4

82 15 3
                                    

"Heh bangsat. . .kau sudah melukai hatinya, jadi kau jangan melukai fisiknya juga" Guanlin memandang Jinyoung lekat memperkuat cengkraman tangannya dari Jinyoung.

Jinyoung terlihat diam sampai pada akhirnga ia menunduk dan melengos pergi tanpa membalas perkataan Guanlin.

Guanlin menarik tangan Jihoon dengan sangat hati-hati untuk keluar namun baru saja keluar beberapa langkah dari pintu masuk toilet, Jihoon langsung terduduk dan menangis sejadi-jadinya.

Guanlin yang tidak tega melihat itu, langsung berjongkok dan menepuk-nepuk punggung Jihoon berharap perlakuan ini bisa menenangkannya.

Dari arah lain Jieqiong setengah berlari dengan dress yang masih ia kenakan karena suaminya tak kunjung kembali dari acara buang airnya.

"astaga mas, kau apakan dia?? " ujar jieqiong sedikit berteriak.

Guanlin menoleh melihat sang istri terlihat sangat panik. Ia terus menggeleng-geleng takut istrinya berpikiran yang bukan-bukan.

"Aku hanya menenangkan orang yang menangis sayang, dia tadi di campakkan kekasihnya"

Jieqiong ikut terduduk di bawah, mengelus punggungnya berniat menenangkan namun Jihoon malah terbangun dan menundukan tubuhnya 90° "T-terima hiks kasih" Jihoon pergi meninggalkan pasangan suami istri itu.

Jieqiong menatap lekat punggung jihoon yang mulai menjauh "Kasihan dia, tega sekali orang yang menyakiti lelaki manis sepertinya, siapa ya namanya?" Jieqiong bermonolog.

"Jievan" Balas Guanlin.

Jieqiong menoleh mengerutkan keningnya "Mas tahu dari mana? Jangan-jangan kau menyukainya yaa??"

" Bukan begitu jie, Aku tadi mendengarkan dia dan kekasihnya bertengkar" Ujar Guanlin jujur.




















" Lagian, aku tidak mungkin menyukai seseorang selain dirimu."



















.
.
.
.

Jihoon berdiam diri di ruang ganti pegawai ia terus terusan menangis. Selang beberapa menit munculah woojin membawa sesuatu, pandangangannya tertuju pada barang berwarna pink yang Woojin bawa. Itu koper miliknya, Jinyoung telah memindahkan semua barang milik Jihoon kedalam situ.

" Aku mencarimu tadi, ternyata kau disini Jih-Jievan. . . Aku membawakanmu ini dari kekasih berkepala kecilmu itu, wahh baru beberapa bulan kalian berpacaran, kau sudah pergi liburan dengannya , Good Good" Woojin menyerahkan koper milik Jihoon, dan mengacungkan jempol.  "jangan dulu membuat anak, kalian belum halal" Woojin menghilang di ambang pintu, Jihoon hanya tersenyum, menunduk lalu menangis lagi dan akhirnya tertidur berharap semuanya hanya mimpi.


Langit yang berwarna jingga ke gelapan menandakan bahwa saat ini waktu telah menuju malam.

"Jievan. . Bangunn, kau tertidur di lantai dan badanmu hangat, sekarang sudah waktunya pulang." Woojin menggoyangkan tubuh berisi milik jihoon, mata jihoon perlahan terbuka memperlihatkan muka sembabnya.

'ah ternyata bukan mimpi'

"astaga Jievan, kau kan hanya demam mengapa wajahmu sembab begini. . . . "

' aku mohon hyung, jangan sebut namanya'

"Nanti liburanmu dengan Jinyoung menjadi tidak seru bila kau sakit sepert-Heeyy jievann! Aku belum selesai mengomelimu" Jihoon terbangun, membawa koper di hadapannya dan meninggalkan Woojin yang masih berceloteh.

.
.
.

Jihoon berjalan di atas trotoar pikirannya berkecamuk  'Aku harus pergi kemana, aku tidak memiliki tempat tinggal, aku tidak memiliki keluarga, Aku tidak memiliki teman. Woojin hyung? Ahh dia sudah memiliki istri dan juga anak, aku takut istrinya berpikir yang tidak tidak jika aku ikut menginap dengannya. Harapanku hanya Jinyoung, tapi ia mengkhianatiku. Dengan usiaku yang sudah tua seperti ini aku tidak mungkin pergi ke panti asuhan itu lagi'

Pikiran Jihoon melayang kemana-mana, tanpa sadar ia menginjak batu yang cukup besar menyebabkan badannya oleng dan terjatuh kejalanan. Saat hendak berdiri dan membawa koper yang jatuh ke tengah jalan, pandangannya memusat ke lampu mobil yang mendekat ke arahnya.

'mungkin ini lebih baik' Jihoon memejamkan matanya erat bersiap menghadapi ajal yang segera menjemputnya.


.
.
.
.

Setelah lelah menghabiskan waktu seharian dengan berbelanja, makan, dan bersenang-senang di taman hiburan, pasangan suami istri ini tengah bergurau di dalam mobil. Membuat siapa saja iri melihat keharmonisan pasangan ini.
"ahahahha sudah jie berhenti menggelitik pahaku. . Itu gelii ahahha aku tidak bisa fokus jie. . " Guanlin kegelian dan tak lama gelitikan dari Jieqiong berhenti, Jieqiong mengerucutkan bibirnya.

"Jadi, mas tidak ingin bercanda denganku lagi"

Jieqiong terus mengerucutkan bibirnya membuat dirinya terlihat menggemaskan didepan suaminya. Guanlin kehilangan fokusnya, ia tak kuasa melihat istrinya begitu menggemaskan seperti itu.

"Tidak sayang, bukan seperti itu. Aku sedang menyetir aku takut terjadi sesuatu jika mobil ini men-"

"MASS AWASSSS!"



-CKITTTT- 




-BUGHHH-

Guanlin otomatis mengerem mobilnya dengan cepat namun nihil. Ia telah menabrak seseorang. orang itu sedikit terpental dari tempatnya. Mereka berdua Syok lalu bergegas keluar, melihat orang itu sudah  pingsan, dahinya terluka  berdarah. Dan setelah itu Guanlin terkejut saat melihat siapa yang tergeletak itu.













"JIEVAN??"




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fate | lgl.pjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang