Intro : First Impression

118 13 27
                                    

Gemercik air terdengar ke seluruh penjuru kamar mandi membiarkan air yang keluar dari keran tinggi untuk menyapu seluruh tubuh atletis milik seorang pria. Gila jika harus mandi air dingin sementara diluar hotel sana sedang turun salju, tetapi pria itu tak biasa jika harus mandi dengai air hangat, terkecuali untuk berendam di bathup. By the way, it's december.

Rasa hangat mulai terasa di kulitnya ketika dirinya memejamkan mata berusaha menghilangkan rasa dingin yang mulai menghilang disekitarnya.

"Tak membangunkan, huh?" Pria bernama lengkap Jeon Jungkook itu melihat kearah kedua tangan yang sedang melingkar nyaman disekitar perut kekarnya.

"Mirae, kau tak suka bila dibangunkan" Jungkook mendengus menanggapinya, sementara wanita yang berada dibelakangnnya mencebik sebal dan semakin mengeratkan pelukannya berusaha menghilangkan rasa dingin dari air shower yang terkena kulit telanjangnya.

"Jungkook, dingin" ketika tangan Mirae berusaha untuk nakal merambat kearah bagian bawah Jungkook, seketika itu Jungkook melepaskan tangan Mirae secara paksa dan menyambar handuk putihnya untuk ia pakaikan di daerah privasinya.

"Selesaikan mandimu dengan cepat, kita tak boleh terlambat" instruksi Jungkook sambil berlalu untuk keluar dari kamar mandi dan meninggalkan wanita tersebut sendirian.

Jeon Jungkook memang tak punya perasaan spesial untuk wanita bernama Park Mirae yang sekarang sedang mandi dikamar hotel yang ia sewa dari kemarin lusa, wanita itu hanyalah sebagai asistennya, hubungan yang terjadi diantara mereka hanya sebatas atasan dan bawahan saja, tak lebih dari apapun, tetapi yang dibutuhkan oleh Jungkook adalah kepuasan nafsu dari wanita tersebut.

Bagi Jungkook semua wanita sama saja, menggoda atau ingin digoda. Jika Jungkook menjalin kasih dengan seorang wanita pun ia tak sungguh-sungguh mencintainya, hanya dijadikan sebagai mainan dan pelampisaan penatnya dari pekerjaan perusahaannya yang bergerak di bidang fashion yang tersohor di seluruh jagat raya.

Jungkook siap dengan setelan formal yang dibalut oleh coat hitam nyaman nan mahalnya tengah bersiap untuk acara talkshow yang ia terima. Hey, jaman sekarang siapa sih yang tak tahu seorang Jeon Jungkook si pengusaha muda, sukses dan terlebih tampan.

Jungkook meneliti penampilannya dibalik cermin yang tersedia di backstage acara tersebut. Tersenyum kepada dirinya sendiri, merasa bangga dan sangat percaya diri.

"Oke, Tuan Jeon-siapa yang berpengaruh besar dibalik kesuksesaanmu?"

"Ibuku"

Acara talkshow tersebut selesai dengan cepat, tanpa Jeon Jungkook kira. Pertanyaan yang diajukan oleh host sangat familiar sekali, tak ada yang spesial diantara semua wawancara yang ia lakukan. Sampai Jungkook bisa menebak-nebak pertanyaan yang akan diajukan oleh host perempuan yang memimpin acara di daerah Anaheim, USA.

Jungkook kemari bukan sekedar untuk menerima undangan acara talkshow tersebut, mana mungkin ia mau untuk meluangkan waktunya mengisi acara -yang menurutnya tak berguna-tetapi ada banyak hal yang harus Jungkook dan asisten setianya lakukan disini, seperti menemui pihak perusahaan yang akan bekerja sama dengannya dan memeriksa cabang perusahaan yang ia bangun di daerah tersebut karena telah menerima laporan mengenai salah satu pegawai yang ia percaya mengemban tanggung jawab yang besar telah membawa kabur sebagian dana dari keuntungan perusahaan tersebut.

Sialan. Tapi seorang Jeon Jungkook tak perlu memperdulikan masalah seperti itu, ia memiliki harta yang melimpah dan tentunya berkuasa, sehingga dengan cepat masalah tersebut terselesaikan hanya karena memberikan sedikit uangnya.

"Sore ini, kita pulang ke Seoul" setelah mendengar perintah tersebut, Mirae langsung mengalihkan pandangannya menuju seseorang yang duduk disebelahnya tepatnya dibangku penumpang tersebut, sementara ia sibuk mengendarai mobil mewah milik tuannya.
"Baik tuan" Mirae kembali fokus pada acara mengemudinya.

**

Hal yang paling membosankan di dunia ini adalah ketika kau harus memperhatikan orang yang berbicara dengan cepat di depan kelas sana. Membosankan sehingga membuat jenuh dan terlebih rasa kantuk yang menyebalkan. Sama halnya seperti wanita muda berumur dua puluh empat lebih setengah tahun yang duduk di deretan kursi dengan menopang dagunya ke tangan kanannya sebagai tumpuan agar kepalanya tak terbentur meja. Entah sudah berapa kali dirinya harus membuka matanya lebar-lebar dan menghela nafas. Pikirannya berkata bahwa ia harus memperhatikan dosen -sialan- yang sialnya terus memperhatikan dirinya tengah mengantuk tetapi matanya terus saja berusaha untuk tertutup. Waktu terasa begitu lama, dalam lima menit terhitung wanita itu sudah mengalihkan pangdangannya menuju jam dinding milik kampus beberapa kali.

Setelah terkurung di ruangan terkutuk, dirinya cepat-cepat melangkahkan kakinya ke kantin untuk mengisi perutnya yang belum ia isi sama sekali sejak tadi pagi, kalau tidak ia bisa hidup gila dan mati kelaparan.
"Baik oppa, setelah les, aku tutup" gadis itu menghela nafasnya ketika sambungan ponselnya terputus dengan seseorang di sebrang telepon sana. Seseorang yang ia cintai. Ahn Jira adalah wanita yang sedang memakan makanannya di kantin kampusnya. Ini semester terakhir untuk meraih gelar sarjana ke-2 dalam jurusan Bahasa Inggrisnya, maka ia harus benar-benar bekerja keras untuk tesis dan pekerjaan yang ia dapat setelah wisuda nanti. Jira harus mengikuti beberapa kali bimbingan belajar ketika dirinya sama sekali tidak mengerti apa yang pemateri berikan dikelasnya, mengingat kejadian dikelasnya tadi, rasa malas dan kantuk sepertinya sudah menjadi kebiasaannya.

Jira keluar dari gerbang kampus kesayangannya ketika ia mengingat sudah tidak ada kelas dan langsung berjalan kearah dimana tempat ia bekerja part time untuk mengisi waktu luangnya juga untuk mengisi kantong sakunya, opsi kedua adalah hal yang terpenting. Jarak antara kampus dan tempat Jira bekerja terhitung bisa di jangkau oleh berjalan kaki, tidak jauh dan tidak dekat, hanya saja Jira berpikir sayang jika uangnnya ia pakai untuk naik bus apalagi taksi. Jira bekerja di sebuah apartement mewah sebagai cleaning service, setiap hari rabu dan minggu. Jika ada sebuah perayaan pesta di apartement maka Jira pasti di panggil untuk bertugas di pesta tersebut, entah sebagai penjaga stan makanan atau sebagai petugas kebersihan.

"Jira bertugaslah dikamar 1012" intruksi atasan Jira. Namanya Jung Hoseok, si tampan dan dermawan. Iya, dermawan jika ada maunya.

Setalah mendengar penjelasan dari sang atasan, Jira tak segan untuk melangkahkan kakinya menuju kamar yang ia tuju. Tak lupa merapihkan seragam kerjanya dan mengetuk pintu.

Tak butuh waktu lama, maka pintu apart terbuka "Annyeonghaseyo, aku petugas kebersihan Ahn Jira" sapa Jira dengan membukkukan badannya sopan dan tak lupa untuk tersenyum. Pemilik kamar model VIP itu memundurkan langkahnya memberi kode kepada Jira untuk masuk, tanpa berkata. Jira sedikit sebal, seharusnya pemilik kamar yang berjenis kelamin pria itu meyapanya juga atau sekedar membalas senyumannya, tetapi memang pada dasarnya orang kaya selalu angkuh maka Jira harus memakluminya.

Ketika Jira memasuki apartement itu, seketika Jira membulatkan matanya. Bukan karena ukuran apartement yang luas karena Jira sudah sering melihat apartement yang luas nan mewah, tatapi suasana disini membuat Jira berdecak menjijikan bukannya membuat Jira kagum. Keadaan disini sangat memprihatinkan matanya, baju berserakan diatas lantai, kripik kentang bertaburan, banyak botol soju yang menggelinding membuat lantai basah. Setahu Jira ini pertama kalinya ia ditugaskan disini, apa mungkin pria ini memiliki kebersihan yang berantakan atau sedang frustasi ditinggal oleh pacarnya?

"Aku baru pertama kali menyewa petugas kebersihan, jadi gunakan kepercayaanku sebaik-baiknya" pria bercelana pendek dan berkaos hitam itu memberikan Jira sehelai kertas. Ah, ternyata daftar apa yang harus Jira lakukan. Setelahnya lelaki berkulit pucat itu melangkah meninggalkan Jira menuju lantai atas.

"Baiklah nona Ahn-semangat!" Jira mengacungkan kepalan erat kedua tangannya bermaksud memberikan semangat kepada dirinya sendiri.

Empat jam lebih empat puluh menit Jira menyelesaikan pekerjaannya. Ia melihat pergelangan tangannya yang dihiasi jam tangan berwarna perak, tidak perak asli dan juga tidak mahal, hanya saja jam tangan special dari seorang pria yang menjalin kasih dengannya. Waktu pun sudah menunjukan pukul delapan lebih lima menit, dan ia akan mengakhiri pekerjaannya pada pukul delapan lebih dua puluh menit.

"Tuan, jam kerjaku hampir habis, apa ada lagi yang bisa aku bantu?" setelah Jira mengetuk pintu yang mungkin kamar dari majikannya itu -pikir Jira- Jira memberitahu jika jam kerjanya hampir habis, barang kali kamar dari tuannya itu diminta untuk Jira bereskan, maka Jira akan bersedia, karena kepuasan pelanggan adalah nomor satu bagi atasannya.

"Siapa kau?"

TBC

INNOCENT GUILTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang