Dari arah timur cahaya jingga mulai muncul, malam penuh bintang berlahan memudar, saat seperti inilah sebagian orang berkata,"mari kita awali hari ini."
Tapi enam orang dengan pandangan berbeda berbisik dalam hati," ayo kita akhiri hari ini."
Mereka telah datang, dengan angkuh menapakkan kaki di atas limbo, dengan sedikit harapan memulai kompetisi berdarah.
Para peserta telah bersedia pada tempat yang ditentukan. Delcia sang drakulina, dia tidak pernah ragu mengikuti kompetisi ini.
Namun saat ia melangkah penuh bangga, tanpa ia sangka kakinya melemah, berdiripun dia tak sanggup.
Setiap jari yang menempel pada tangan mulai bergetar, hembusan nafas memberat seketika, segala kemungkinan buruk terlintas di pikiran Delcia.
Tatapan penuh angkuh kini tenggelam dalam rasa takut, firasat Delcia seolah berkata," kau telah membuat pilihan yang salah."
Mungkin ini yang disebut dengan intuisi wanita.
Berlahan Delcia berusaha kembali berdiri meski tangannya masih bergetar.
Ia tahu firasat itu tidak bisa dihiraukan begitu saja, Delcia mengatur ulang nafas dan pikiran. Kemudian ia kembali melangkah dan berkata," ini akan lebih sulit dari yang kubayangkan."
Di pagi yang sama dari sisi lain pulau, satu jam sebelum kedatangan mereka, peserta ke-tujuh membuka mata.
Dia masih merasa sedikit pusing," kau harus bersiap codename Sloth," kalimat itulah yang kini bersarang dalam kepalanya.
Kepala Agria masih di penuhi tanda tanya, hal pertama yang ia lihat adalah labolatorium berdiri kokoh didepan mata.
Agria menoleh ke kanan, terlihat di sampingnya tumpukan berkas dengan tulisan,"Bacalah Agria."
Tangan lemah itu mencoba meraih tumpukan berkas, kini ia mulai membuka dan membaca satu persatu.
Lebih dari satu jam berlalu setelah ia membuka dokumen pertama yang ia ambil, Agria telah membaca lebih dari setengah keseluruhan berkas itu.
Mata Agria sudah lelah, mungkin karena ia merasa sedikit pusing, padahal setiap hari ia menghabiskan lebih dari tiga jam untuk membaca.
Kebingungan berlahan memburam dari pikiran Agria. Dia mulai bangkit, sepertinya ia tahu apa yang akan terjadi.
Agria melangkah ke arah labolatorium, belum sempat menyentuh pintu labolatorium, suara mengejutkan menghentijan langkahnya.
"Selamat pagi para peserta," sebuah kalimat menggema di seluruh pulau itu.
"Akan kembali kutegaskan peraturannya, kalian diperbolehkan menggunakan segala properti yang tersedia di pulau ini tanpa terkecuali, satu-satunya tiket kalian untuk keluar dari sini adalah keluar sebagai pemenang," lanjut suara itu.
Disamping itu ketujuh peserta dengan Codename masing-masing telah siap akan kemampuan dan keyakinan mereka.
Codename Wrath, petarung jalanan dari thailand dengan insting liar yang berhasil membunuh lebih dari 70 petarung jalanan.
Codename Gluttony, veteran perang indocina dua dari amerika, walau usianya kini menginjak kepala enam, ia masih aktif menjalani hobi sebagai seorang pemburu.
Codename Envy, pimpinan dari sekelompok berandalan, merampok dan membunuh, hal kecil yang sering ia lakukan, bukan untuk kesenangan, tapi karena rasa iri mendalam terhadap setiap orang yang berdiri pada level dimana ia berpijak.
Codename Lust, tuxedo putih dengan dasi merah adalah ciri khas pria ini, pemegang tahta juara bertahan tiga kali berturut-turut, kini Amadeus kembali sebagai penantang, dengan satu tujuan, menjadi van helsing bagi sang drakulina.
Codename Pride, pendeta dari vatikan, dia membawa perintah dari tuhan sebagi penghukum mereka yang menjauh dari jalan sang maha kuasa, dengan anggapan itulah ia mengikuti kompetisi ini.
Codename Greed, sang Drakulina, tantangan telah dijatuhkan padanya, pantang bagi Delcia untuk menolak, dengan segenap keyakinan ia akan maju menebas mereka yang menjadi penghalang.
Codename Sloth, dia bukan siapa-siapa, hanya orang awam pengisi kursi yang kosong, namun ketakutan dalam hati Agria telah lenyap. Sebenarnya sejak ia selesai membaca beberapa dokumen tadi, dia mulai tertarik dengan permainan ini.
Dengan begini permainan telah di resmikan oleh suara yang berbunyi," selamat bersenang senang para pendosa."