Hati teriris dibalik jiwa humoris tidak selalu teriris dalam hal percintaan, aku pun merasakan hal berbeda perihal sosialisasi. Seakan akan diriku memiliki julukan NO LIFE. Seakan akan tidak ada gairah hidup dan melampiaskan condong ke hal negatif.
Ini adalah hasil goresan tangan dan hati kecil ku tentang kehidupan pribadiku. Kepribadian ku dibilang cukup menguntungkan karena aku dapat menghibur orang lain seolah olah diriku baik baik saja dengan ditutupi nya kesedihanku oleh senyuman palsu ku. Senyuman palsu ku ini membuat aku berusaha ku untuk mencari teman yang benar benar tak palsu.
Ini gambaran ceritaku tentang kehidupan rumahku. Bahkan aku menulis ini dengan meneteskan air mata ditemani lagu pedih dengan goresan luka menggunakan kaca di lengan.
Entah ini salah siapa, siapa yang tidak ingin bahagia? Orang brengsek sepertiku pun layak memiliki masa depan dan kebahagiaan.
Entah mengapa setiap malam aku merasakan kesedihan ditemani angin malam yang membuat ku dingin. Dingin seakan akan aku hilang akan hangat nya keharmonisan keluarga. Rasa sakit ini selalu menghampiri setiap malamnya, bukan sakit fisik akibat kekerasan ataupun sakit hati karena kepedihan cinta. Tapi terdapat batin yang tersiksa, amarah meluap dan ada kekecewaan yang tak bisa ku ungkapkan.
Aku memang bisa menutupi kesedihan ini dengan lelucon spontan ku, seolah olah diriku kuat. Memang itu lah hidup, seseorang terlihat biasa saja santai tidak ada masalah, namun hidup perlu perjuangan dan kerja keras. Hidup ini kertas tak lembek macam kertas. I'm Fine, I'm Ok, But seriously, I'm tired.
Aku lelah dan aku bosan dengan keadaan yang memaksaku agar aku selalu kuat, tapi kenyataan nya aku menangis dalam sepi. Entah aku yang menangis melihat keadaan seperti ini atau kedua orang tua ku yang menangis melihat anak nya tidak berdaya sama sekali.Rasanya seolah olah aku ingin pergi ke tempat yang tak ada seseorang pun dan berteriak seakan akan dunia ini telah hancur. Membuat ku seolah olah berarti, aku tak tau kemana aku pergi dan melampiaskan semua ini. Keluarga ku hancur berantakan, bukan hanya itu. Impian ku sudah kupasrahkan, pola tidur ku berantakan, doa sudah ku panjatkan, tapi inilah hidup bukan sebuah novel ataupun dongeng. Hidup ini adalah nyata, Ekspetasi yang menurutku TERBAIK, justru itu TERBALIK. Tak sesuai dengan harapan. Kita hanya bisa berlapang dada dan berdoa, diatas sajada. Kita hanya bisa meratapi. Apakah ini nasibku? Apakah ini takdir ku? Apakah aku bisa mengubahnya? Aku tak mau ini terjadi pada buah hatiku kelak nanti. Tak ada orang tua yang melihat anak nya sengsara. Aku sudah memikirkan itu dari sekarang. Apakah keluarga dan istriku kelak menerima aku dengan keluarga yang hancur ini? Atau justru mereka nanti menolak dan tidak merestui ku? Aku harus berpikir panjang karena kini aku sudah menginjak Masa SMA. Perlu memikirkan masa depanku agar tak bimbang seperti ini. Sungguh pedih rasanya aku saat memikirkan hal ini.
Broken home adalah bukan pilihan hidupku. Broken home bukan hanya untuk anak yang mengalami perceraian. Keluarga yang utuh pun bisa merasakannya. Keluarga memang utuh tapi tak bersatu, Ini istana atau neraka?
Rumah ku seolah menjadi neraka, bukan aku tidak menerima takdir. Inilah kenyataan nya, mengapa diibaratkan neraka? Neraka membuat badan panas layaknya rumah ini yang membuat telinga panas yang harus mendengarkan suara bentakan dari ayah dan tangisan ibu sepanjang malam. Sering terucap kata kasar yang tak sepatutnya layak ku dengar, oleh pria kecil sepertiku. I'm just a kid, and my life is a nightmare.
Ingin sekali rasanya aku berteriak memberontak agar mereka menggunakan otak, bukan nafsu ego masing masing. Berhentilah bertengkar, anakmu ini masih muda, masih membutuhkan kasih hangat kalian berdua. Tolong jaga perasaan aku, tak sepatut nya melihat adegan kekerasan layaknya di tv.
Apalah daya, aku hanya seseorang pria yang berbadan kecil dan bernyali kecil, namun mereka terlihat seperti anak kecil, yang bertengkar karena hal kecil.
Rasanya aku teringat masa laluku, kita hidup penuh dengan derai tawa diwajah kita, tercipta senyum bahagia. Tapi kini? Hanya ada tangisan kecil yang tak ada hentinya.
Rasanya aku iri dengan temanku yang menceritakan kehidupan keluarganya. Mereka hidup bahagia, aku pun turut bahagia. Namun tetap saja hati ini merasakan sakit yang sangat menjerit.
Karena dirumah sudah tak ada lagi yang bisa kupercaya, dijalanan yang sangat keras aku teraniyaya, aku mencari teman agar layak bahagia. Aku sudah mencoba mencari kebahagiaan diluar sana. Nyatanya memang aku lebih bahagia berada di luar rumah, tapi rasa tak bisa bohong. Kita lebih sayang kepada kedua orang tua yang sudah membesarkan kita, mengasihi kita, memberikan semuanya yang mereka punya hanya untuk kita. Dan aku merindukan kebahagiaanku yang dulu pernah terjadi dirumah.
Setiap kejadian pasti memiliki sebab, akibat pertengkaran ini, aku menjadi depresi. Aku menjadi korban. Tapi aku memang harus tegar. Dengan ini aku belajar. Agar hidup ku sukses dan pandai. Dan kini aku memang sudah pandai, pandai akan menutupi kesedihan yang pahit ini.
Jika waktu bisa terulang, aku lebih memilih menjadi masa kecil lagi, dengan suasana adem dan tentram. Tapi kita balik lagi ke titik awal, ini adalah dunia nyata. Ekspetasi tak sesuai realita. Semua yang terjadi biarlah berlalu. Namun hanya satu yang ku tahu. Kasih sayang kalian berdua taakan pernah berlalu. Terima kasih keluargaku, atas rasa sayang yang kalian berikan, sekaligus dibumbui sedikit rasa sakit yang mendalam, tapi tak apa ini tak sebanding perjuangan kalian.
Doakan anak mu ini sukses, dan menjadi orang yang berguna bagi siapapun. Agar menjadi bijak~
Thank you mom and dad♥
Bogor, 02 November 2k18
KAMU SEDANG MEMBACA
HATI TERI-RIS DIBALIK COWO HUMO-RIS
RomanceMenceritakan perjalanan kisah menyedihkan tentang seseorang dalam menggapai kisah cinta nya, Ia selalu diabaikan diacuhkan karena memiliki banyak kekurangan. Simak kelanjutannya~