06: forever rain

847 203 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

i wish it rains all day
cause then people wouldn't stare at me
cause the umbrella would cover the sad face

(rm)

//

Matanya menatap nanar papan kelas barunya.

Kelas XI IPA 1.

Sedari tadi yang didengarnya hanya ucapan selamat. Selamat karena berhasil masuk ke dalam kelas unggulan sekolah. Mereka bilang, kelasnya adalah kelas terbaik dari yang terbaik. Hanya orang-orang yang terpilih yang dapat masuk IPA, pun hanya orang-orang terbaik yang dapat masuk ke kelas unggulan. Fajar hanya bisa tersenyum, sekalipun hatinya memberontak ingin protes. Tidakkah mereka lihat Diraditya dan kejeniusannya terhadap kalkulasi matematika? Atau Yulia, teman sekelasnya dulu yang memutuskan masuk IPS karena ingin memberikan keadilan terhadap korban-korban Kerusuhan Mei 1998? Mereka bukan orang dungu hanya karena mereka masuk IPS, tidakkah semua orang dapat melihat itu?

Fajar tidak tahu sejak kapan sebuah jurusan dapat menentukan bahwa kau cerdas atau tidak. Bukankah kecerdasan tiap individu berbeda?

Hari ini, ia tidak pulang bersama Dira. Pun kakaknya pasti sibuk dengan bandnya, seperti biasa. Hujan kembali turun, kali ini berupa rintik. Tanpa mempedulikan tubuhnya yang tak berpayung, Fajar melangkah di tengah hujan, tanpa peduli rintik yang mengecupi puncak kepalanya berulang kali, mencumbu tubuhnya yang berbalut seragam abu-abu putih. Kepala Fajar terlalu penuh untuk memikirkan hujan. Pikirnya hanya berputar-putar pada Dira yang masuk IPS, Jingga yang semakin jauh dari jangkauan, dan Fajar yang hilang arah karena sejak kecil ia terlalu terbiasa menjadi pengikut jejak orang. Ia seperti ditinggalkan sendirian di tengah hujan, tanpa payung dan tanpa petunjuk harus apa dan ke mana.

Setidaknya berkat hujan yang mencintai tubuhnya, ia tidak merasa sesepi itu.

Senang rasanya saat ada yang menemanimu menangis.

.

.

.

Kelas unggulan sejatinya tidaklah senyaman yang orang-orang pikirkan.

Sejak awal, Fajar gagu saat menciptakan pertemanan. Biarpun nama-nama yang ada di kelas unggulan telah ia kenal, bukan berarti ia nyaman bersama mereka. Setidaknya ada Adel yang Fajar kenal, setidaknya bebannya di kelas unggulan tidaklah seberat itu. Tetapi perbedaan yang paling mendasar dari kelas unggulan adalah, jam belajar mereka yang ditambah bersamaan dengan tuntutan-tuntutan yang disematkan di kedua bahu. Kau harus menjadi yang terbaik kalau kau tak ingin dikeluarkan. Kau pun harus berkelakukan baik karena, hei, bukankah kau anak kelas unggulan? Berbeda dengan Jingga yang masih bisa bebas sekalipun berada di jurusan IPA, langkah Fajar lebih terjaga. Waktunya bersama dengan Dira pun turut berkurang drastis, dikorting dengan keji oleh jam-jam sekolah dan kegiatan-kegiatan klub. Setelah belajar, mereka pun harus belajar mandiri demi menjaga nilai-nilai.

[1/3] jingga dan fajar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang