CHAPTER 2: PERTEMUAN

58 7 6
                                    

Setahun telah berlalu sejak kepergian Ibu. Datanglah sosok wanita paruh baya menjemputku dikediaman Nenek. Dia mengajakku ke rumahnya. Ia seorang guru di salah satu SMA di Riau. Dan saat itu ia menempati salah satu rumah dinas untuk guru guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Yaaaaaa. Karna ia bukan asli Riau.
Dan sejak saat itu, akhir pekanku selalu di isi waktu bersama dia. Dan entah kenapa, aku selalu nangis kalau ia tak datang menjemputku. Sampai pada suatu hari, aku tak ingin pulang ke rumah nenek. Dan ingin tetap bersamanya. Mungkin saat itu, karna aku dimanjakannya. Aku selalu mendapatkan apa yang aku mau saat bersamanya. Selalu di belikan makanan apapun yang aku mau. Aku merasa akan hadirnya sosok "Ibu" ada pada dirinya. Yaaaaa. Sosok wanita yang telah tiada setahun yang lalu kini muncul kembali.

🍁🍁🍁

Waktu berlalu begitu cepat. Sampai pada saat di mana ia meminta ku untuk memulai memanggilnya dengan sebutan "bunda". Dan aku pun mulai membiasakan diriku dengan sebutan itu. Tak ada sedikitpun terlintas dalam benakku kenapa ia meminta ku memanggilnya dengan sebutan itu. Yang aku lakukan hanyalah menuruti kemauannya.

🍁🍁🍁

Tiga bulan kemudian

Papa datang mengunjungiku. Yaaa. Karna saat itu libur kenaikan kelas. Papa hanya datang di saat libur sekolah. Karna Papa adalah seorang guru di salah satu SMP tertua di Gesek.

Akhirnya setelah setahun berpisah, aku bisa kembali berjumpa dengan Papa. Bisa kembali memeluknya. Sosok lelaki yang telah lama aku rindukan kehadirannya.

Niat Papa kali ini bukan hanya untuk mengunjungiku. Tapi Papa ingin meminta restu orantuanya, karna Papa memutuskan untuk menikah lagi. Wajar saja Papa ingin menikah lagi. Karna saat itu umur Papa baru 39 tahun dan masih membutuhkan sosok pendamping untuk menemani hari harinya dan menemani untuk membesarkan aku beserta abangku yang saat itu masih duduk di bangku SD.
Dan akhirnya Papa resmi menikahi Bunda. Sosok wanita paruh baya yang selama ini mencoba mencuri perhatianku. Dan dia telah berhasil mencuri perhatianku. Sangking berhasilnya, di hari pernikahan Papa dan Bunda, aku merengek tak ingin pisah kamar dari mereka. Karna aku takut mereka akan meninggalkanku.

🍁🍁🍁

Suatu hari, saat Papa ingin mengantarkan aku pulang ke rumah nenek, sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh Papa terjadi.
Nenek mengeluarkan seluruh pakaianku keluar dari rumah. Aku di usir dari rumah nenek. Nenek tak merestui pernikahan Papa. Yaaaa.... Karna beliau ibu dari almh Ibu ku.

Dan kejadian itu, membuat Papa memutuskan untuk kembali memboyongku ke Bintan. Tempat di mana aku dibesarkan.

🍁🍁🍁

Lagi dan lagi dan terulang kembali. Aku berpisah. Yaaa... Berpisah dari teman temanku. Teman teman yang selama setahun telah mengisi hari hariku. Dan sama seperti sebelumnya saat aku berpisah dari temanku disana untuk pindah ke Riau, lagi dan lagi aku aku mengalami hal serupa. Aku tak sempat berpamitan.
Padahal aku sempat berpesan ke Papa, kalau kali ini aku pengen bisa berpamitan sebelum aku pindah. Tapi apalah daya. Waktu libur sekolah tak banyak tersisa. Sedih? Sudah pasti!. Manusia mana yang tak sedih ketika harus berpisah. Apalah daya, karna aku hanya bisa merencanakan dan Allah yang menentukan.

Tapi di sisi lain, aku juga senang karena aku bisa kembali berkumpul dengan Papa dan abang. Ditambah dengan adanya sosok Bunda yang kini mengisi kekosongan di keluarga.

🍁🍁🍁

Sesampainya di kawal nama daerah tempat aku tinggal, Papa bertanya "Adek mau sekolah di mana? Mau balek ke sekolah lama?" Dengan tidak pikir panjang "Tak mau Pa. Adek tak mau balek ke sekolah lama. Adek mau sekolah baru". Tanpa bertanya apa alasanku, Papa langsung menuruti keinginan aku. Aku di masukkan ke SD yang bersebelahan dengan tempat Papa ngajar. Seketika aku tertawa dan berkata "Yes. Akhirnya aku gak perlu jumpa sama Trik". Trik adalah kawan di sekolah lamaku, yang selalu membuatku nangis.

🍁🍁🍁

Hari di mana aku mulai masuk ke sekolah barupun di mulai. Lagi lagi aku menjadi murid baru. Harus kembali beradaptasi dengan sekolah. Harus kembali beradaptasi dengan pelajaran. Dan harus kembali beradaptasi dengan teman teman baru serta harus kembali beradaptasi dengan bahasa. Yaaaa. Karna di sini, harus menggunakan bahasa indonesia. Sedangkan aku, sudah terbiasa dengan bahasa ibu atau bahasa daerah ketika aku sekolah di Riau. Hanya butuh waktu 3 bulan untuk beradaptasi. Karna sebagian murid di sekolah itu adalah teman masa kecilku. Merekalah yang membantu aku beradaptasi. "Semoga ini yang terakhir kali" kata ku dalam hati.

🍁🍁🍁

Sempatku berpikir "apa iya sosok perempuan yang akan menggantikan peran ibu kandungku yang orang bilang ibu tiri adalah orang terjahat di dunia yang pernah ada?"
Karna sejak Papa memutuskan menikah, banyak yang bertanya gimana Bunda? Jahatkah Bunda? Dan banyak lagi.

Sampai sampai ada yang bilang kalau Papa akan lebih menyayangi Bunda dan anak-anak hasil pernikahan dari mereka daripada aku dan abang.
Karna kala itu, lagi trend film Ratapan Anak Tiri.

🍁🍁🍁

Tapi percayalah, hidup tak seperti sinetron yang selalu kita tonton. Karna Bunda tak pernah memilih kasih sayang. Bukan hanya Bunda yang sayang sama Papa, aku dan Abang, tapi seluruh keluarga besar Bunda sangat sayang sama kami.

🍁🍁🍁

Bunda..
Terima kasih atas perhatianmu
Yang kau curahkan dalam hidupku

Bunda..
Kasih sayangmu telah membuatku mengerti
Bahwa tak selalu ibu tiri kan menyakiti
Bahwa tak selalu ibu tiri kan menyiksa
Meski kepada anak yang tak pernah dilahirkanya

Bunda..
Terbukti kini kau tlah mampu menepiskan mimpi mimpi buruk citra tentangmu
Meski masih ada yang menganggapmu jahat

Bunda..
Izinkan aku untuk memelukmu
Kan kulepaskan keluh kesahku
Mengadu tentang kisah hidup yang kualami
Dalam kelembutan sentuhan belaianmu

🍁🍁🍁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merelakan KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang