"Siapa kau?"
Jira berjinjit kaget ketika sebuah suara mengagetkan dirinya dari belakang, dengan panik Jira membalikkan badannya menghadap seorang pria berkacamata hitam yang telah mengagetkannya beberapa detik yang lalu.
Clek.
Pintu yang Jira ketuk beberapa saat lalu terbuka menampilkan sosok pria pucat yang masih memakai pakaian yang sama. Terjebak diantara dua pria asing membuat Jira sangat tidak nyaman, kedua pria itu seperti mengeluarkan suhu kutub yang menyerang dengan kedinginannya.
"Waktu kerjamu habis, kau bisa pergi" pria pucat memberi penjelasan pada Jira, setelah mendengar hal tersebut Jira buru-buru membungkuk pada pria susu tersebut tanpa membungkuk pada pria berkacamata hitam yang sama arogannya seperti pria susu.
Setelah berpamit pada Jung Hoseok, Jira langsung melesat lari menuju tempat lesnya. Bimbingan belajarnya hanya satu jam saja. Jadi ia akan kembali pada buku dan alat tulisnya. Meskipun bosan tetapi Jira harus melakukan hal tersebut, jika tidak ia akan menggelar predikat pengangguran yang berpendidikan.
Hell, big no.
"Kau pulang dengan siapa?" Tanya teman kampus Jira yang sama-sama mengambil bimbingan belajar pada jam malam. Namanya Park Haera. Gadis pintar matematika dan bahasa.
"Sendiri" jawab Jira sembari melihat sedih kearah Haera.
"Ayahku menjemput, mau pulang bersama?" oke, Jira benar-benar iri dengannya. Selain pintar pun Park Haera anak dari seorang konglomerat. Apalah Jira yang hanya seorang dari keluarga yang biasa-biasa saja, ayahnya pun sudah tiada juga ibu yang sudah tua renta tetapi tak berhenti untuk bekerja di sebuah rumah sakit sebagai perawat di sebuah rumah sakit kecil di Gwangju. Ibu Jira tinggal di Gwangju, dan Jira merantau ke Seoul untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Hidup memang tak adil, hanya dirimu yang bisa mengadili hidupmu.
"Terima kasih sebelumnya, tetapi aku akan mengerjakan tugas terlebih dahulu sebelum pulang disini, menggunakan wifi" bohong Jira karena berada diantara orang kalangan atas bukan kebiasaannya dan ia merasa tak nyaman diantara mereka, seperti di intimidasi, entah karena gelagatnya atau pakaiannya yang kuno.
Jira mengeratkan coat biru langitnya ketika sedang menunggu seorang pria yang ia cintai di depan gedung tinggi bernama Golden Closet. -Kim Taehyung-Pria yang telah mengisi hari-hari kelamnya, pria tengil, pria dewasa yang mempunyai senyuman kotak, dan pria yang telah menjalin hubungan asmara bersama Jira selama satu tahun ini.
"Ahn Jira!" kembali dikagetkan dari belakang membuat Jira sedikit kesal. Setelah mengetahui siapa yang berani mengagetkannya, Jira langsung memukul lengan atas pria tersebut.
"Ya ampun, kau mengagetkanku!" Jira kesal sekaligus bahagia melihat wajah di hadapannya itu tersenyum senang karena berhasil membuatnya kaget.
"Maafkan aku sayang, tapi aku tidak berjanji tidak akan melakukannya lagi" ucap Taehyung sembari memeluk Jira sayang.
___
"Kau membawaku ke restoran yang cukup mahal" ucap Jira kepada Taehyung ketika mereka sudah duduk saling berhadapan di restoran yang cukup membuat pengurasan terhadap uang. Jira tahu bahwa Kim Taehyung itu hanya bekerja sebagai bagian administrasi di pekerjaannya, tidak spesial dan tidak memperoleh gaji yang sangat besar untuk kehidupannya. Bisa dibilang hanya berkecukupan.
"Jangan khawatir, ini hari spesial" Taehyung menjawab sembari memegang pergelangan tangan Jira.
"Kau aneh sekali" Jira menatap Taehyung keheranan, berusaha untuk menyelami kedua mata hitam milik kekasihnya, ingin mengetahui sebenarnya apa yang akan direncanakan pria tengil di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT GUILTY
FanfictionJeon Jungkook yang menyesatkan Ahn Jira. Menarik gadis itu untuk memeluk kegelapan bersamanya disebuah ikatan takdir yang berubah karena Jeon Jungkook. "Aku tak sehebat Tuhan, tapi aku bisa mengubah takdirmu"-Jeon Jungkook Story by snowfever_