Ramen

1K 124 13
                                    

Dia bukanlah kesalahan. Dia adalah anugerahku.

.

.

.

.

.

Di antara sunyi, ada suara terisak. Jisung, entah mengapa dia menangis. Yah, mungkin ia terlalu memikirkannya. Sesuatu yang ditulis ibunya di dalam diary itu. Meskipun dia tidak suka melakukannya—menangis, air mata tetap meleleh juga.

"Ah, eomma. Eomma sangat pandai mengarang cerita. Aku jadi ingat dongeng sebelum tidurku." Ia tertawa pelan, mengusap mata kecilnya yang basah. "Jadi begitu ya? Karena itu kotak ini rahasia."

Jisung sekali lagi memperhatikan barang-barang yang ia lupakan setelah tadi terfokus pada buku diary ibunya. Barang-barang lama yang ibunya simpan, jika ia ingat kembali, semua itu penuh kenangan. Mainan lama yang hilang itu, sepertinya dia mulai ingat. Mainan yang ia terima di ulang tahun ke limanya. Sebuah kado asing di antara hadiah yang diberikan oleh ibunya. Jisung kecil sangat menyukai mainan itu, hingga setiap malam ia membawanya untuk tidur bersama. Jika ia ingat kembali... mungkin bisa saja.

Bisa saja sebenarnya mainan itu datang dari seseorang.

Lee Taeyong. Iya, Lee Taeyong itu.

.

.

.

.

.

Lee Taeyong. Dia saat itu sangat muda, saat hakim memutuskan untuk memberikannya hukuman penjara selama seumur hidup atas kasus pembunuhan. Itu sangat lama sekali. Iya, bahkan Jisung sendiri berpikir apakah kurungan seumur hidup itu pantas untuknya. Ia sudah mencari banyak hal dalam waktu satu malam. Atas pemaksaan cukup keras ia lakukan pada sang paman, ia akhirnya mengetahui sedikit kebenaran. Dia menemukannya. Yah, setidaknya ia punya petunjuk tentang bagaimana cara menemukan pria ini.

Benar, Jisung memutuskan untuk menemui pria itu secara langsung. Ia ingin tau bagaimanakah rupa seorang Lee Taeyong ini. Tentu saja foto yang ia temukan itu sudah lama sekali, sehingga sedikit banyak pasti ada perbedaan dengan pria itu di masa sekarang. Jisung juga tau kalau ia sudah dibebaskan dari penjara, bahkan sejak dua tahun lalu. Dia bebas bersyarat setelah menghabiskan banyak waktu menjadi tahanan teladan. Ada ya hal seperti itu? Kenapa setelah sekian lama dikurung, masa pengurangannya hanya satu tahun? Sebegitu berat kah kejahatan yang dilakukannya?

Lagi, mengapa dia tidak mencari tahu tentang keberadaan dirinya? Meskipun dilarang oleh sang ibu, seharusnya sebagai seorang ayah ia tetap punya rasa penasaran. Tidakkah dia ingin tau bagaimana rupa anaknya? Atau dia hanya terlalu jahat untuk mencari tau hal itu?

Jika menggunakan pengetahuan yang ia dapat dari membaca diary saja, ia yakin Lee Taeyong ini sebenarnya orang yang baik. Namun cerita sang paman juga harus dipertimbangkan.

"Sejak mereka masih sekolah aku memang sudah tidak setuju Ibumu berhubungan dengan berandal itu. Dia sering terlibat perkelahian, berkali-kali keluar masuk kantor polisi, narkoba, segalanya tentang dia adalah hal buruk. Aku hendak sekali membunuhnya saat tau ibumu hamil, tapi... kau mengertilah. Ibumu sangat keras kepala."

Kalau memang apa yang dikatakan oleh pamannya itu benar, maka Lee Taeyong itu adalah orang yang jahat. Sungguh, Jisung tidak punya ide tentang apa yang mungkin ia temukan saat nanti bertemu dengan pria itu. Tetapi dia sudah bertekad. Ia harus menemui pria itu, walau hanya sekali dalam hidupnya.

.

.

.

.

A Night with Lee Taeyong | Jisung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang