0

22.4K 1.5K 167
                                    


You should learn from him

He grow up in the deepest mud

But still blooming

- Alteo to Victim

.

.

"Apa kau pernah melihat kasus pembunuhan seperti ini sebelumnya?" Park Jimin sudah cukup menahan diri untuk menyuarakan pertanyaan itu sejak beberapa menit lalu. "Maksudku-ya Tuhan, korban dibuat menderita lebih dulu sebelum dia membunuhnya!"

Ya, butuh waktu yang lama bagi Jeon Somi untuk meregang nyawa.

Detektif Kepolisian Incheon-Kim Namjoon memandang wanita yang tewas itu dengan tatapan membeku. Dia meneliti luka sayatan di sepanjang lengan kanan korban, lalu tikaman yang menjulur dari sisi kiri ke kanan leher korban, kemudian tatapannya naik ke arah kedua mata korban.

Mata kiri Somi tampak di congkel.

Bau darah dan kematian memenuhi udara di sekelilingnya. Di belakangnya, Namjoon bisa mendengar suara orang yang sedang muntah. Suara itu berasal dari seorang petugas kebersihan yang menemukan mayat Somi tergeletak di belakang bangku taman.

Pergelangan tangan dan kaki Somi diikat dengan kain berwarna merah yang simpulnya dirangkai seperti pita natal. Selotip menutupi mulut somi-tidak diragukan lagi bahwa benda itu digunakan untuk meredam teriakan korban selagi si pelaku bersenang-senang untuk menyiksanya.

Namjoon sedikit membungkuk ke depan. Jari kanan Somi menggenggam sesuatu. Mata Namjoon menyipit... itu tampak seperti Jeon Somi sedang menggenggam bunga amarilis merah muda di tangan kanannya. Kemudian di tangan kiri-

Namjoon mengambil sapu tangan di saku celananya dan membuka tangan kiri Somi yang terkepal.

Lonceng natal.

Oh tidak.

Rahang Namjoon terkatup ketika dia bangkit berdiri. Jeon Somi telah menghilang lebih dari tujuh puluh dua jam. Ketika wartawan itu tidak muncul untuk bekerja, atasannya mulai kewalahan mencarinya.

Jeon Somi adalah wartawan dari salah satu perusahaan surat kabar di Incheon, Kyung-Times News.

Pada awalnya Namjoon mengira jika Somi sedang sibuk menyusun berita-berita yang diburunya. Dia mengira jika wanita itu akan muncul dengan tajuk utama di surat kabar yang selalu membuat gempar warga Incheon.

Namjoon tidak pernah mengira jika hal ini akan terjadi...

Kurang dari satu bulan hingga tanggal dua puluh lima desember. Hari natal. Dan dengan pola pembunuhan seperti ini...

Luka tikaman di leher. Mata kiri yang di congkel. Amarilis. Lonceng natal.

Pers selalu menjadi sangat hebat dalam hal membuat koneksi.

"Ya." Akhirnya Namjoon bersuara, "Aku pernah melihat kasus pembunuhan seperti ini sebelumnya." Bukan kasus yang ditanganinya, tetapi Namjoon pernah mendengar cerita tentang kasus pembunuhan itu. Kisah para korban yang disiksa dan dibunuh. Persis seperti Jeon Somi. Bukan di Incheon. Kasus pembunuhan itu telah terjadi bertahun-tahun lalu, di Anyang.

Lagi. Namjoon mengamati luka pada tubuh korban.

"Kenapa bajingan itu meletakkan mayatnya di sini?" Tanya Jimin menuntut. "Ada banyak anak kecil yang bermain di taman ini. Anak-anak itu bisa saja melihatnya." Dia menghembuskan napas kasar. "Bajingan sialan."

Cape Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang