Ista

8 3 0
                                    

AWAL KESEMPATAN
Vi

  Gadis itu menatap fajar dengan hati hampa. Tak biasanya gadis bermata biru keunguan itu tak tersenyum. Di sebelahnya terdapat sesosok laki-laki bertubuh tegap namun tak lagi bernyawa.

  “Kau tahu apa yang membuatku ingin bertukar dunia denganmu?” tanya sang gadis.

  “Kau lelah menjadi manusia yang selalu tak teranggap namun ada?” jawab laki-laki itu seraya pindah ke depan gadis.

  “Bukan cuma itu, aku harap aku tak pernah hadir. Terkadang hal yang tak sengaja tetapi dianggap sangat… yah, kau paham. Lalu, aku berharap apabila bukan ia yang pergi, maka aku yang harus pergi.” Jelas sang gadis

  “Asal kau tahu, aku lebih memilih menjadi manusia tak teranggap dengan rentetan hidup yang makin menggila saat bertambah usia daripada terkurung di tempat yang sama, namun seratus persen tak nyata.” Fajar telah lenyap, disaat bersamaan gadis dan hantu masuk ke dalam rumah.

  “Ista, jangan putus harapan. Sebanyak apapun orang yang tak menyukaimu dan sebanyak apapun sumpah serapah itu kau harus maju dan buktikan bahwa kau ada di antara mereka. Kalau kau putus asa, ingat bahwa pembuktian itu bukan keinginanku, tapi aku… Araf.” Gadis itu diam, sejenak ia tersenyum kemudian kembali beraktifitas seperti biasa. Begitu pun dengan Araf, laki-laki itu kembali tak nampak dan berharap  malam segera tiba.

  Matahari perlahan pergi, bulan yang terlihat. Araf berduduk santai di sofa menunggu kepulangan Ista.

  “Ista pulang, hari ini melelahkan.” Araf menatap Ista yang berdiri di depan pintu, gadis itu melepas sepatu juga menggantung blouse tebalnya.

  “Tadi pria yang mengantar roti dan susu datang, aku menyuruhnya menaruh di meja dan mengambil tip yang ada.” Araf masih setia duduk di sofa.

  “Ia bertanya sesuatu?” tanya gadis seraya memanaskan pizza untuk makan malamnya. “Tidak, ia hanya tersenyum dan mengucap terimakasih. Apakah kau masih dipandang sebelah mata?” Araf mendekati Ista yang menatap microwave.

  “Begitulah, setidaknya bosku menghargai dan menyukai kerja kerasku.” Jelas Ista singkat.

  “Harapanmu menjadi manusia, apakah masih berharap?” Tanya Ista. “Tentu saja masih, kenapa? Kau sudah menemukan caranya?” Araf berjalan mengikuti Ista menuju meja makan.

  “Aku malas mencari tahu, kau terlalu tampan… nanti rumah kecil di tengah kota ini akan penuh dan terkenal oleh fansmu.” Ucap Ista sambil menghabiskan pizzanya.

  “Yang benar saja, bantu aku sayang.” Ucap Araf, Ista mendelik dan agak menjauh dari sang hantu.

  Araf menahan tawa, ia mendekat dan menatap Ista lembut supaya gadis itu mau membantunya. Gadis itu tak memperdulikan laki-laki yang tembus pandang.

  “Baiklah-baiklah, tapi aku tidak yakin dengan cara ini,” ucap Ista yang akhirnya kalah. “Apa? Katakan saja dahulu.” Sahut Araf cepat, ia benar-benar tak sabaran.

-;edit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awal kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang