The Continued Rendezvous

154 20 3
                                    




Jiho menautkan kedua alisnya bingung. Entah Jaehyun sedang terkena efek jet lag atau kebanyakan minum kafein, sehingga omongannya melantur. Atau mungkin otak Jiho yang sedang gangguan sehingga tak dapat mengartikan pernyataan aneh Jaehyun itu.

"Hahaha, jangan bengong dong." Jawab Jaehyun, tertawa kecil menangkap ekspresi bingung di wajah manis itu. Ia sendiri menyalahkan mulutnya yang mengeluarkan kata-kata tanpa berpikir dua kali. Tapi kenyataannya memang benar. Memang ia sedang mencari cara untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa hubungan jarak jauh bukanlah sesuatu yang harus disesali dan meyakinkan Jiho juga nantinya.

Hanya jika sang gadis  masih mau untuk menjalin hubungan istimewa itu dengannya.

Dan Jaehyun harap gadis itu masih mau. Meskipun ia harus berjuang untuk mendapatkan jawaban setuju dari gadis itu untuk kembali menjalin hubungan, ia tidak keberatan. Ia tidak keberatan untuk memperjuangkan cintanya dan melakukan pendekatan kembali dengan Jiho.

Pendekatan semasa SMA dulu memang kurang romantis, karena itu pengalaman pertamanya dalam mendekati seorang perempuan. Ketika ia bercerita kepada teman-temannya bagaimana jalan cerita PDKT antara dirinya dengan Jiho, mereka meresponnya dengan tawaan. Katanya, tipe pendekatan seperti itu kurang lebih mirip dengan tipe pendekatan mereka ketika jaman sekolah menengah pertama.

"Ya abis... Baru juga ketemu udah bawa-bawa topik itu aja." Gadis itu mengerucutkan bibirnya, tanda ia dongkol. Mungkin tidak dongkol kepada Jaehyun sih, ia lebih kesal kepada dirinya sendiri. Sebenarnya ia lah yang mengusulkan untuk mengakhiri hubungan jarak jauh mereka. Bukan karena adanya lelaki lain yang mengisi kekosongan itu disampingnya, namun karena dirinya yang sering tak kuasa menahan rindu.

Ia lemah, ia tahu. Ia lemah saat harus disadarkan dengan fakta bahwa lelaki pujaannya itu tak bisa berada di sisinya seperti masa-masa sekolah menengah yang indah itu. Ia lemah ketika ia membutuhkan sebuah pelukan hangat dari sang kekasih, namun ia tak bisa mendapatkannya karena sang kekasih berada ribuan kilometer jauh darinya.

Melihat perubahan ekspresi wajah sang gadis yang berada di hadapannya, Jaehyun tertawa kecil sembari mengepalkan tangannya. Menahan dirinya agar tidak menjulurkan tangannya dan mengacak surai kecokelatan sang gadis. Kalau sampai ia kelepasan melakukan hal itu, bisa jadi atmosfer baik diantara mereka saat ini akan berubah. Yah, meskipun sudah sedikit berubah karena pernyataan aneh Jaehyun sebelumnya.

Keheningan menghampiri kedua insan tersebut. Jaehyun yang sibuk memperhatikan Jiho yang terlihat semakin menawan dengan sedikit perubahan pada gadis itu dan Jiho yang sibuk mengatur detak jantungnya karena menyadari tatapan intens yang diberikan sang mantan kekasih kepadanya.

"Permisi, ini pesanan tambahannya." Kehadiran seorang pelayan yang membawakan pesanan Jiho akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka. Jiho pun tersenyum ramah kepada sang pelayan dan mengangkat gelas plastik yang berisi vanilla latte. Berbeda dengan Jaehyun, gadis itu tidak terlalu menikmati kopi. Jiho lebih suka minuman yang manis-manis sebenarnya, namun entah mengapa hari itu ia sedikit membutuhkan kafein.

Mungkin untuk memikirkan dan mempertimbangkan pernyataan Jaehyun sebelumnya.

"Ji, kamu bakal marah gak?" Tanya Jaehyun tiba-tiba saat Jiho sedang menyesap minuman miliknya.

"Huh?" Gadis itu meletakkan gelasnya kembali di atas meja, menautkan alisnya sambil menatap lelaki di hadapannya dengan bingung.

"Jawab dulu, bakalan marah enggak?"

Mendengar respon Jaehyun atas kebingungannya, Jiho memilih untuk tidak ambil pusing dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. Toh kalau omongan Jaehyun akan membuatnya marah, mungkin tidak akan memberikan pengaruh apapun. Mungkin ada, yaitu hubungan 'mantan yang berteman baik' akan menjadi 'mantan yang menyebalkan'

reconciliation. // jung jaehyun x kim jihoWhere stories live. Discover now