Happy Reading ♥♥
Mata Jieun sembab akibat menangis dan ketakutan melihat Jimin dihadapan nya. Ia menarik selimut dalam pelukan nya dan menggigit bibir bawah nya menahan agar butir air mata tak menetes.
"J-jangan s- ..." ucapan Jieun terhenti saat Jimin tiba-tiba mengecup kening nya.
Jimin tersenyum manis dan menatap Jieun hangat. " Maaf" ucapnya.
Jieun sendiri pun bingung harus berbuat apa. Ia bangkit dan bejalan ke arah pintu dengan menahan rasa sakit di tangan nya.
"Mau kemana?" tanya Jimin yang langsung menghampiri Jieun.
"Aku ingin keluar dari tempat ini." matanya terlihat merah karena terlalu lama menangis. Ia mendorong dada Jimin yang berada dihadapan nya.
"Tapi tangan mu masih sakit Ji." Jimin meraih lengan dan kembali mendorong nya. Jimin membawa masuk ke Apartemen milik Jieun yang tepat bersebelah dengan Apartemen milik nya.
"Keluar." ucap Jieun dengan raut wajah yang ketakutan.
"Aku tidak akan pernah melepaskan mu, dan kau jangan coba-coba kabur dariku." ia menutup pintu setelah keluar dari kamar Jieun.
Sementara Jieun menghembus nafas lega dan berjalan ke arah tempat duduk yang menghadap ke arah balkon.
"Astaga, kenapa dengan kedua tanganmu di perban seperti itu?" tanya Joohyun mengagetkan Jieun. Jieun terkejut dengan ada nya Joohyun, ia takut jika Joohyun mengetahui semua percakapan nya dengan Jimin.
"K-kau dari tadi disini?" tanya Jieun gugup.
"Aku baru saja masuk dan aku melihat laki-laki yang kemarin berjalan keluar dari disini. Apa yang terjadi denganmu?" jawab Joohyun.
Ia menghembus nafas lega, ternyata Joohyun tak mendengar percakapan nya dengan Jimin barusan. Dengan langkah kaki yang tidak seimbang Jieun menghampiri nya.
"Sudah diobati." pertanyaan Joohyun membuat nya tersentak dan melirik ke arah tangan nya yang terlilit oleh perban. Ia baru menyadari bahwa Jimin yang mengobati luka ditangan nya.
"Ehh... Semalam kamu menginap di Apartemen pria itu?" tadi pagi aku kesini tapi kamu tidak ada!"
"Kau mengigau ya! Ini itu masih malam." Jieun tertawa. "Cepatlah tidur!" ledek Jieun.
Joohyun menatap aneh Jieun. "Ini sudah siang dasar gila! Kau itu yang mengigau. Lihat matahari sudah terbit dan lihat jam mu, jangan dijadikan pajangan saja!"
Dengan segera Jieun membuka korden dan ternyata benar. Dan sekarang sudah jam 12.00 lebih.
Ia menghembuskan nafas nya kasar dan ia baru menyadari sesuatu, ia melihat penampilan nya dari atas hingga bawah. "Apa psychopath gila itu melecehkan ku?"
Ia merebahkan dirinya sejenak diatas kasur.
-
Jimin membuka pintu saat seseorang menekan bel Apartemen nya. Wajah nya tetap datar meski ia tahu siapa yang datang.
"Atas nama tuan Jimin?" tanya pria memakai topi yang membawa kotak besar. Dengab cepat Jimin menandatangani secarik kertas putih dan menutup pintu.
Ia segera berganti pakaian dan berjalan keluar menuju Apartemen Jieun. Jimin masuk ke dalam, dan terlihat seorang wanita sedang memasak dan masih dengan menggunakan perban yang belum diganti dari kemarin. Untung Jimin membawa perban dan melangkah kan kakinya menghanpiri Jieun.
"Ehem.." deheman Jimin membuat Jieun yang sedang asik memasak tersentak kaget dan segera mematikan kompor nya.
"J-jimin, bagaimana kau bisa masuk kesini?" ucapnya sambil menjauh dari Jimin.
"Kemarin kan kau memencet password nya di depan ku. Kau tidak ingat?" jawab Jimin sambil menggendong Jieun ala bridal style dan mendudukan nya diatas ranjang.
"Ini bisa infeksi jika tidak segera diganti, kau ini bodoh atau gimana sih!" Jieun hanya menatap Jimin yang berjongkok dibawah nya sembari menggantikan perban ditangan nya.
"Maafkan aku!" ucap Jimin sambil kepala menunduk.
"Kau pasti akan mengulangi nya, kan?" jawab Jieun. Jimin segera berdiri setelah selesai menggantikan perban dan melangkahkan kakinya mengambil kotak besar yang berada di depan pintu.
"Apa itu?" tanya Jieun yang di jawab serigaian oleh Jimin.
"Untuk memasukan tubuhmu setelah aku membunuhmu." tawa nya menggelegar setelah melihat wajah ketakutan Jieun.
"Aku tidak akan pernah bisa membunuhmu. Kau terlalu sempurna untuk dibunuh." ucapan nya membuat Jieun terdiam dan matanya terbuka lebar.
"Bantu aku nanti malam. Kau hanya berpura-pura meminta tolong berjalan kearah gedung tua yang kemarin." Jieun tersentak mendengar permintaan dari Jimin yang menurutnya sangat gila itu.
"Aku tidak mau. Sudah kubilang kan dari kemarin." ucapnya dan bangkit dari duduknya.
"Aku sudah minta Joohyun teman mu itu untuk datang ke Apartemen nanti malam. Kau ingin dia yang mati atau orang lain?" ancam Jimin.
Jieun menghentakan satu kakinya pelan dan melangkah kan kaki nya menuju nakas untuk mengambil ponsel nya. Ia langsung menelfon Joohyun namun tidak ada jawaban.
"Dimana dia?" umpat nya kesal.
"Ponsel nya ada disini." Jimin mengeluarkan ponsel milik Joohyun dari saku celana nya.
"Kau suka pada Joohyun, hingga kau memegang ponselnya." Jimin hanya tertawa.
"Aku tunggu kau diparkiran. Ini sudah hampir jam 9 malam, cepatlah!"
"Lalu"
"Kau tak ingin membantuku?" Jimin kembali berjalan keluar diikuti Jieun yang mengerucutkan bibir nya.
Tekan bintang dan berikan saran dikolom comentar. Maafkan cerita yang typo ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath
FanfictionAku sudah muak dengan janji mereka, apalagi dengan kata-kata dan sumpah serapah mereka. Semua yang terjadi pada mereka bukanlah salahku, itu akibat ulah mereka sendiri. Mereka tidak akan bisa menghentikanku, tidak dengan hukum, tidak dengan timah pa...