#diapunyaalasan

8 0 0
                                    

"Happy anniversary....❤️. Sudah satu tahun kita bersama. Semuanya berjalan sama dengan sebelumnya hanya saja sekarang tak ada kamu di sini. Sampai kapan kamu mau bersembunyi dariku? Harapanku hanya satu. Kamu kembali:)"

Rasanya sudah ribuan kali aku mengirim pesan pada Egy sejak setahun kemarin. Entah kemana perginya, yang pasti aku sama sekali tidak mendapat petunjuk Egy ada dimana sekarang.

"Seran..."suara wanita berumur hampir setengah abad terdengar dari balik pintu kamarku. Mom.

Aku sengaja tak menjawabnya. Tak lama pintu terbuka.

"Seran!" Katanya membentak karena melihatku terus berkutat dengan handphone.

"Yes?" Kataku malas. Aku tahu apa maunya. Kemarin Mom memang sudah membicarakan ini. Perjodohan kedua untukku.

"Kamu ini sedang apa? Jim sudah menunggumu di bawah sejak satu jam yang lalu. Kenapa kamu belum siap juga?"

"Aku siap, mom..." kataku beranjak dari kasur dan menghampirinya. Aku tahu Mom pasti sangat marah melihatku hanya menggunakan celana jeans pendek dan kaos merah kusut favoritku.

"Kamu mau bertemu dengan Jim seperti ini? Apa kamu tidak malu?" Katanya meledek.

"Malu? Tidak..sungguh aku tidak malu."

"Seran ayolah.. kasihan Jim apa kamu mau menyia-nyiakan orang yang mencintaimu?"

"Mencintaiku? Maksud mom mencintai perusahaan papah? Sejak awal aku tahu dia menikahiku hanya karena menginginkan perusahaan kita."

Tak lama Kris datang membawa satu buah gaun berwarna pink dan juga sebuah kotak berisi sepatu.

"Nyonya ini pesanannya" katanya sopan.

Mom hanya mengambilnya dan menyuruh Kris pergi.

"Terimakasih Kris.." kataku sedikit berteriak.

"Tak perlu berterimakasih. Itu pekerjaannya"

"Lalu apa mau mom?"

"Apa kurang jelas? Aku mau kamu memakai ini Seran" katanya menyodorkan gaun dan sepatu yang dibawa Kris.

Aku hanya menjawabnya dengan gelengan.

"Baiklah. Itu artinya kamu tidak mau mengetahui keberadaan Egy?" Kata Mom mengancamku.

Lagi-lagi alasan itu yang dipakai mom untuk mengancamku. Dan dengan terpaksa aku menerima gaun itu dan memakainya dengan imbalan aku mengetahui keberadaan Egy.

"Sempurna. Ayo cepat ke bawah, harus berapa lama lagi dia menunggumu Seran?"

Aku berjalan malas mengikuti Mom dari belakang. Sampai di ruang tengah aku melihat semua orang berdiri seperti menyambut kedatanganku.

"Kalian pikir aku ini apa? Seorang putri?" Kataku heran.

"Maaf menunggu lama Jim" kata Mom dengan senyum ramah.

Jim hanya tersenyum ke arah Mom. Tak lama dia menyadari keberadaanku dan langsung menyapa dengan senyum itu lagi. Senyum yang sama sekali membosankan dan tak menarik untukku lihat.

"Hai,Seran.. apa kabar?"

"Baik"

Mom menyenggol pundakku sambil menyipitkan matanya. Aku hanya mengangkat alis kananku tak mengerti sama sekali maunya.

"Senyum" katanya berbisik.

"Tak mau" kataku berbisik juga membuat Mom membuka matanya sangat lebar.

"Baiklah. Mari kita bicarakan tentang perjodohan ini. Aku harap kalian akan menikah bulan ini juga" kata papah sambil duduk di ikuti semua orang yang ada di ruang tengah.

Aku membelalak kaget. Ketika melihat Jim dia malah tersenyum jahil ke arahku membuatku semakin ingin pergi dari ruangan itu sekarang juga.

Satu jam lebih berlalu. Akhirnya perundingan yang tidak penting ini berakhir. Jujur aku sama sekali tidak menyimak apa yang mereka bicarakan yang pasti Papah sangat ingin aku menikah dengan Jim bulan ini juga setelah itu perusahaan papah akan diberikan pada Jim sepenuhnya.

Semua orang yang ada di ruang tengah bersalaman. Aku memilih langsung kembali ke kamar, baru saja satu langkah ada yang menarik tanganku. Jim.

"Lepaskan!" Kataku berteriak.

"Sampai bertemu lagi calon istriku" katanya menarik tubuhku lebih dekat.

"Dasar gila. Siapa yang akan menikah denganmu? Sampai mati pun aku tak akan melakukannya!!" Kataku sambil menatapnya jijik dan menarik tanganku dari tangan besarnya itu.

"Seran.." kata Mom sedikit merayu.

"Apa?"

"Minta maaf pada Jim. Mengapa kamu berkata seperti itu?"

"Aku memang tidak akan menikah dengannya. Atas dasar apa aku akan menikah dengannya? Atas dasar perjanjian perusahaan papah?" Suaraku meninggi, rasanya aku ingin menangis. Hatiku terus meneriakan nama Egy berharap dia ada disini dan membelaku.

"Pertengkaran itu awal dari tumbuhnya cinta. Iyakan Seran?" Jim mengedipkan sebelah matanya ke arahku. Semua orang yang ada di ruangan tertawa membuatku merasa seperti orang bodoh sendirian.

"Aku bisa gila jika di sini lebih lama" kataku langsung berlalu meninggalkan semua Orang yang terus menatapku dengan tatapan tidak percaya.

Sampai di kamar tidak ada tanda-tanda balasan dari Egy.

"Egy kamu dimana? Aku lelah menunggumu. Haruskah aku menerima perjodohan ini agar mengetahui dimana kamu sekarang? Haruskah aku melakukannya?"
Aku berkata pada handphone ku yang menampilkan foto Egy dan aku sedang tersenyum di DisneyLand,Singapura.
Aku menangis frustasi dan bingung dengan cara apa aku bisa bertemu dengan Egy lagi tanpa menerima perjodohan itu. Aku ingin menikah dengan lelaki yang aku cintai dan lelaki yang mencintaiku. Tidak seperti Jim yang hanya mencintai perusahaan papah.

"Seran!!!" Papah mendobrak paksa pintu kamarku yang sudah terkunci.

"Papah tidak mengerti lagi denganmu. Untuk apa kamu terus memikirkan lelaki itu?" Tanya papah menunjuk layar handphone ku.

"Karena dia lebih baik dari Jim. Dia lebih baik dari lelaki manapun yang papah jodohkan denganku" kataku dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi pipiku.

"Berhenti membicarakan lelaki itu. Sekarang kamu akan menjadi istri Jim dan menjalankan hidup yang bahagia dengannya" kata papah memaksa.

"Mom akan memberikan alamat rumah Egy asalkan kamu mau menikah dengannya Seran jangan mempermalukan papahmu" kata Mom yang sejak tadi hanya diam.

Aku lelah mencari Egy dan jalan satu-satunya adalah menikah dengan Jim. Aku akan menjawabnya sekarang. Aku sudah lelah dengan semuanya.

"Jujur Seran capek mencari Egy sendirian. Jadi Seran akan.....

I  MISS[+ing]YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang