Codename Sloth
Biar kami tunjukan sebuah kisah tentang seorang pemuda.
Lelaki bernama Agria yang memiliki pandangan lebih dalam dari usianya, dalam matanya dunia bagai cerita sebelum tidur, begitu indah, hangat, juga penuh gemerlap, namun semua itu hanya fiksi semata.
SMA masa paling membahagiakan hanya kebohongan baginya. Tidak heran, karena dalam fase hidupnya dia tidak pernah mendapatkan kehangatan dari keluarga atau temannya.
Dia belum pernah berteman dengan siapapun sebelumnya, memang ia jarang bicara dan bergerak, namun dia tidak pernah menutup diri.
Setiap manusia memiliki privasi, dan popularitas berbanding terbalik dengan privasi setiap orang.
Itulah prinsip yang Agria pegang, privasi adalah hal utama baginya dan harus ia jaga.
Seperti biasa, pukul sepuluh malam, saat perpustakaan ditutup, ia berjalan menuju panti asuhan tempat tinggalnya. Bagi orang yang hatinya terlanjur membeku oleh air mata, buku adalah teman bicaranya.
Suhu dingin menembus seragam tipisnya, sambil bersiul ia berjalan pulang, irama itu bagai teman dalam sunyapnya malam.
Sesekali ia menatap langit sambil berbisik," tuhan telah menciptakan mahakarya, lalu kenapa sang makhluk merusak karyanya?", sebait kalimat melintas untuk mengalihkan pikiran dari kesendirian yang Agria rasakan.
Panti asuhan itu sudah masuk jangkau mata," hari seperti ini akan terulang kembali besok pagi, lagi, dan lagi," kata yang terbayang dalam pikiran Agria, tapi kiranya takdir berkata lain.
Siulannya terhenti, ia rasa sesuatu memperhatikannya. akhir-akhir ini Agria memang merasa di awasi, namun kali ini berbeda.
Seorang pria tinggi mengenakan tuxedo putih muncul dari kegelapan menghampiri Agria, di hadapan Agria pria itu berhenti,"minggir," ucap Agria seakan tidak terjadi apapun.
pria tuxedo itu sedikit terkejut, dia menundukkan badan sambil berkata "kami akan menculikmu, mohon kerjasamanya."
Suasana hati Agria berubah seketika, sambil berusaha terlihat tenang Agria membalas,"kami?, kau tidak sendirian rupanya, tidak perlu repot-repot melakukannya, lagi pula aku tidak memiliki apapun."
Sayangnya usaha Agria untuk terlihat tenang sia-sia saat kalimat muncul dari mulut pria tuxedo," justru karena itulah kami memilihmu," Agria terkejut, namun sebelum wajahnya berekspresi, peluru bius terlebih dulu menembus kulitnya.
Setengah sadar, tangan dan kakinya terikat pada sebuah kursi, Agria berusaha mengenali dimana dia, suara deburan ombak dan dengungan mesin beraduk. Dengan pandangan buram Agria melihat sosok yang sama berdiri di hadapannya.
"Selamat datang Agria," pria itu melempar salam padanya. Agria hanya terdiam, dia kembali berkata," maaf karena telah menunjukmu sebagai pengisi kursi peserta yang kosong," jeda diberikan pada Agria untuk mencerna kata-katanya,"peraturannya mudah, kau hanya harus membunuh atau dibunuh," lanjut si tuxedo.
Pria itu memperlihatkan sebuah gelang pada Agria," dalam gelang ini terdapat uranium, gelang ini akan mengawasimu, hanya ada 2 cara untuk lepas dari genggamannya menjadi pemenang atau kehilangan nyawa," kata si tuxedo dengan nada menjelaskan.
Mata Agria menatap pria tuxedo dengan penuh kebingungan," akan ku tanyakan satu hal, apa kau bersedia mengikuti kompetisi ini?" tanya sang pria.
Sangat disayangkan karena pertanyaan itu hanya bualan semata, kenyataan yang terjadi adalah cairan bius kembali mengalir dalam tubuh Agria sebelum ia mengangguk atau berucap.
Satu kalimat terakhir yang Agria dengar sebelum kehilangan kesadaran ialah," tidak ada jalan lain, kau harus bersedia codename sloth."
Codename Greed
Kecerdasan, kekuatan, dan karisma. Setidaknya tiap satu orang memiliki salah satunya.
Tapi dia orang yang beruntung, ia bahkan memiliki lebih dari 3 element itu.
Fakta ini tentu menjadikannya orang yang sempurna, namun kenyataan itu justru merubahnya menjadi mammon.
Semakin sempurna seseorang semakin ia ingin mempertahankan kesempurnaannya, itulah tanggapannya.
Opini ini membentuk Delcia menjadi orang yang serakah, layaknya lubang hitam, ia tak pernah kenyang walau terus menelan banyak hal.
Setiap langkah Delcia selalu berhasil mencuri pandangan orang di sekelilingnya, hingga di ujung jalan nampak ia mengambil pandangan orang yang salah.
Sekumpulan orang dengan tatapan penuh nafsu memojokannya," tuan putri mari kita bermain hehehe.....," kata mereka, ini mimpi buruk, bukan bagi Delcia tapi untuk mereka.
Satu sepakan dari Delcia tentu membuat mereka terhentak,"maaf ya, aku tidak sengaja," kata Delcia dengan nada mengejek.
Wajah kesal mereka mulai muncul, segala macam serangan diarahkan padanya, tapi itu sia-sia, Delcia dengan mudah membaca setiap gerakan mereka.
Pukulan sudah berhenti berayun," wahhh..... sudah ya, sekarang giliranku-kan, mohon bimbingannya ya," ucap Delcia dengan nada yang sama.
Dia mengawali serangannya, tiap satu hantaman menumbangkan satu lawan, saat mereka terbujur takberdaya, Delcia berjalan menjauh dari kumpulan itu dengan santai.
Senyum tipis tergaris di wajah delcia, mungkin karena beberapa cinderamata yang ia dapat dari mereka, Lima buah dompet dan tiga biji arloji sepertinya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup satu minggu kedepan
Hal yang kurang dari Delcia adalah tidak ada yang menanggung setiap kebutuhan hidupnya, maka dari itu ia memiliki kerja sampingan, yaitu sebagai pencopet
Ini sempurna, wajah cantiknya dapat ia gunakan sebagai topeng
berkat hasil yang dia dapat hari ini, mungkin ia akan rehat dari profesinya beberapa hari.
Di sebuah restoran terlihat Delcia yang sedang menyantap bistik sambil menanti kehadiran seseorang.
datang seorang pria dengan tuxedo putih," kau selalu terlambat Amadeus," ucap delcia sambil mengunyah bistik, pria itu hanya duduk dan tersenyum.
Pria itu mengangkat tangan,"pelayan," Amadeus memesan menu makanan,"aku pesan rawon dengan teh manis," pelayan manis itu mengangguk dan pergi.
Sambil menunggu, Amadeus melihat Delcia yang sedang menyantap hidangannya.
"Apa yang kau lihat Amadeus?" tanya Delsia menggunakan wajah kesal dengan mulut mengunyah.
"Untuk seorang pencuri, kau memiliki hasrat yang cukup besar," jawab Amadeus, namun Delcia tidak menghiraukan pertanyaannya.
"Sudahlah, mari kita langsung ke intinya," kata Amadeus, Delcia mengelap mulutnya.
Arah pembicaraan mulai berubah, ekspresi ke-dua orang itu menjadi serius.
"Apa kau serius menantangku Amadeus? Kau memang juara bertahan 3 kali berturut dalam permain itu, tapi kau tentu tau apa julukanku bukan," kata Delcia mengawali pembicaraan ini.
"Tentu saja sang drakulina, memenangkan kompetisi dengan menghabisi ke enam peserta lainnya dengan tangan dan wajah manis itu, setiap orang yang mengenal permainan ini pasti mangenal siapa kau," balas Amadeus," tapi karena itulah aku ingin menantangmu Codename Greed," lanjutnya
Delcia berdiri dan berkata," baik aku ikut dan kupastikan kau akan menyesalinya," menaruh uang tip lalu pergi.
Amadeus tampak menelpon seseorang," Codename Greed masuk kedalam permainan," sebuah kalimat singkat sebelum ia menutup teleponnya
Rawon hangat sudah dihidangkan di depannya, senyum lebar tergurat di wajah Amadeus.Dia bersiap makan dan berkata," selamat makan."