1

12 4 0
                                    

Brakkk!

Prangg!!!

"Yya!MAKANANNYA TIDAK ENAK!KAU INGIN MERACUNIKU!?DASAR TAK TAHU TERIMAKASIH!"

Plakkk!!!

Sebuah telapak tangan mendarat di pipi Ahra,dia tersungkur dengan rambut yg acak acakan. Dia menunduk,tubuhnya bergetar ketakutan.

Sang Ibu.ah bukan, lebih tepatnya  Ibu tirinya,Gong Daeshin tak memberinya kesempatan untuk bicara,dia terus melayangkan tangannya ke tubuh Ahra.

Tubuh kecil itu dipenuhi luka lebam dan ruam.Setiap hari dia terus mendapatkan perlakuan yg sama oleh Ibu tirinya.

"INI SEMUA SALAH AYAHMU YG MEMBERIKAN SEMUA ASET KEKAYAANNYA KEPADA SEOKYUNG BUKANNYA KEPADAKU!DAN PASTI KAU JUGA DAPAT SEBAGIAN DARI HARTANYA KAN!?"bentak wanita berusia 48 tahun itu.

Ahra hanya terisak,mendengar penuturan Ibu Tirinya itu yg selalu menanyakan tentang harta yg mendiang Ayahnya tinggalkan.

Kini rambut Ahra ditarik keatas, membuatnya memekik kesakitan.

"A-aakkkhhh!E-eomma s-sakiit" ia meringis kesakitan.Air matanya tak bisa untuk tidak turun membasahi pipi putih polosnya.

"A-aku tak tahu apapun tentang harta warisan itu Eomma,hiks"

"Kau tak bisa berbohong kepadaku!sekarang katakan!dimana kau menyimpan harta bagianmu!"ucapnya dengan menarik rambut Ahra lebih keras lagi.

"A-aku t-tak tahu E-eomma"

"Kau masih berani berbohong juga hah!"ucapnya.Lalu menyiramkan kuah panas ke kepala Ahra,"Sekarang rasakan ini!"

Brukkk!

"Sekarang kembalilah ke kamarmu dan berikan surat warisanmu kepadaku!Aku beri kau waktu sampai besok sore!Jika kau tak menemukannya jangan harap kau bisa makan!". Kekejaman Dashin dimulai dari 4 bulan yg lalu ketika Ayah Ahra, Park MukJae meninggal dan memberikan seluruh kekayaannya kepada adiknya Park Seokyung.Dashin tak terima akan hal itu dan melampiaskan semuanya kepada Ahra.

Dia mengira Ahra juga mendapatkan sebagian warisan itu karena Ahra adalah anak kandung Mukjae.

"Hiks...hiks...E-eomoni~ naega bogo sipheoyeo.Jika Eomma masih hidup pasti kita sedang membuat Kimbap dan Tteokpokki bersama"ucapnya dengan suara seraknya sambil mengamati foto kenangan Ibunya dengan dirinya.

Ahra adalah anak perempuan satu satunya di keluarga Park. Dia ditinggal Ibu kandungnya saat dia berusia 10 tahun karena penyakit yg diidapnya selama bertahun tahun.

Sejak kecil Ahra adalah anak yg ceria,sabar,dermawan,cerdas dan tentunya sopan.Dia pandai dalam berbagai hal dia sangat pintar memasak,olahraga,dan tentunya dia pandai di sekolah.

Piala hasil kerja kerasnya tersusun rapi di rak kamarnya. Ahra termasuk anak yg mandiri, bahkan dia bisa membeli mobil sendiri dari uang yg ia kumpulkan selama 2 tahun.Dan biaya sekolahnya saja ia tak meminta kepada Ayahnya.

Tapi semuanya telah lenyap, tabungannya diambil oleh Dashin,mobilnya pun telah di jual,dan tadi pagi dia mendengar bahwa dirinya akan dijual kepada seorang pengusaha minyak.

Sebegitu bencinya Ibunya kepadanya kah?.

Yah,itu bukan hal yg biasa untuk Gong Dashin.Wanita yg hanya mementingkan kehidupannya sendiri,dia akan melakukan apapun untuk mencapai apa yg ia inginkan.

Ahra hanya bisa berangan angan jika saja Ibu kandungnya masih berada di sisinya pasti dia masih bisa tertawa, dan masih bisa makan makanan yg pantas untuk dimakan.

Ibu tirinya tak pernah memberikan izin kepadanya untuk memakan makanan yg dihidangkan,Ahra akan memakan sisa dari piring Ibu tirinya dan juga Kakak tirinya.

Mungkin jika Ahra pemarah dia akan bisa merebut haknya.

Sayangnya Ahra tidak bisa marah dengan mudah,dia terlalu sabar,dan terlalu polos untuk memarahi Ibu tirinya.

Setelah berhenti menangis Ahra tertidur.

***********

Pagi ini Ahra bangun lebih awal dari biasanya,dia berusaha mencari buku rekeningnya yg terakhir.Ahra tak pernah mendapatkan warisan dari Ayahnya,bahkan sebuah lukisan pun tak ia dapatkan.

Jadi ia akan mengambil seluruh uang tabungannya yg kurang lebih masih ada 12 juta Won.

(*Kira kira 150 Juta rupiah)

Setelah menemukan buku rekeningnya,Ahra pergi ke dapur dan membuat sarapan untuk Ibu tirinya dan Kakak tirinya.

"Eomma, aku akan langsung berangkat sekolah,makanannya sudah aku siapkan diatas meja, nanti siang akan ku bereskan itu. Sampai jumpa!"seru Ahra sebelum menghilang dibalik pintu.

Dia berjalan menuju halte,sambil menunggu bis datang ia memakan beberapa roti kecil untuk mengganjal perutnya, itulah yg selalu Ahra makan, jika dia masih lapar dia hanya akan membeli Bungeoppang.

(*Kue berbentuk ikan dengan isian kacang merah)

Ahra hanya bisa bersyukur Ibu dan kakak tirinya tak kelaparan, dan ia masih bersyukur mereka masih diberi kesehatan. Bagaimanapun mereka juga keluarga Ahra.

Bis datang.

Ahra duduk di baris ketiga bagain kiri di samping jendela. Itu adalah tempat kesukaanya.

******

Sesampainya di kelas ia meletakkan tasnya lalu mengambil beberapa alat bersih bersih untuk sekedar membersihkan lantai depan yg kotor karena hujan.

"Park Ahra."

"Ne?"

"Eoh,Kang Daniel sunbaenim, ah Annyeonghaseyo"ucapnya lalu membungkuk 90° di depan kakak kelasnya itu.

"Ne,annyeong"balas Daniel.

"Kenapa kau mengepel lantainya? Kan ada orang lain yg bisa membersihkannya."

"Ah,tak apa apa lagian aku juga tak ada hal yg bisa dikerjakan" ucapnya sambil tersenyum manis membuat pria didepannya itu tidak bisa untuk tidak mengacak acak rambutnya.

"Baiklah, tapi lain kali biarkan para petugas yg membersihkannya,Ara?"ucapnya dan mengacak rambutnya pelan.

"Ehe,nee sunbae"ucapnya dan tersenyum lucu.

"Baiklah aku akan ke kelasku ya, bye"ucapnya lalu meninggalkan Ahra sendirian.

"Nee,Annyeong"ucapnya dan melambai ke arah pemuda dengan rambut blonde itu.

Ahra memang anak yg gampang bergaul.Hanya saja ia juga malu untuk mengungkapkan sesuatu, misalnya jika dia akan menanyakan hal dia pasti akan menunda nunda itu walau orang yg akan ia tanya sudah berada di depannya.

Dia sangat ramah dan gampang tersenyum,untuk sekedar supaya terlihat baik baik saja.Tapi kenyataanya dia sangat menderita,dan tak ada yg tahu itu.

TBC

Since: [Monday.22.04.2019]

Im Fine:')  -JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang