Sosok pria paruh baya mengerutkan dahi. Menatap bergantian dari selembar berkas di hadapan kemudian beralih pada si pemberi.
Menghela napas sekedar memberi jeda merangkai kata bagaimana sepantasnya."Pengajuan pemindahan tugas?"
Objek yang memasang wajah serius mengangguk sekali sebagai jawaban.
Tersirat pula raut khawatir di wajah itu."Bisakah aku mendapatkannya?"
"Ekhem, begini Kim Jongdae..."
Pria paruh baya yang merupakan kepala sekolah menumpu tangan diatas meja.
Para staff memanggilnya dengan sebutan Tuan Yoo."Maaf sekali, tapi... kau belum bisa mendapatkannya sekarang"
"K-kenapa?"
"Kau baru mengajar selama empat bulan, ingat? Kepindahan mu berada di waktu yang kurang tepat. Sekolah ini kekurangan tenaga pengajar untuk menggantikan posisi mu nantinya. Selain itu, cukup sulit menangani situasi saat seorang guru dipindahtugaskan dalam kurun waktu dekat"
Bahu Jongdae turun seiring menguapnya harapan awal.
Sebenarnya Jongdae paham ini tidak akan mudah.
Ia hanya berharap sedikit peluang muncul.
"Apakah terjadi sesuatu?""Ya?"
"Kau tiba-tiba ingin pindah tugas. Apakah terjadi masalah antara kau dan murid mu?"
Jongdae tergagap sesaat, merasakan detak jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang.
Berupaya keras supaya tidak memancing kecurigaan akan sikap."Kenapa Tuan Yoo berpikir seperti itu?"
Pria dewasa yang kental akan aura wibawanya tertawa ringan.
Tidak mengubah situasi apapun. Tidak mengurangi sedikitpun kegugupan yang Jongdae alami."Kebanyakan pengajar beralasan hal semacam itu saat mendadak ingin dipindahtugaskan ke sekolah lain. Kau tahu murid sekolah menengah atas terkadang melebihi batas dan mungkin mereka tidak bisa menangani lagi"
"Tentang itu, Ayah saya ingin saya mengajar di daerah tempat tinggal Nenek saya"
"Ah... Aku mengerti. Ayahmu ingin kau tinggal disana, mengajar, sekaligus menemani Nenekmu?"
"Y-ya, kurang lebih seperti itu"
Jari saling bertautan, Jongdae mengusap telapak tangan yang basah akan keringat kendati ia tak melakukan aktivitas fisik.
Jongdae merasa bersalah telah mengatakan kebohongan pada Tuan Yoo sekarang."Aku mengenal baik Ayahmu"
Senyum tulus terpatri di bibir Tuan Yoo. Jongdae mengangguk lagi, sudah tahu hal ini sejak lama.
"Aku akan mengusahakan kepindahanmu. Tunggulah hingga pergantian semester. Itu tidak lama, kurang lebih dua sampai tiga bulan lagi untuk proses"
"Baiklah, saya permisi"
Meski berat hati Jongdae ucapkan, setidaknya ia hanya harus bersabar hingga beberapa bulan ke depan.
"Omong-omong, apa keadaanmu sudah membaik?"
Jongdae menautkan alis, merasa aneh dengan pertanyaan yang ia dengar.
Ekspresi bingung itu tak luput dari pengamatan Tuan Yoo."Kau absen selama empat hari karena insiden kecelakaan kan?"
Astaga. Jongdae hampir lupa alasan utama yang ia gunakan beberapa hari yang lalu.
"O-oh, masih nyeri jika digunakan untuk beraktivitas berat"
Jongdae mengusap leher dan tertawa canggung.
Memupuk kebohongan lain dengan kebohongan baru..
KAMU SEDANG MEMBACA
DAE-LY LIFE
FanfictionChanyeol memiliki satu masalah. Dan Jongdae sebagai seorang wali kelas yang baik sudah sepatutnya membantu. Bukankah seharusnya begitu? ChanyeolxChen fanfiction. Mature content. 18+