Surat Pendek

Bertemu Kamu

Aku tak pernah berpikiran sedikitpun untuk bertemu dengan rumus dan larutan kimia dalam setiap hari-hariku. Termasuk, bertemu dengan ribuan molekul ciptaan tuhan  bernama manusia sepertimu. Sekolah baru, teman baru. Sudahlah menjadi suatu hal yang wajar.

Sebatas tahu tanpa mengenal. Sebatas bertemu tanpa menyapa. Kau satu sekolah denganku, satu tingkat denganku dan aku yakin, mulai hari ini kau satu ekstrakulikuler denganku. Sejak awal, kesan pertamamu tidaklah istimewa. Bertemu dengan pemuda beratas namakan tunas kelapa menjadi hal yang biasa aku lakukan sejak 6 tahun belakangan.

Aku dan kau, terikat organisasi. Yang kebetulan aku dan kau adalah yang teraktif diantara yang aktif. Namun aku yakin, semua sudah diatur olehNya, tidak ada yang kebetulan.

Pertemuan pertama tak ada cerita yang istimewa. Kau mengenalkan diri dihadapan yang lain, begitu pula denganku. Dan hari itu, pertama kalinya aku tahu namamu. Aku tahu asal sekolahmu. Dan aku tahu, cintamu terhadap tunas kelapa tidak kalah besar dengan cintaku pada tunas kelapa.

Dari caramu bicara aku tahu, kau laki-laki  (ayolah, itu tak penting untuk dibahas) kau jangkung, terbilang putih untuk kulit seorang laki-laki. Gaya bicaramu yang lugas, dari gerak gerikmu, aku yakin kau bukan laki-laki dengan sedikit bicara. Dalam artian, kau bukan seorang pendiam.

Pertemuan pertama kita selesai. Dan selebihnya, seperti biasa. Kita tak saling menyapa. Antara belum terbiasa, atau... untuk apa kita saling sapa?

Yaaa, notabenenya aku bukan orang yang humble. Mungkin kesan orang saat pertama kali melihatku adalah Introvert. Ya, aku tak akan bertanya sebelum ditanya. Entahlah, aku malu. Atau, ku pikir untuk apa aku bertanya sesuatu yang tak penting, dan tak mudah untukku mencari topik pembicaraan.