79. A Dress

7.6K 658 73
                                    

~Robert POV~

Aku tidak pernah berhenti untuk tersenyum semenjak Rain menerima lamaranku semalam. Ia terlihat sangat bahagia, apalagi saat ini Ayah dan Ibunya hadir ditengah-tengah kita. Bukan hanya Rain yang bahagia, akupun sama bahagianya.

Rumah ini lebih ramai semenjak kehadiran mereka. Bahkan Papa dan anak buahnya juga tinggal disini. Tidak salah aku membangun rumah yang luas dan besar, karena dengan mewahnya rumah ini, semua orang dapat berkumpul dan bersenang-senang disini.

"Selamat pagi, Sayangku" sapaku pada Rain yang sudah lebih dulu sarapan di meja makan. Karena urusan bisnis yang mendadak sehingga aku menyuruh Rain untuk ke meja makan lebih dulu dan aku menyusul ketika urusan bisnisku selesai.

Begitu menyapa Rain, aku menghampiri tempatnya duduk lalu menunduk untuk menyejajarkan posisi wajahku dengan wajahnya. Setelah itu Rain menoleh ke arahku dan aku langsung memberikan ciuman selamat pagi untuknya. Aku menghentikan ciumanku ketika kurasa sudah cukup lama dan Rain mulai kehabisan nafas untuk meladeni cumbuanku.

"Kenapa tidak sekalian kau memberikan morning sex untuk Rain?" aku langsung menoleh dan memberikan tatapan tajam setelah mendengar ucapan vulgar dari Papa.

"Papa." aku membentak karena merasa sedikit tidak nyaman dengan ucapan Papa. Terlebih lagi, Ayah dan Ibu Rain ada disini dan mendengar ucapan Papa tersebut.

"Memangnya kenapa? Kurasa Rain tidak akan keberatan" kata Papa sambil memberikan senyum miring pada Rain yang kini sedang terdiam mematung.

"J-Jika Robert ingin.." jawabnya malu-malu. Percakapan tak mengenakkan ini membuat Ayah dan Ibu Rain terdiam sambil menatap kami dengan wajah kebingungan.

"Ayah dan Ibu jangan terkejut. Robert memang seperti itu, dia mudah tergoda dan juga mesu..mmhh" aku menutup mulut Rain dengan tanganku sebelum ia mengadu hal yang aneh-aneh pada kedua orang tuanya.

"Cepat habiskan sarapanmu, Rain. Bukankah kau ada acara dengan Robert hari ini?" Ibu Rain mengalihkan pembicaraan. Aku pun dan bernafas lega dan duduk di kursiku menikmati sarapan dengan tenang.

"Iya, tapi Robert tidak memberitahuku akan pergi kemana" kata Rain mengadu pada kedua orang tuanya dengan wajah cemberut.

"Mungkin Robert punya kejutan untukmu, Rain" Ayah Rain menimpali. Rain langsung menolehkan pandangannya kearahku. Matanya berbinar dan ia tersenyum begitu lebar. Kemudian Rain menghabiskan segelas susu miliknya dan bergegas duduk ke pangkuanku.

"Kau terlihat bahagia sekali, Bocah Manis" kataku menggusak rambutnya pelan.

"Apa yang dikatakan Ayah itu benar? Kejutan apa yang kau rencanakan? Apa kau akan mengajakku jalan-jalan lagi?" deretan pertanyaan muncul dari mulut Rain. Ia terlihat sangat bersemangat. Karena terlalu gemas melihat kelakuannya, aku tidak tahan untuk tidak mencubit hidungnya dan memberikan kecupan lagi di bibir mungilnya.

"Kalau kujelaskan padamu maka bukan kejutan lagi namanya" kataku dan Rain pun terkekeh.

"Cepat habiskan makananmu, Robert, Aku sudah tidak sabar" katanya sambil menarik-narik jas yang kupakai.

Seperti yang diperintah oleh bocah manisku, aku segera menyelesaikan sarapanku lalu berpamitan pada Ayah dan Ibu serta Papa untuk mengajak Rain pergi. Usai berpamitan, aku menggendong Rain keluar, membawanya sampai kemobil yang sudah disediakan oleh anak buahku didepan rumah.

Aku membawa Rain masuk kedalam dan memposisikannya dipangkuanku. Rain tidak berhenti tersenyum disepanjang perjalanan, ia terlihat sangat antusias. Melihat dia terlihat bahagia membuatku juga ikut tersenyum senang.

Hanya beberapa menit di perjalanan, mobil pun sampai di depan sebuah butik ternama di Belanda yang pemiliknya merupakan rekan bisnisku. Selain bisnis gelap, aku juga berbisnis dengan menanam modal pada pengusaha besar di Belanda sebagai topeng agar tidak ada yang bisa mengendus bisnis asliku.

Love And Position [Lanjutan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang