Setelah lelah membeli banyak barang Guanlin dan Jieqiong pergi mencari cafe terdekat untuk mengisi perut.
" Sayang, aku ke toilet sebentar " Guanlin berjalan ke belakang untuk pergi ke toilet. Jieqiong hanya mengangguk dan melanjutkan lagi makannya.
Guanlin melangkah masuk ke toilet, setelah buang air kecil ia mencuci tangannya namun inderanya mendengar dua orang dari balik bilik toilet tengah berbicara namun satu orangnya terdengar menangis.
.
."Aku rasa kita sebaiknya berpisah, jievan" Jihoon yang baru saja duduk membulatkan matanya tidak percaya. Otaknya terus berkata bahwa ini semua tidak benar. Jihoon menarik tangan Jinyoung menjauh dari meja, mereka masuk kedalam toilet.
"ada apa denganmu Jinyoung? Um?" Jinyoung hanya diam tak menjawab. Air mata jihoon sidah tidak kuat untuk di bendung lagi.
" Hiks Jinyoung . . . Kenapa kau seperti ini hikss coba katakan kau kenapa? " ia terus menangis.
'karena aku mencintaimu jievan,aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu'
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi Jievan, aku selingkuh. Dan sebentar lagi aku akan menikahi selingkuhanku itu" Jinyoung hanya menunjukan muka dinginnya dan berusaha tidak peduli dengan lelaki cantik didepannya itu namun dari lubuk hatinya yang terdalam ia merasakan sakit yang teramat melihat lelaki didepannya telah menangis karena perbuatannya, rasanya ia ingin sekali memeluk kekasihnya erat, namun dirinya tidak bisa berbuat apa apa.
"hikss J-jinyoung, baru saja tadi pagi kau memelukku dan berkata bahwa aku adalah orang yang sangat kau cintai setelah ibumu" isaknya semakin menjadi.
'tuhan, aku sungguh tak kuasa melihatnya menangis karenaku'
"Aku tidak memiliki siapapun lagi selain dirimu Jinyoung. Aku tidak memiliki keluarga, aku tidak memiliki teman, aku hanya memilikimu, tapi kau justru menghianatiku. hiks sungguh kau setega ini padaku" lanjutnya
Ada diam sesaat.
"Apa kau tidak bisa mendengarku ha!? Aku sudah tidak mencintaimu lagi jievan, Kau tidak memiliki silsilah keluarga yang jelas, kau pantas untuk dibuang seperti ini. jadi enyahlah dari hidupku!?" Jinyoung berteriak dihadapan jihoon, nadanya terdengar sangat ketus dan tegas namun pada kenyataan hatinya sangat sakit mengatakan hal menyakitkan kepada orang yang sangat ia cintai itu. Tangannya ia kepalkan kuat-kuat lantaran terus bergetar menahan tangis.
'ah apa yang ku katakan barusan? Itu pasti sangat menyakitkan jievan. Maaf kan aku sungguh'
Mata jihoon memburam karena tertutup oleh cairan bening di pelupuknya, ia menggeleng tak percaya kepada lelaki dihadapannya. Tanpa aba aba ia mengepalkan tangannya dan
'PLAK'
satu tamparan melayang pada pipi lelaki berwajah kecil itu.
Jihoon bergegas dari bilik toilet berniat untuk keluar. Namun ketika hendak berlari kencang tangannya ditahan kuat-kuat oleh Jinyoung.
Jinyoung menahan tangan Jihoon kuat-kuat seolah takut bahwa orang kesayangannya akan pergi jauh. Karena tangannya yang bergetar hebat, ia malah mencengkram kuat tangan jihoon untuk meredakan, namun genggamannya menyebabkan tangan Jihoon kesakitan.
'bodohnya aku, aku menyuruhnya pergi namun sekarang menahannya'
" hikss Jin-Jinyoung, Lepass hikss. . Sak-kiit hiks" Jihoon semakin terisak akibatnya.
Dari balik bilik pintu Guanlin mendengar rintihan sakit, ia tidak bisa tinggal diam. Ia mendekat dan membuka bilik pintu itu lalu melepaskan cengkraman Jinyoung dari jihoon.
( anggap aja jihoon lagi nangis )
Jinyoung melihat cengkramannya terlepas dari Jihoon, ia menoleh siapa yang melepaskannya.
"Heh bangsat. ."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate | lgl.pjh
Fanfiction[ B X B ] ⚠ Tidak ada yang tahu bahwa diriku adalah bagian dari takdirmu -jihoon, 22 tahun. Harapanku saat ini hanya satu, Menerima dirimu sebagai orang yang telah tuhan rencanakan untuk menjadi pendampingku setelahnya. -Guanlin, 23 tahun. "Ini ba...