheran dengan sikap keras kepala Seolbin. Sudah kubilang tak mau, ya tak mau. Tapi gadis itu berusaha keras agar aku bisa bicara dan pergi keluar dengan dengan manusia patung itu. Bahkan usahanya untuk membuatku pergi keluar dengan pria tersebut sudah dimulai sejak kami menduduki tahun pertama masa sekolah. Sungguh tipe gadis keras kepala sekali atau aku boleh mengecap Seolbin sebagai gadis yang tak ada kata menyerah di kamus kehidupannya?
"Kalau kau berhasil mengajaknya pergi ke toko buku besok, aku akan memberimu 2 buku novel yang kau inginkan!!!" Tantang Seolbin. Aku langsung menegakkan posisi dudukku dan menatap Seolbin dengan antusias.
"Benarkah?" Dan ya sepertinya egoku akan terkalahkan hanya dengan 2 buah buku yang sebenarnya bisa kubeli sendiri. Untuk kali ini saja biarkan aku membujuknya walaupun pria itu tak akan menggubris setelah itu mungkin saja aku akan kehilangan suaraku dan patung yang sebenarnya mungkin akan hidup lalu berteriak kepadaku untuk menghentikan aksi bodohku. Ya, mungkin saja.
Ku mohon untuk kali ini saja jangan menjadi manusia patung. Lee KyungBin.
-o0o-
Sudah 1 jam lebih aku dalam posisi seperti ini. Kaki tertekuk di atas kursi meja belajar dengan pelukan kedua lenganku sebagai perekat, bibirku kugigit sambil menatap layar datar yang menampilkan deretan nomor yang membuatku meneguk ludah berkali-kali. antara di balas dan diacuhkan, kedua jawaban itu melayang-layang di pikiranku. Aku mengiriminya pesan sejak satu jam yang lalu, tentang sebuah ajakan ke toko buku seperti yang dikatakan Seolbin tadi saat di dalam bis yang bodohnya ajakan tersebut persis seperti sebuah ajakan kencan dariku, atau... memang itu adalah sebuah kencan?. Aku tidak tahu. Yang kutahu saat ini adalah disaat ponselku yang berdenting menandakan pesan masuk disusul dengan sebuah jawaban yang kupikir adalah jawaban paling mustahil sedunia walaupun jawaban tersebut berupa penolakan sekalipun.
Aku memejamkan kedua mataku, sambil menghitung satu sampai tiga. setelah selesai berhitung aku membuka satu mataku dan mulai membaca satu kata singkat nan padat yang membuatku berlonjak dari kursi dan berteriak kegirangan. Akhirnya 2 buku ada ditanganku.
apa aku bermimpi? oh tidak. Ini seperti keajaiban dunia. Melihat si manusia patung tersebut merespon walaupun hanya dengan sebuah pesan singkat, bahkan aku tak perlu mengeluarkan suara. Sepertinya kejadian ini harus diabadikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
For You
Short Story[Judul awal Summer Rain] FOR YOU!!! Bacalah! Setelah itu ceritakan padaku apa yang spesial dari buku ini. ~Kyung-ie~ -Kumpulan Cerpen