chapter 4

6 1 0
                                    

‘Tidak kusangka aku akan melakukan hal ini, hahaha..’tapi kurasa kabur adalah satu-satunya cara bagiku agar aku tidak perlu melihat wajah Ayahku lagi. Aku sudah muak dengan semua ini, mengapa tak ada satupun orang yang mengerti. ‘Aku hanya ingin diperhatikan seperti anak-anak lain yang tidak perlu meminta’.

“Hani..kamu menginap saja dirumahku, sekarang sudah malam” sahut herin di ujung sana, “tidak usah..aku akan menginap di sauna saja” kuputuskan sambungan telfon ku dengan Herin dan bergegas mencari penginapan terdekat.

‘Ahhh..hujan’, ku angkat wajahku ke langit malam, baru kali ini aku merasa tenang saat terguyur hujan. Kutempelkan earphone ditelingaku rasanya sungguh tenang aku ingin berlama-lama seperti ini, dan melupakan semua masalahku
(Heize - You, Cloud's, Rain)

Eh? Hujan  ya berhenti?, oh bukan ini payung, ku gadahkan pandanganku. Mataku bertemu dengan matanya. Ia melepas earphone ku “Kemarin ninggalin aku sendirian, trus sekarang kamu mau hujan-hujanan? Sakit lho nanti.

Herin menghubungiku by the way” Mark menatapku, Ia melepas jaketnya lalu ia tenggerkan jaket hitamnya dibahuku, aku malu aku terlihat sangat rapuh dihadapan orang ini. Tidak aku tidak pernah seperti ini, kenapa harus kamu Mark.

Mark membawaku ke mobilnya, well kurasa karena hujan, baru Ia membawa mobil. Pria itu memakaikan sabuk pengamanku, lalu kita berangkat. “Kita akan kemana?” gumamku lemah, pria itu tersenyum. “Rumahku”.
.
.
  .
Rumah milik keluarga Mark Lee cukup besar, Ia membopongku masuk yang langsung disambut oleh Ibunya yang terlihat panik. “Astaga Minhyun ada apa ini?!”. ‘anak ini dipanggil Minhyun ketika dirumah, lucu sekali’.

Ibu Mark langsung membawakan kami handuk dan aku pun diminta untuk berendam air panas agar aku tidak terserang flu atau demam.

“Nak baju kamu basah, pakai bajunya Minhyun dulu aja ya gede kok, gak bau juga hehe” sahut ibunya memberiku beberapa helai baju.

Aku mengangguk lalu tersenyum lemah, “Makasih ya tante, tante baik banget” wanita paruh baya itu tersipu mendengar pujian ku, mirip sekali dengan Mark hehe.

“Kamu pacarnya Minhyun?” tanya ibu Mark padaku, aku terkaget mendengar pertanyaan nya. Ah..bukan tante saya teman nya Mark” sahutku tersenyum kikuk, wanita itu terlihat kecewa mendengarnya “Payah sekali Anakku yang satu itu” gumamnya lalu berlalu.
.
.
  .
Malam itu sungguh canggung, aku makan malam bersama keluarga Mark. Ada ibu dan kakak laki-lakinya, Daniel “Kamu pacarnya Mark?” tanya nya. Mark tersedat mendengarnya ia batuk-batuk tak keruan setelah itu, ku sodorkan minumku padanya yang kebetulan aku duduk disebelahnya. “Trims” bisiknya pelan.

“Bukan hyung5 astaga aku sudah membahas ini dengan mu tadi..” omongan Mark tersebut dipotong oleh kakaknya, “Tapi seleramu bagus juga, cantik.

Umur mu berapa?” Ibu Mark yang berada di depanku reflek menyenggol Daniel yang ada disebelahnya dengan sikutnya, “umurku delapan belas tahun” sahutku pelan, yang langsung di respon oleh semburan tawa dari Daniel.

“Selera aku sih yang seumuran sama aku..taunya cewenya aja beda 2 tahun lebih muda ahahahaha” teriaknya menertawakan Mark. Kulirik Mark yang kini tengah tertunduk malu.

“Udah niel jangan digodain Mark nya, belum pacaran mereka juga” lerai Ibu Mark, tapi entah mengapa perkataan Ibunya membuatku bersemu merah. Tanpa kusadari Ia pun tersenyum.
.
.
  .
Esoknya aku terbangun di kamar Mark, Mark tidur di kamar Daniel semalam. Ku langkahkan kakiku keluar menuju halaman belakang rumah.

“Hani, udah bangun?” Ibu Mark melambai padaku dari ujung taman, Ibunya gemar berkebun ternyata. “Udah tante” sahutku balas melambai padanya. Ia berjalan menghampiriku.

“Ku dengar kau suka musik? Jurusan musik juga ya” sahut wanita itu merapihkan pakaiannya, “Iya tante, tante tau dari mana?” tanya ku polos menatapnya, wanita itu tertawa “siapa lagi kalua bukan dari anak ku sendiri hm?, Minhyun yang memberitahuku” sahutnya lagi, rasanya sangat tenang ketika melihatnya tertawa.

“Oh iya ya hehe” jawabku kikuk.
“Hani tante nitip aja ya, Minhyun itu kelihatan nya lugu, tapi hidupnya lebih suram dari kelihatannya.

Ia selalu memimpikan sosok Ayah, apadayaku tak bisa memenuhi tugas ku menjadi seorang single parent” wanita itu menunduk sedih, tak tega melihat wanita sebaik Ibu Mark bersedih, “Baik tante, saya akan menjaga Mark” wajah wanita itu langsung segar kembali setelah mendengar ucapanku. Ternyata kita itu sama Mark.
.
.


Siangnya kuputuskan untuk pindah ke rumah Herin, aku tidak ingin merepotkan keluarga Mark terus-menerus. Namun ditengah jalan ponsel ku berdering. Althan.

“Ada apa?”
“Temui aku di Café XXXX sekarang”
“Baiklah”,
ada yang aneh, Althan tak pernah terdengar seserius ini.

Sesampainya aku di café, ku lihat Althan menungguku di meja paling belakang dekat jendela, tertunduk. Ku hampiri pria itu lalu duduk dihadapan nya, Ia terlihat berbeda, wajahnya pucat dan terlihat seperti telah banyak menangis.

“Apa yang..”
“Ayah..,terjerat..kasus korupsi” sahutnya terbata, aku terlonjak kaget yang benar saja

“Tadi malam ada yang mendobrak rumah, Ayah dan Ibu kabur, hanya ada aku dirumah, untung saja aku sempat melarikan diri” Athan, aku sangat kasihan padannya sekarang, kudekap pria itu dalam pelukanku. “Tidak apa-apa”.

Suasananya begitu hening, terdengar sayup-sayup lagu dari speaker café,
(Kyuhyun – a million piece’s).
.

  .
“..비도 오고 그래서 네 생각이 났어
Because it was raining, I thought of you
생각이 나서 그래서 그랬던거지
Because I thought of you, I was just like that
별 의미 없지
It just didn’t mean anything..”
(Heize – You, Cloud’s, Rain)

euphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang