Prolog.

41.1K 1.8K 56
                                    

Kadang,
Beberapa kali aku bertanya pada diriku sendiri. Apa aku menginginkan ini semua? Apa aku benar-benar ingin semua ini terjadi? Apa semua ini bisa berjalan seperti keinginanku?

Tapi jawaban yang selalu kudapat adalah ya, ya, dan ya.
Aku menginginkan ini semua.

Jika bukan karena sembilan tahun lalu. Jika bukan karena dia mau menerima uluran tanganku kala itu. Aku tidak akan se obsesi ini.  Aku tidak akan se bergairah ini.

Dulu, aku selalu berfikir bahwa semua orang akan mati pada akhirnya. Jadi kenapa tidak di percepat saja. Aku membantu mereka semua mati dengan caraku. Terlebih setelah ibuku mati di tangan seseorang yang sama sekali tidak aku duga.

Tapi akibat perbuatanku ayah membenciku. Memarahiku dan mulai berkata bahwa aku gila. Lalu aku di kirim ke sebuah tempat berisi ratusan orang gila. Aku tidak gila sungguh. Aku waras dan masih bisa membedakan mana kesenangan dan mana yang membosankan.

Hingga dalam masa kurunganku aku melihatnya, dia nampak biasa saja dengan sweater merah maroon kedodoran dan celana pendek. Berbeda jauh dengan sepupu-sepupu perempuanku yang jika berkumpul sudah seperti peraga busana.

Aku mencoba bermain-main dengannya. Memblokade jalan yang akan di laluinya dan membuatnya takut. Tapi yang kulihat di matanya hanyalah tatapan penasaran.

Lalu tangan kecil kurus itu menjabat tanganku. Dan rasa hangat langsung membuncah dalam dadaku. Aku belum pernah se menakjubkan ini setelah peristiwa itu terjadi.

Dengan cepat setelah itu, kami berteman. Dia bahkan mau berteman denganku walaupun aku sudah membunuh dua belas orang yang lima di antaranya adalah asisten yang menjagaku.
Dia memang tidak tahu siapa aku dan apa yang telah aku perbuat. Jadi aku menikmati permainan ku.

Sampai suatu hari dia bilang dia akan pergi. Sebenarnya aku ingin mencongkel matanya sebelum dia pergi, anggap saja hadiah untukku. Tapi aku terlalu terpaku pada tingkah lakunya yang menggemaskan di mataku.

Dan dia pergi. Benar-benar pergi setelah kecupan selamat tinggal dariku.

Aku menginginkan nya. Untuk diriku sendiri. Bahkan saat Reyhan dengan terang-terangan menantang bahwa perempuan ku itu tak bakal bertahan lama. Aku tetap menginginkannya.

Berada di dekatnya membuatku tetap waras. Dan aku merasa hangat.

Jadi selama sembilan tahun tanpanya. Aku benar-benar gila. Bahkan berusaha membunuh ibu baruku yang rasanya menyebalkan sekali waktu itu. Kubunuh semua orang yang berani menentangku, membuat ayah lagi-lagi marah karena harus turun tangan menutupi segala kegilaanku.

Alxena. Dia mirip dengan anjing pudel milikku yang kubunuh karena terlalu berisik. Dia berisik tapi dia hangat. Dan aku suka.

Sembilan tahun penuh Alxena di kepalaku dan akhirnya aku bertemu dengannya lagi setelah dalam sembilan tahun itu aku mengawasinya dari jauh.

Kesan pertama kali saat aku bertemu dengannya adalah aku bergairah. Sangat. Hingga rasanya sakit di selangkangan ku berdenyut ke kepala.

Dan begitu juga hari-hari selanjutnya. Aku selalu begitu setiap berada di dekatnya. Membuatku lupa tentang bagaimana rasanya membuat usus orang lain terburai atau mencolok mata seseorang dengan bolpoin agar aku bisa memajangnya di meja kerja.

Aku waras. Tidak hanya melulu tentang darah dan mati yang aku pikirkan. Tapi aku memikirkan cara bercinta yang menakjubkan bersama Xena.

Sekarang semua dalam genggaman ku. Seperti yang aku inginkan dengan adanya tekanan. Dia sudah menjadi istriku. Budakku. Tempat pembuangan benihku. Tempat aku akan melampiskan segala emosi yang terpendam.

Aku cukup senang untuk saat ini.

∆∆∆

Pernikahan adalah impian semua orang. Tapi jika menikah dengan seseorang yang kau cintai. Dan aku sama sekali tidak mencintai Cedric si bajingan itu. Bahkan mungkin tidak akan pernah.

Setelah pemberkatan itu. Setelah pengikatan itu. Aku sudah yakin bahwa ini memang takdir. Dan Alxena tidak akan menyerah pada takdir.

Akan kunikmati semua permainan nya. Akan ku langkahi semua mayat yang dia bunuh untukku. Akan ku injak tangannya untuk menjadi alas kakiku. Aku akan membuatnya sekarat, memohon-mohon padaku. Memohon agar aku menerimanya. Seperti yang dia bilang bukan? Aku adalah pengontrol baginya. Pengontrol bagi emosinya.

Revenge is revenge.

Kata Killian. Teman SHS sekaligus teman sekampusku. Kejahatan di balas kejahatan. Itu harus karena jika tidak. Maka tidak akan ada hal yang menarik terjadi di dunia ini.

Let us see.

∆∆∆

ini baru prolog kok wkwk

ngga bingung kan gimana pov nya?
Yap. Gue bakal sering bikin pov Cedric di sini karena gue ingin wkwk

Jadi see you di chapter satu.

jangan lupa vote, comment and share

Salam dari gue yang galo

oxygenicaddict

ID LINE : OXYGENICADDICT_
ID : _VRA.RHMAAA

NO EDIT YES

(2)Obsession : Our Passion (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang