1. Hari Kemarin

3 1 1
                                    

Sekolah baru. Semester baru. Pindah ke kota ini mungkin bukan pilihan yang tepat. Tapi bukan juga pilihan yang tidak berhak dicoba. Kota ini entah apa alasan yang membawaku kesini. Hanya sebuah keinginan dan tekad yang meyakinkan ku untuk memilih kota ini. Udaranya yang sejuk jauh dari polusi udara dan suara setidaknya alasan itu dapat meyakinkan ku bahwa pindah kesini bukan pilahan yang salah. Walaupun harus meninggalkan semua orang yang ku sayang disana tapi aku ikhlas demi menghapus satu kenangan buruk ku dengan dia.


*****

"Kenapa kamu gak pernah bilang key"

"A.... Aku takut kamu kecewa. Aku gak mau tatapan kamu berubah jadi tatapan penuh kasihan"

"Tapi aku juga berhak tau! Dan kamu tau aku gak akan pernah ninggalin kamu!" Suaraku mulai meninggi.

"Maaf....... Aku cuma takut kehilangan kamu" Bisiknya.

Tuhan kenapa semuanya begitu tiba tiba. Disaat aku datang membawa berita bahagia untuknya ia malah mengucapkan kata perpisahan. Ku tarik dia kedalam dekapanku. Memeluknya seolah kami tidak akan bertemu lagi. Seoalah jika ku lepas ia akan hilang ditelan bumi.

"Kamu tau key...... Aku gak akan ninggalin kamu. Aku akan melepaskan kesempatan ini kalo itu bisa bikin aku lebih lama tinggal disamping kamu" tuturku lembut sambil mengusap rambutnya. Tapi ia malah mendorongku agar menjauh dari dirinya. Ia tidak tau betapa aku sangat menyayangi nya. Sungguh. Aku akan menolak kesempatan ini demi berada di sisi keyra. Sekuat apa pun ia mendorong tubuhku sekuat itu pula aku mendekapnya.

"Bintang........."

"Ya key?"

"Aku bahagia" ucapnya. Dua kata itu entah mengapa membuat hatiku berbunga-bunga dan bisa kurasakan debaran detak jantungku menjadi tidak normal. 'Keyra aku tau kamu bisa. Kita bisa. Aku yakin itu' seruku dalam hati.

"Aku juga key" balas ku. Kuyakin saat ini keyra sedang tersenyum. Tapi entah mengapa aku merasa pelukan keyra terasa semakin lemah hingga tanganya terkulai lemah di samping tubuhnya. Tubuhku menegang seketika saat badan keyra yang berada di dekapanku menjadi lemah dan hampir terjatuh ke lantai jika aku tidak mendekapnya lebih erat lagi.

"Key....... Keyra!" Seru ku panik saat kulepas dekapanku dan melihat wajahnya yang sudah berubah menjadi sangat pucat. Segera ku letakkan badanya diatas tempat tidurnya dan langsung memencet tombol emergeny.

"KEY! KEYRAAA!" Teriakku frustasi saat dokter tak kunjung datang padahal sudah berkali-kali aku menekan tombol emergency. Aku panik. Aku takut terjadi sesuatu dengan keyra. Tidak. Tidak boleh. Keyra tidak boleh pergi secepat ini. Masih banyak yang ingin kusampaikan, masih banyak impiannya yang belum terwujud, dan juga aku masih berhutang maaf padanya. Pikiranku kalut. Segera ku gendong keyra. Berharap akan bertemu dengan seorang dokter yang dapat menangani keyra. Aku berlari menyusri koridor rumah sakit. Tujuanku hanya satu. Ruang UGD. Aku yakin disana pasti ada dokter jaga yanh bisa mebantu keyra.

*****
Mimpi itu lagi. Padahal itu kejadian 1 bulan yang lalu. Tapi entah mengapa mimpi itu selalu singgah dalam tiap tidurku. Rasanya baru kemarin sore aku mengantarnya pulang. Dan saat ini kusadari bahwa sekeras apapun aku mengingat semua kenangan kami, menyesali seluruh perbuatan ku yang mengecewakannya atau bahkakan menyusuri seluruh tempat favoritnya. Rasanya tidak akan pernah sama, karena ia tidak lagi berada disini. Tidak ada lagi yang akan membangunkanku saat dini hari untuk menyelesaikan tugas, tidak ada keyra yang marah saat aku telat menjemputnya walaupun kami tidak pernah telat masuk sekolah, tidak ada lagi kiriman chat tak jelas untuk menyemangatiku. 

"Sh*t key!" umpatku. 

 Kulihat jam yang berada di nakas samping tempat tidurku. 

03.05 masih terlalu pagi untuk bersiap ke sekolah. Ya sekolah. Sekolah baru tepatnya. Keputusan ini sudah kuambil tepat sahari setelah keyra pergi. Aku tidak ingin kembali ke sekolah yang lama karena disana terlalu banyak kenangan manis antara keyra dan aku selama 5 tahun terakhir. Mulai dari pertemuan kami dalam sebuah kelompok saat mos smp. Satu kelas selama 3 tahun. Dan meningkat menjadi hubungan yang lebih spesial. Keyra sang ketua ekskul PMR dan Bintang sang kapten tim basket. Siapa yang tidak mengenal pasangan ini. Setiap aku melakukan tournament di pinggir lapangan keyra akan selalu setia menemani dengan tas p3k yang berada di sebelahnya ia menjadi tim medis khusus yang di rekrut oleh tim basket. Tepatnya aku lah yang merekrutnya, aku ingin dia selalu berada disana saat aku mendapatkan point, saat aku lelah, dan saat aku membawa thropy kemenangan. Ruang kelas, lapangan basket, ruang uks, koridor sekolah, kantin bahkan hingga tempat parkir menjadi saksi bisu dalam perjalanan kami selama 5 tahun.

Itulah alasan terbesar mengapa aku berada di kota ini. Dan memilih melanjutkan sekolah disini. Semua orang yang ku kenal berusaha menahanku untuk tetap tinggal. Sebagian lagi menatap dengan tatapan kasihan. Mereka tidak tau apa yang ku rasakan. Keyra, dia adalah cahaya di langit yang gelap. Ia adalah sebuah petunjuk kemana aku harus melangkah. Ia adalah tempatku pulang. Ia rumah bagiku. Setelah ia pergi aku bagaikan anak kecil yang kehilangan orangtua di tengah keramaian. Gelap. Takut. Resah. Bagai orang yang kehilangan sandaran aku tidak bisa berbuat apa apa aku tidak berjalan maju tapi tidak pula terpaku pada masa lalu. Hanya diam di tempat dan berharap semua ini hanya mimipi. 


Hope you guys like this chapter. Setelah sekian lama naskah ini ada di hp, akhirnya post juga karena sayang aja gitu. tidak berharap banyak, cuman mau menuangkan imajinasi dalam mengisi waktu luang. 


Regards

shan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cahaya BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang