11. Ekstra Sabar

103 27 213
                                    

“Bagaimana lukamu?”

Mendengar pertanyaan itu, membuat Giana menoleh, dan mendapati Miyuki yang sedang tersenyum ramah. Kedua matanya sangat antusias, seolah mengharapkan jawaban yang tulus juga.

Giana menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Ah, masih seperti tadi siang. Dan tidak ada perubahan.”

Miyuki menghela napas panjang, lalu menatap temannya tersebut. Mengelus pundaknya dengan lembut. “Bukannya tidak ada perubahan, hanya belum saja. Lagi pula, baru satu malam, benar? Dan juga, kau tidak mendapatkan perawatan degan baik.”

“Ya, kamu benar.”

“Apa tidurmu nyenyak?” tanya Miyuki dengan suara pelan, namun masih bisa didengar.

Mm, y—ya, karena efek obat yang sudah diberikan oleh Alsa. Terima kasih, karena telah menjagaku, Yuki.”

“Tidak masalah untukku, tapi sebenarnya, bukan aku yang menjagamu.”

“Lalu, siapa?” tanyanya dengan raut bingung. “Terakhir aku melihatmu menjagaku, astaga! Apakah mataku bermasalah? Aku harus memeriksanya. Tapi memang, sih, aku memiliki kelemahan pada kedua mataku. Aku yakin, kamu yang menjagaku.”

“Aiden,” jawab Miyuki dengan cepat. “Dia yang menjagamu semalaman, bahkan tidak tidur.”

“Aiden? Benarkah itu? Tapi kenapa? Bukankah dia tidak peduli terhadapku?” beonya. “Baiklah, terima kasih.”

Giana dengan segera berjalan menuju tempat Aiden berkumpul. Di sana sudah ada Bara, Luna, Yuna, Mey, Sherin dan juga Paul.

Melihat interaksi yang diberikan oleh sahabat laki-lakinya kepada Sherin, hal itu membuat Giana mengepalkan tangannya. Sial, rasanya sangat panas di sini. Beberapa kali membuang napasnya dengan kasar. Menghirup udara dengan rakus, dan mencoba untuk bersikap biasa saja.

“Giana!”

Mendengar panggilan itu, membuat Aiden dengan segera menjauh dari Sherin.

“Ya?” sapanya dengan ramah.

Aiden melihat bahwa Sastra tengah tersenyum sangat manis pada Giana. Dan respons yang diberikan oleh gadis itu juga, sangat di luar dugaannya. Ia membalas senyuman  itu.

Ah, mengapa sangat panas di sini? Dan apa-apaan itu? Mengapa Jian membalas senyuman dari lelaki lain? Sial! Aiden membatin.

“Kami membutuhkan bantuanmu,” ucapnya, lalu menarik lengan Giana tanpa permisi, membuat sang empunya hanya bisa mendesah pasrah.

“Aku?” tanyanya lagi, yang langsung diangguki oleh Sastra. “Ada apa? Bantuan apa? Apakah penting?”

“Begini, sebenarnya...” Sastra sedikit berbisik pada Giana, hal itu tak luput dari perhatian Aiden.

“Jika kau merasa cemburu, maka jangan membuatnya cemburu lebih dulu.”

Sindiran itu berasal dari Alsa yang dari tadi memperhatikan Aiden. Ia tersenyum puas, ketika melihat ekspresi yang diberikan oleh lelaki di hadapannya.

“Ada apa denganmu?” tanya Aiden dengan sedikit penekanan.

“Aku? Tidak apa-apa, hanya sedang mengungkapkan isi hatimu saja.”

Finding Werewolf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang