Ketika rindu tak lagi menyiksa, ia kembali hadir bersama hujan tanpa disangka.
.
.Dinginnya sore menyelimuti bersama lembayung senja yang menghiasi. Si lelaki bersuara indah itu menapaki langkahnya sepulang dari gedung agensi.
Tak seperti bertahun-tahun yang lalu, dulu ia biasa bercanda tawa bersama partner-nya setiap kali mereka pulang bersama.
Aroma tanah dan tetumbuhan yang basah seusai hujan ini membuatnya rindu. Dulu, perjalanan pulangnya tak pernah terasa sepi dan sendu seperti saat ini.
Seandainya dulu ia sepakat untuk menonaktifkan sementara kegiatan unit grup mereka dan bukannya memutuskan kontrak seperti ini, mungkinkah ada yang berubah ?
Bisakah hari-hari seorang Mafumafu kembali berwarna ?
Seandainya dulu ia tahu keadaannya akan jadi begini, akankah ada yang berubah ?
Mungkinkah hubungannya dengan sang partner, Soraru, tetap baik-baik saja ?
Nyatanya, seusai hujan, belum tentu selalu membawa kebahagiaan padanya. Seperti saat ini, ia melamun kala kakinya menapaki sebuah jembatan kecil di taman. Tanpa sadar seseorang menabraknya hingga Mafu nyaris terpeleset di jembatan yang licin.
"Ah ! Itte !" erang Mafu.
Tak seperti di drama romansa ketika tubuh si heroine ditopang si lelaki yang menabrak, tangan Mafu menahan pegal karena berpegangan di pagar jembatan agar tak terjatuh.
"Ah, gomen. Aku kurang berhati-hati. Eh ...," seruan si lelaki yang menabrak itu tertahan saat menarik tangan Mafu.
"Ara ?" Mafu mendongak, suara dan wajah lelaki di depannya sangat familiar.
"Kau...,"lelaki itu menyibak poninya, matanya menatap Mafu tak percaya.
"Soraru-...san ?" Dan Mafu tak salah mengenali.
"Hisashiburi, Mafu. Apa kabar ?"
Dengan seulas senyum, sang partner lama, Soraru, memandang Mafu di jembatan berlatar semburat jingga di langit.
"Tanganku sakit, dan aku nyaris terjatuh. Sudah tentu aku tak baik-baik saja. Tapi, Soraru-san sedang ada pekerjaan di daerah sini ? Tumben sekali kita bisa berpapasan begini."
Setelah 3 tahun tanpa kontak, mereka bagi bertemu begini sudah tentu bagian dari takdir. Kalau tadi Mafu tak melintasi jembatan ini, mungkin kesempatan berbincang tak akan ada.
Dari serangkaian kebetulan dalam takdir, yang satu ini adalah kebetulan yang manis.
"Ya, ada temanku yang sempat meminta bantuan untuk keperluan pembuatan lagu. Kau sendiri, pekerjaanmu baru saja selesai ?"
Satu anggukan dari Mafu sebelum canggung dan sepi menyelimuti keduanya.
"Sou ka ... Ah, sebentar lagi sepertinya akan turun hujan. Kau bawa payung, 'kan ?" tanya Soraru berbasa-basi.
Saat ini mereka bersandar di pagar pembatas jembatan, dan entah mengapa masing-masing seakan ingin mengulur waktu agar tak segera berpisah.
"Aku bawa payung, meski apartemenku yang sekarang tidak terlalu jauh, sih. Memangnya payung Soraru-san tertinggal atau apa ?"
"Tadi aku terburu-buru datang kesini. Aku tak sengaja tertidur di apartemen, karena panik saat tahu aku nyaris terlambat mengikuti technical meeting, aku sampai lupa membawa payung," jawab Soraru sambil menggaruk tengkuknya.
"Soraru-san tertidur karena kelelahan ? Soraru-san baik-baik saja ?" tanya Mafu saat menyadari kantung mata Soraru yang menghitam dan nada bicaranya yang agak letih.
Setelah 3 tahun tak bersama, Mafu jadi mengkhawatirkan pola makan dan kesehatan yang tak lagi terpantau olehnya.
"Aku baik-baik saja, kok," jawabnya singkat.
Lagi-lagi hening. Jujur saja, keadaan ini mulai menyesakkan.
Mafu sweatdrop.
AARGH ! Bagaimana cara kami berbincang santai sampai bercanda beberapa tahun yang lalu, sih ? Teriak Mafu dalam hati.
Saat itu Mafu sadar, meski Soraru-san ada tepat di sampingnya saat ini, ada sesuatu hal yang membatasi kedekatan mereka.
Dan penyebab kerenggangan itu adalah waktu.
Setelah sekian lama tak bersama, lalu bertemu kembali secara tiba-tiba, segala pertanyaan di benak selama ini terhapuskan bersama rasa rindu.
Kumohon ... jangan turun hujan dulu....
Tak tahu harus berbuat bagaimana agar mereka bisa kembali berbicara tanpa beban seperti dulu kala. Tak tahu pula bagaimana harus mengakhiri kecanggungan ini.
Hei awan di atas sana, kali ini saja, bersahabatlah denganku dan jangan turunkan hujan.
Akankah dirinya sanggup mengatakan sesuatu yang akan memperbaiki hubungan retak mereka ?
Apakah sebaiknya ia pergi, atau bertahan menunggu keajaiban sehingga hubungan mereka kembali membaik ?
-Sore itu di atas jembatan, aku takut akan kembali merasa kehilangan-
-TO BE CONTINUED-
Ichika
11.11.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell Bridge - Soramafu✅
Fanfiction[COMPLETED] Di bawah hujan musim gugur kala itu, haruskah aku pergi ? Haruskah kurelakan semua memori indah di musim gugur yang telah berlalu ? Bolehkah aku menjadi egois karena tak ingin kau pergi kali ini ? Art in the cover isn't mine. Cover edit...