Memandanginya dari kejauhan. Mengagumi parasnya yang rupawan. Memuja tingkah lakunya yang menyenangkan. Menyukainya. Mencintainya. Menginginkannya. Mark melakukan semua itu sendirian. Melewati tidak hanya satu dua kali musim sakura mekar, tapi lima.
Andai kata-andai kata mengucur tanpa pernah jadi nyata. Andai kata aku pacarnya. Andai kata dia pacarku. Andai kata kencan pertama kami nonton bioskop. Andai kata ini. Andai kata anu. Andai kata semua itu bukan cuma andai kata. Apa boleh buat, memang begitu akibatnya kalau Mark betah main rahasia.
Ragu mengekang Mark, membelenggu renjananya yang menggebu-gebu terhadap Lucas. Resah juga gelisah, takut cintanya hanya satu arah. Rekam jejak asmara sang pemilik hati selalu Hawa, tidak—atau belum—pernah Adam. "Raga ini, apa tidak bisa ditukar dengan raga perempuan?" racau Mark setelah botol alkohol pertamanya tandas di perayaan kedewasaannya bulan Januari lalu.
Kesempatan demi kesempatan terlewat, terbuang sia-sia. Kenginan kalah kuat dengan keraguan dan kegelisahan. Kembali Mark menceburkan diri ke jurang nestapa, ujung dari lika-liku cinta yang sejatinya cuma begitu-begitu saja.
*
[a/n]
Cerpen setengah puisi ini berlanjut ke chapter Lucas yang sudah selesai kutulis.
Omong-omong, ada yang sadar nggak kalau huruf pertama kalimat di masing-masing paragraf membentuk kata MARK?