50. City Park

10.2K 941 119
                                    

*Adakah diantara kalian yang merindukan Rain?

Jika ada, saya harap chapter ini dapat mengobati rasa rindu kalian.

~Rain POV~

Saat mataku terbuka di pagi hari, yang kudapati pertama kali adalah wajah damai Robert yang masih tertidur. Ia pulang sampai larut malam, mungkin ia sangat lelah sampai ia belum bangun meski jam sudah pukul 7 pagi. Perlahan aku melepaskan pelukan Robert di pinggangku. Aku melakukannya dengan pelan dan hati-hati agar Robert tidak terbangun.

Setelah itu, aku turun dari tempat tidur dan mengganti pakaian dengan bathrobe. Lalu aku masuk ke dalam kamar mandi dan mandi serta berendam air hangat di bathub. Kemudian aku kembali ke kamar dan mengganti pakaianku dengan baju sehari-hari. Aku kembali melirik ke arah Robert yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur.

Terbesit sebuah ide di dalam kepalaku untuk menyiapkan sesuatu yang dapat membuat semangat Robert meningkat di pagi hari. Akhirnya aku pun keluar dari kamar dan turun ke lantai satu menuju meja makan.

Niatku, aku ingin membawa sarapan ke kamar dan membuatkan Robert cappuchino tapi ternyata begitu aku sampai di meja makan, tidak ada makanan yang tersisa sehingga aku hanya berdiri di samping meja sambil menatapi piring-piring kotor yang berantakan di atas meja.

"Rain, maafkan kami karena menghabiskan sarapannya. Kau jadi tidak mendapat bagian" Ray berucap dan menatapku dengan wajah menyesal sedangkan aku masih tetap menatap meja dengan wajah sedih. Sedih karena aku tidak bisa sarapan padahal perutku sudah bernyanyi dengan kencang.

"Ini salah Bert, dia terlalu rakus sampai menghabiskan banyak makanan" Ryuzaki menjelaskan sambil menunjuk ke arah Bert yang masih melanjutkan santapannya yang tersisa.

"Itu wajar bukan, aku disekap berhari-hari dan jarang diberi makan. Aku kelaparan" Bert berucap kesal lalu kembali melanjutkan sarapan. Aku tidak sedih lagi setelah mendengar pengakuan Bert. Bert pasti tersiksa selama disekap oleh musuh Robert, jika yang menghabiskannya adalah Bert, aku tidak masalah.

"Jangan banyak alasan, dasar pria rakus!" Reno yang berada di sebelah Bert mencibir.

"Reno, kenapa kau jadi kasar seperti ini padaku? padahal dulu kau sangat lembut" Bert bertanya dengan dahi berkerut.

"Ya, aku memang lembut tapi sebelum aku tau kalau kau tidak lebih dari sekedar pria mesum" kata Reno menatap Bert dengan mata membulat tapi reaksi Bert hanya tersenyum gemas menatap Reno yang sedang marah dihadapannya.

"Tapi kau memyukai pria mesum ini kan?" Bert menggoda Reno.

"S-Siapa juga yang menyukaimu" Reno menyangkal.

"Aku tau kau menyukaiku, lihat saja dirimu sampai gugup dan tersipu malu. Jangan berbohong pada perasaanmu sendiri, Reno" kata Bert tapi Reno hanya memalingkan wajahnya yang sudah memerah seperti terbakar ke samping.

"Reno.." Bert memanggil Reno dengan berbisik di samping telinganya hingga hembusan nafas dari Bert membuat Reno bergidik.

Reno langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara dan tidak disangka-sangka bibir Reno bertemu dengan bibir Bert. Reno terdiam membeku di tempatnya tanpa bisa berbuat apapun saat ia sangat terkejut mendapati posisi wajah Bert yang sangat dekat dengannya.

Bert menjadikan diamnya Reno sebagai kesempatan untuk melumat dan menjilati bibir Reno hingga bibir Reno basah dan mengkilat akibat jilatan dari Bert. Reno kemudian tersadar dari lamunannya dan menyadari bahwa Bert saat ini sedang memainkan bibirnya, karena itu Reno segera mendorong tubuh Bert dengan kuat dan memberikan satu tamparan keras di pipi kiri Bert.

"Baru berciuman saja aku sudah di tampar, bagaimana nanti jika aku sex dengan.."

PLAK!!

Ucapan Bert terpotong karena Reno kembali menamparnya dan kali ini di pipi kanannya. Bert meringis dan memegangi kedua pipinya yang memerah akibat tamparan keras dari Reno.

Love And Position [Lanjutan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang