Pagi, Natasha!

61 10 0
                                    


                    ***
(Wanita yang buruk adalah wanita yang sengaja mengeraskan suaranya agar didengar oleh laki-laki yang bukan mahramnya.)
~Aisyah R.A~

...

Pukul enam pagi, sepanjang jalanan menuju sekolahnya masih lengah. Udaranya pun cukup segar, belum banyak terkontaminasi oleh knalpot kendaraan. Beberapa alasan yang membuat seorang Natasha memilih berangkat pagi-pagi sekali. Selain itu, jalanan yang sedikit lengah membuatnya tak perlu repot-repot berbagi jalan dengan pengendara lainnya, baik mereka para pekerja maupun anak-anak sekolah sepertinya. Suatu kebiasaan jika waktu mereka telah mepet aliasnya hampir telat, mereka akan mempercepat laju kendaraan tanpa mempedulikan yang lainnya. Satu lagi keuntungan berangkat lebih pagi, Natasha jadi memiliki waktu senggang disekolah yang bisa dimanfaatkan untuk muroja'ah pelajaran ataupun untuk membaca komik favoritnya.

Pagi ini seperti biasa, Natasha dan sahabatnya, Airis sudah mengayuh sepeda ke sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Oh iya! Kenalkan ini Airis, sahabat Natasha sejak kecil.  Nama lengkapnya, Airis Fatia Khanza, gadis muslimah yang usianya empat bulan lebih tua dari Natasha. Gadis hitam manis pemberani, yang tidak bisa diam dan tidak suka leheningan yang haqiqi. Satu lagi sifat sahabatnya yang disukai Natasha, Airis itu adalah tipe orang yang jujur dan dia memiliki selera humor yang menurut Natasha 'kriuk-kriuk' alias garing.

...

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, meskipun Airis benci situasi seperti ini. Dia menahan mati-matian agar tidak bersuara yang pada akhirnya akan mendapat lirikan tajam dari Natasha.

Sungguh, bukankah makhluk-Nya yang tak terlihat itu ada dimana-mana? Keduanya hanya berusaha utuk menjaga etika sebagai muslimah yang baik. Menjaga adab seperti yang biasa guru ngaji mereka tuturkan.

'Gunakan waktu diperjalanan dengan sebaik-baiknya. Berdzikir? Jika kau bertemu malaikat, menambah kebaikan bagimu. Bersendau gurau berlebihan? Jika kau bertemu dengan makhluk-Nya selain malaikat, bisa saja mendatangkan keburukan bagimu.'

15 menit berlalu, akhirnya keduanya sampai ditempat tujuan. Mereka segara memarkirkan sepedanya di tempat parkiran. Sepeda berwarna putih dan hijau sebagai penghuni pertama dan kedua di tempat parkiran pagi ini.

Natasha mengambil tas jinjing berisi buku bacaan di keranjang sepedanya, tak lupa tas biru yang ia gendong tinggi-tinggi di punggungnya. Hal ini juga dilakukan oleh Airis. Mungkin ini terlihat culun? Biasanya anak sekolahan menggendong tas mereka sampai ke bagian pantat. Namun, kurang pantas saja jika buku-buku berisi tulisan ilmu harus di sejajarkan di belakang dengan bagian pantat.

"Pagi, mbak Natasha..." Suara seorang pria paruh baya menyapa indera pendengaran keduanya. Seorang tukang kebun sekolah yang sedang menyapu halaman.

"Assalamu'alailkum, Pagi Natasha..." Airis menjawabinya dengan nada yang dibuat-buat, ia sedikit kesal dengan Pak Joko, seorang tukang kebun di sekolahnya karena ia hanya menyapa Natasha saja. Iya jika itu hanya sekali, Airis tidak masalah. Namun, bagaimana jika itu dilakukan setiap hari.

Natasha tersenyum geli dengan raut wajah Airis saat ini, ia suka Airis yang merajuk seperti ini.

"Ouh...Assalamu'alaikum Pagi, mbak Natasha..." Ulang pak bon yang semakin membuat Airis mendengus kelas, ia berpura-pura merajuk dengan memalingkan wajah.

"Wa'alaikumsalam pagi juga, Pak Joko!" Balas Natasha dengan senyum manisnya.

"Ih... Pak Joko kok nyebelin banget sih! Natasha aja terus yang disapa." Akhirnya Airis mengeluarkan unek-uneknya juga.

"Ya kan Neng tau sendiri...Pak Bon itu kesulitan kalo manggil nama neng Airis." Balas pak Joko enteng tanpa beban, dan lagi-lagi berhasil membuat Airis mendengus kesal.

"Nah.. itu bisa!"

"Kapan, Neng?" Pak Joko memasang wajah bingung. Airis tau sebenarnya Pak Joko hanya bercanda. Dirinya pun tidak benar-benar kesal dengan pria paruh baya ini. Hanya sebatas lelocon pagi, karena baik Pak Joko maupun Airis sama-sama memiliki sifat humoris.

"Sebelum terjadi perang dunia ke-10... kita pamit ya, Pak. Mau ke kelas dulu." Sahut Natasha menengahi dua makhluk yang berbeda generasi tersebut.

"Iya, Neng!"

Keduanyapun beranjak menuju ke kelas, XI IPA 1 yang terletak di lantai dua.

...

Happy reading kawan...
Jangan lupa vomentnya
.
.
.

Gadis di JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang