Terulur Kala Malam

42 0 1
                                    


Jangan takut Rindu, jangan! bila ditengah malam kau mendengar dernyit jendela kamarmu terbuka lebar. Sebenarnya, sebelah lengan telah terulur menerobos dingin angin malam dan mematuk tralis jendelamu. Kau tahu Rindu? Satu lengan dihadapanmu dapat terulur sejak orang tuamu melarang kau berhubungan dengan terlunta-terlunta. Sungguh, aku tersiksa bukan main. Jaman boleh saja modern, tapi dalam pencariaan jodoh selalu bobot, bibit, bebet yang diutamakan. Rindu, usai melepas pertemuaan denganmu hati yang bungah tertohok oleh gertakan bapakmu. Berlarut-larut keadaan makin kelam. Sampai suatu malam aku ditemui sok-sok yang tak akan kuceritakan langsung padamu. Ia lelaki kekar juga sangar. Mungkin kau pilih memejamkan mata daripada menatapnya, layaknya aku memalingkan muka saat berbicara dengannya. Barangkali ia laki-laki sakti dengan kemampuannya diluar akal.

Rindu, kini kuperkenalkan padamu lengan dari tangan yang bisa terulur lantas kembali lagi. Kalau kau risau mengapa cinta memberiku lengan yang tak wajar? Entahlah. Setidaknya cinta mampu memberikan jalan pada belahan hati yang terlarang. Rindu, sedang apa kau disana? apa mungkin kau terperengah ketika kedua bola mata hitammu menemukan sebuah tangan, dengan lengan yang menjalar sepanjang balik bambu? Aku telah mengetuk jendela kamarmu, tanpa kau temui sepasang tangan atau anggota badan yang lain. Rindu, Kamu tak perlu memaksa pita suaramu untuk melengkingkan suara hampa di udara. Jangan kau kerahkan seluruh tenagamu untuk mengusir tanganku, jangan pula kau panggil bapakmu yang dua kali lebih kekar dariku. Karena inilah aku, yang mengumpat pada satu tempat yang tak kau lihat.Aku ingat, dan terasa masih hangat aku terlelap diantara tumpukan kardus dengan kucing hitamku. lantas aku pergi menghampirimu.

Kau menarik selipat surat yang kujepit pada ibu jari dan telunjuk dengan jemarimu yang kurasakan sedikit gusar. --- Genggam saja tangan ini, bila kau tahu siapa yang bertamu. Gilang.---Terhitung tiga kedipan, telapak tanganku kau kepal dengan jemarimu. Kau mempercayaiku rupanya, lebih tepatnya dengan tangan yanag membawa secarik surat. Kukumu yang dulu sering kau warnai sedikit menggores punggung telapak tanganku. betapa aku masih mengingat bagaimana rasa jemarimu? Selalu ada rasa hangat ketika kedua telapak tangan kita berpeluk. Apa kau tahu Rindu? dua bulan yang lalu adalah terakhir kalinya aku dapat mengagumi keindahanmu. Gadis manis dengan jepit biru laut yang dulu kerap kali kau pakai itu membuat rambut ikalmu nampak makin ayu.

Tangan Untuk RinduWhere stories live. Discover now