15.30 p.m
Bandung, Indonesia"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Bandung, kita telah mendarat di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara"
Mendengar itu, semua penumpang yang sebelumnya terlihat lelah karena perjalanan panjang, seketika berubah menjadi sumringah.
Namun, tidak dengan perempuan di dekat jendela yang terlihat sedang sibuk membaca novel itu, ia lebih memilih untuk melanjutkan aktivitasnya daripada mengindahkan apa yang baru saja disampaikan oleh pramugari tersebut.
Dia Gisya Hexa, perempuan blasteran Inggris-Indonesia, memiliki wajah yang sangat cantik, dengan rambut lurus dan sedikit bergelombang pada ujung rambutnya, memberikan kesan manis padanya. Ditambah, memiliki tubuh yang bodygoals membuatnya selalu menjadi sorotan semua orang di sekitarnya.
"Berakhirlah sudah penerbangan kita pada hari ini, silahkan bagi para penumpang untuk meninggalkan pesawat dan kami selaku petugas mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa di lain waktu" lanjut pramugari itu disusul dengan kepergian satu persatu penumpang dari dalam pesawat.
Akan tetapi, Gisya lebih memilih untuk mengalah.
Ia rela walaupun harus menjadi urutan terakhir keluar, daripada harus behimpitan dengan banyak orang.
Selalu seperti itu.
Setelah memastikan tidak ada orang lagi, Gisya berjalan santai menuju pintu pesawat dengan earphone yang masih menyumpal telinganya, sambil membawa sebuah koper hitam polos, satu backpack kecil berwarna putih bertuliskan 'cold hearts' yang menggantung di punggungnya, dan satu totebag checkerboard yang ditentengnya.
Suasana baru. Pengalaman baru. Batin Gisya.
****
Gisya sedang berada di salah satu cafe di dekat bandara untuk mengisi perutnya yang sejak perjalanan tadi menahan rasa lapar.
Gisya hampir tidak pernah sarapan, bahkan untuk makan siang, biasanya ia hanya akan melakukannya apabila ia lupa untuk makan malam, seperti sekarang. Dan terkadang, ia hanya mengemil saja untuk mengisi kekosongan perutnya.
Aneh memang. Tapi itulah kenyataannya.
Disaat Gisya tengah menikmati makanannya, tiba-tiba ponsel di dalam saku celananya berdering.
Setelah meraih ponsel dan mengecek nama si penelepon, ia segera menerima panggilan dari nama yang terpampang dilayarnya tersebut.
Belum sempat berbicara, seseorang diujung telepon dengan cepat mendahuluinya.
"Ha——"
"WOI! LO TUH YA, GUE TELPON DARI PAGI DAN BARU LO ANGKAT SEKARANG?!"
"ASTAGA GUE NUNGGU KABAR DARI LO, SYA!"
"Eh ntar ntar, gue nelpon lo bukan buat marah marah si tapi lo nya ngeselin!" Lanjut seseorang dibalik suara.
Tidak mendengar adanya jawaban, seseorang dibalik telepon mendengus pelan dan kembali bersuara.
Astaga bener-bener ya. Serasa ngomong sama patung gue.
"Sya!"
"Hm?" Gumam Gisya.
"Lo udah sampe? kapan? Sekarang lo dimana?"
"Barusan, Cafe"
"Baguslah, kalo lo udah nyampe di apartemen lo, jangan lupa kabarin gue!"
"Ya" jawab Gisya. Kemudian sambungan telepon diputuskan secara sepihak olehnya.
****
Dia, Gisya Hexa. Cewek berwajah datar dengan segala kesempurnaan yang terdapat pada dirinya. Selalu menjadi pusat perhatian. Dengan sifatnya yang dingin, cuek, berbicara seadanya, sangat tertutup dan tidak peduli dengan sekitarnya.
Cerita pertama, pemula✌🏻.
Jd klo ad yg salah maklumin gengs hehe
Comment jg ya biar tau salahnya di mana
Thankyouu
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Teen FictionGisya Hexa Bagi Gisya, kesempatan kedua itu tidak ada gunanya. Karena kesempatan kedua hanya dimanfaatkan oleh mereka yang menggunakan kata 'maaf' sebagai alat pelindung diri, kemudian mereka akan mengulangi kesalahannya kembali. Ardan Putra Sebali...