volume 2

4 0 0
                                    

#mimpi_tetaplah_mimpi

CERITA SENJA TINA TINI
VOLUME 2

Persahabatan, memang hal itu indah. Janji untuk selalu bersama, itu juga indah. Tapi ada yang lebih indah. Yaitu tetap bersahabat meski tak lagi bersama. Itulah yang kini aku, Tini dan Reza coba jalani. Ya, kami berpisah, ya kami bertiga tak bersama lagi.

Tini memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, Di Bandung dan berkuliah disana. Sementara aku dan Reza masih tetap bersama di Universitas yang sama Di Jakarta. Mungkin kalian fikir ini adalah kesempatan emas. Tapi tidak bagiku, aku masih memegang janji itu. Janji untuk bersahabat, janji untuk saling memiliki. Walaupun Rasa ini masih tetap ada.

"Tin!"teriak Reza membuyarkan lamunanku.

Ini adalah hari yang baru bagi kami. Ini hari pertama kami masuk universitas. Dan seperti biasa aku dan Reza bersama, bergandengan tangan, menuju tempat dimana kami berusaha untuk menggapai mimpi.

"Tin, apa kau bawa barang barangnya?"tanya Reza saat kami telah sampai di aula sebelum kami pergi ke kelas masing masing.

Dan ya, aku dan Reza menggambil kelas yang sama. Dan pasti kami akan terus bersama. Setelah selesai acara penyambutan, kami langsung pergi ke kelas. Dan aku mengeluarkan barang barang yang dibicarakan Reza. Kalian pasti penasaran, barang barang itu adalah... Kuas, dan berbagai warna cat air. Ya, tebakan kalian benar. Reza berencana untuk mengecat dan melukis kelas. Ya, memang kami tidak selamanya berada dikelas ini tapi, hanya kelas inilah yang diperbolehkan oleh Rektor untuk di cat. Tentu saja kami meminta ijin terlebih dahulu, masa iya baru masuk dah bikin masalah. Sebelum dosen datang dengan kecepatan dan keahliannya, Reza menggambar didinding belakang kelas. Gambarnya adalah Sunset. Indah, tak ku sangka Reza bisa menggambar seindah dan secepat ini.

Dia hanya menggunakan waktu 1 jam untuk menyelesaikan gambarnya.
Sunset yang indah, ditambah gambar 3 orang yang menatap Sunset itu. Sang pria merangkul bahu salah satu dari gadis disana dan terlihat sangat menikmatinya.

Sementara gadis yang satunya terlihat bahagia dan terpesona melihat sunset yang ada dihadapannya. Tunggu, apa ini... oh tidak tidak, Tina, jangan dulu geer yah. Aku segera membuang jauh jauh pikiranku itu. Tak lama seorang dosen pun datang. Kami segera duduk ditempat yang telah kami pilih. Dan kalian benar lagi, Reza duduk disampingku.

*****

Hari hari berlalu begitu cepat, 1 bulan tak ada kabar dari Tini. Entah kenapa, mungkin dia sibuk. Tapi, mungkin saja dia lupa. Reza, hari ini ada yang berbeda darinya. Dia biasanya selalu ceria. Tapi sekarang, senyum pun tak tergambar diujung bibirnya sama sekali. Reza tak memperhatikan sekitarnya, saat aku berhenti dan melepaskan genggaman tangannya. Reza tak mersepon apapun. Dan aku tertinggal dibelakangnya. Reza sama sekali tak menyadarinya. Dan ternyata itu dimanfaatkan oleh seseorang.

"Tin, I Love You."kata kata itu tiba tiba terdengar dari belakangku.

Aku berbalik dan mendapati bayu anak fakultas musik, berdiri dengan bunga mawar ditangannya.

"Ap..apa maksudmu Bay?"tanyaku memastikan aku tak salah dengar.

"Ya, Tina aku mencintaimu."jawab Bayu terlihat yakin.

"Maaf Bay aku tak bisa."ucapku lalu berlari mengejar Reza yang semakin jauh.

Kalian pasti berpikir aku ini jahat, ya, aku mungkin jahat. Tapi, kalian tahukan cintaku tetap adalah Reza. Dialah satu satunya. Aku pun sudah bosan terhitung sudah 4 pria yang menembakku minggu ini, dan tentu saja aku menolak mereka. Ternyata pilihanku salah.

*****

Besoknya Reza tetap sama dingin dan tak ceria. Aku pun mencoba menghiburnya.

Cerita Senja Tina TiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang