Dia dan Aku

452 78 22
                                    

Jika gelap malam adalah hal sering aku temui. Maka terik siang matahari sangat jarang aku temui. Mungkin aku sudah seperti kalong saja kah ?

Begitu pula hari ini, sekarang sudah menunjukkan 2 pukul dini hari. Tapi aku dan Gusion masih terlibat di sebuah misi yang cukup sulit.

Keadaan cuaca benar benar tak mendukung, belum lagi luka di perutku yang sangat menyakitkan. Aku bisa saja mati kapanpun.

Ini juga salahku. Tak membawa senjata andalanku dan malah ikut misi yang bukan seharusnya misiku, ya misiku kali ini meracuni seseorang dan mengambil kartu yang sangat di incar dunia hitam. Itu adalah misi Selena dan Gusion. Tapi Selena sedang izin seenaknya saja. Membuatku terlibat di sini

Tapi sayang, perkiraan ku meleset. Yang meminum bukanlah sang target membuat semua bodyguard nya mulai mencari keberadaan aku dan Gusion.

Mereka bahkan sempat melukaiku saat hendak kabur.

Sekarang aku dengan Gusion berpencar. Aku kabur ke arah selatan gedung ini.

Aku menghela nafas berat, tubuhku mulai terasa berat. Aku...

Zraaassh

"Apalagi yang lebih buruk dari ini ?"

Aku memegang perutku, sekarang hujan menimpa ku. Aku memang berhasil kabur tapi...

Hujan ini membuatku tanpa tak bisa berkutik. Pemandangan ku mulai mengabur.

Terasa berat dan lelah.

Aku ?

'Apakah aku akan berakhir ?'

Bruk

Tubuhku terjatuh diatas aspal yang keras. Aku tidak kuat lagi. Tubuhku sudah menggigil dingin dan sekarang aku tak bisa bergerak lagi.

"Aku...ingin melihat Miya terakhir kali...hanya untuk terakhir kali." Pintaku dengan lemah. Kelopak mataku terus terbuka dan tertutup. Makin lama makin gelap.

...

....

"Hei!"

Sebelum aku kehilangan kesadaran ku aku dapat mendengar suara untuk terakhir kali. Aku sangat beruntung.

"Bertahan wahai teman!"

Apa aku berhalusinasi ? Aku merasakan hangat tubuhnya. Tapi makin lama aku tak mendengar apa apa. Bahkan suara derasnya hujan juga tak dapat aku dengarkan.

'Mungkin aku sudah mati. Terima kasih untuk kata perpisahannya Miya.'

.

.

.

Author POV

Miya kali ini tidak akan menunggu Lesley lagi. Di gang bejat itu. Dia tak mau membuat teman barunya tambah marah padanya.

Tak lama kemudian hujan turun tiba tiba membuat suasana semakin dingin, dengan cepat Miya menghidupkan penghangat mobil.

"Ah~ aku jadi tak sabar untuk pulang ke-"

Mata Miya tak sengaja melihat sesuatu yang aneh. Tiba tiba sesuatu di hatinya bergejolak. Rasa ingin tahu dan penasaran semakin menjadi.

"Oke, kalian menang wahai pikiranku!"

Miya mengambil payung lipat di dashboard dan segera turun dari sana.

Ini...

Ini....

Miya melihat Lesley tergeletak tak berdaya dengan perut terluka parah. Sebenarnya apa yang terjadi ?

Miya sangat yakin sekali orang itu adalah Lesley walau memakai baju Maid gini.

Miya mendekatin dan berjongkok dan segera memayungi Lesley. Ia mengechek denyut nadi Lesley.

Ternyata sangat lemah. Dengan wajah pucat membiru menandakan Lesley sangat kedinginan.

"Hei!"

Miya langsung menepuk pelan pipi Lesley, tapi tak ada reaksi. Rasa khawatir Miya makin meningkat.

"Bertahan hei!"

Ia segera membopong tubuh Lesley membiarkan tubuhnya sendiri ikut basah terkena derasnya hujan.

"Bertahanlah. Aku mohon."

Miya membuka pintu samping mobilnya dan segera menaikkan badan Lesley yang sangat berat baginya. Mungkin karena badan Lesley lebih padat dan berisi di banding dirinya membuat Miya sedikit kesusahan.

Miya segera meletakkan payung lipat nya ke belakang dan segera pergi dari sana. Ia harus merawat Lesley segera! Atau Lesley akan mati!

Miya melepaskan jas dokternya dan menyelimuti Lesley.

Miya menggenggam tangan Lesley sebelah dengan sebelah memegang stir mobil. Tangan Lesley sangat dingin, Miya berharap tangannya bisa menghangatkan Lesley.

"Bertahanlah, aku mohon. Aku mohon."

.

Lesley demam tinggi.

Dan sudah 2 hari Lesley terbaring tak sadarkan diri. Miya masih setia menunggu Lesley.

Setiap hari dia setia mengecheck suhu tubuh Lesley, mengelap tubuh Lesley dan mengganti perban Lesley.

"Sebenarnya dimana kau dapat luka seperti ini teman ?" Miya menatap wajah cantik Lesley yang masih pucat pasi. Walau begitu Lesley memang tipe ideal semua wanita yaitu dingin dan sexy.

Miya jadi iri.

Miya mengelus pipi Lesley yang tirus dengan pelan. Entah mengapa ada sesuatu di hatinya berdegup kencang.

Ini sangat berbeda saat bersama mantannya. Estes. Degup ini...

Miya memainkan jarinya menelusuri lekuk bibir Lesley, tanpa sadar Lesley sudah sadar. Miya tersentak kaget dan terjatuh di atas kasur.

"Aku..bukan begitu. Aku..." Miya menutup wajahnya malu karena Lesley bingung di saat tak tepat. Di saat Miya terkesima dengan pahatan sempurna Lesley.

"Aku tak mati ? Huh ?" Bukan menanyakan apa yanh barusan Miya lakukan. Lesley malah terkejut dengan keadaan dirinya.

Dia meraba perutnya yang mulai sembuh dan tertutup perban.

"Aku menemukan mu kemarin." Ujar Miya.

"Aku tak mau kehilangan mu, wahai teman."


Lesley POV

"Aku tak mau kehilangan mu, wahai teman."

Deg

Kata kata Miya barusan ? Aku tak bermimpi kan ?

Baru sekali ini... ada orang tak mau kehilangan ku selain adik angkat ku.

'Aku menyukaimu.'

'Aku tak mau kehilangan mu.'

Tanpa sadar aku menangis.

Miya seketika panik melihatku menangis. Memang ini pertama kalinya bagiku. Terasa begitu berharga.

"Terima kasih Miya..."

Miya tersenyum. Ia mengelus suraiku.

"Sama sama emm bolehkan aku mengetahui namamu ?"

Aku mengangguk pelan.

"Lesley."

"Lesley ya ? Les..ley." Dia mengeja namaku. Entah mengapa terasa lucu di mataku.

"Nah Lesley sekarang dan selamanya kita adalah teman !" Serunya. Aku tersenyum membalas jabat tangannya.

'Tapi hatiku tak puas akan label teman yang barusan dia ucapkan. Entah mengapa.'

TBC
Maafkan jika cerita aku buruk ::-::

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang