Ku tinggalkan mereka dengan pesawat terbang itu lalu menuju kamp latihan. Ku absen mereka satu persatu. Ku liat nama yang pernah ku liat sebelumnya.
"Azka Danish Ar-Royyan?"
"Siap, Hadir."
Aku melempar senyum tipis dia pun membalasnya dengan senyum tipis juga. Dia ikut pelatihan damkar juga ternyata, gumam ku.
Seperti yang aku duga, dia adalah azka teman sebangku ku waktu SMA. Dia lebih cepat menerima materi dan mempraktikannya dari peserta lain. Tak heran, pikir ku.
Belum selesai aku bergumam, otak ku mengalihkan pikiran ku ke pesawat tadi. Sudah selesai kah?Aku bergegas ke ruang mekanik. Dan aku temukan sepucuk kertas di kap mesin pesawat itu
Maaf dika, aku belum bisa menyelesaikannya- Fadlan
Hmm...baiklah. Takutnya juga kalau dibenerin sama dia jadi beda, pikir ku. Setelah pemasangan selama 30 menit dan pengecekan. Pesawat ini siap dipakai dan ......
"Apa ini? Sebuah chip perusak mesin? Mengapa benda ini ada dalam mesin pesawat Rian?"
"All SEAT, please prepare yourself for extinguish the camp fire on sector 5. All new traniee must prepare too."
" ya Allah, baru selesai satu kerjaan ada lagi." kesal
(knock knock). Suara pintu diketuk.
"masuk!"
"Ra, aku ditugasin buat ikut ke lapangan bersama dirimu."jelas azka
"Udah siap siap kan?Kuy.. kita berangkat pake heli itu!"
"Kau bisa menerbangkannya?"
"Menurut mu?"
"Ohh.. ya bisa, Silahkan. Aku hanya ikut dengan mu. Heheheheh."
Kami memadamkan api sambil ku tunjukkan cara memadam kan api di situasi seperti ini kepada Azka. Dia sangat memperhatikan penjelasan ku. Tim berhasil memadamkan apinya selama 5 jam. Cukup melelahkan kan karena keadaan angin yang selalu berubah setiap waktu.
"Tidak mudah ternyata ya... jadi damkar itu."
"Tergantung dari cara kamu menyikapinya saja. Ngomong ngomong, dapat hidayah darimana ikut pelatihan damkar?"
"Aku ingin mengabdikan diriku untuk menjadi penyelamat lingkungan dan orang lain."
"Mantap sekali. Aku menunggu penjelasan itu dari seorang calon damkar sepertimu. Lanjutkan!"
Azka tersipu malu.
"Aku tinggal bentar yaa... ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."
Aku kembali ke ruangan ku. Memeriksa chip yang aku temukan dari pesawat Rian. Aku memasang alat pengendali chip ini. Akan sangat berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah. Mata ku tertuju pada satu kertas diatas meja ku. Sepucuk surat di meja kerjaku.
Kau akan mendapat seorang tamu yang akan memasuki ruanganmu. Tepat setelah kamu membaca kertas ini
Sebuah pistol ditodongkan ke belakang kepala ku sesaat setelah aku membaca surat ini. Aku bergeming.
"Tak perlu kau memutar wajahmu. Cukup dengarkan kata kataku." perintah penodong itu.
"Ok. I'm listening."
"Aku perlu otak mu."
"Otak ku? Maksudmu?"
" Ilmu mu, bodoh!"
" Ngomong dong daritadi. Apa yang kamu perlukan?"
Jujur saja aku tak suka dengan keadaan ini. Namun aku adalah orang yang sedikit banyol bahkan untuk keadaan seperti ini.
"Kau sudah tau kan soal mesin yang kamu perbaiki itu?"
"Ya.... Lalu?"
"Chip yang kau lepas. Kemarikan!"
Astagfirullah. Dia tau itu? Siapa dia? Namun karena aku sedang dalam keadaan hidup dan mati terpaksa aku memberikannya. Dan tanpa menoleh ke belakang.
"Hem... kerja yang bagus, kawan tapi sia sia akhirnya Hasil kerja kerasmu tidak akan ada yang tau. Semua mesin yang ada di sini akan aku rusak menggunakan ini. Hahahaha."
"Kumohon jangan lakukan itu."
"Nikmati waktu kerjamu disini karena waktumu sebentar lagi."
Dia pergi meninggalkan ruangan ku. Sesaat kemudian aku melihat keluar dari jendela.
Click. Kaboom!!!!!
Meremehkan korban mu akan membuatmu celaka. Itu bukan chip perusak sembarangan, kawanku. Kerja yang bagus, kawan.

YOU ARE READING
Kerja yang bagus, kawan
Randomcerpen ini bercerita tentang persahabatan, teka teki dan science.