-Hanya payung yang menaungi, tiada lagi canda tawamu yang menemani-
.
.
"Twitter Soraru-san belakangan ini jarang aktif, ya?"
"Hng ? Belakangan aku sangat sibuk sampai jarang membuka sosia media-ku."
"Hee ... Soraru-san sudah jadi orang sibuk, ya, sampai melupakan aku ?" canda Mafu sambil menyikut ringan pinggang Soraru.
"Kau sendiri juga begitu. Tapi aku sering mendengar berita tentang kepopuleranmu di televisi."
Soraru mengulas senyuman hangat, dan Mafu tak menyangka Soraru masih sempat memperhatikan dirinya di sela-sela kesibukan.
"Aku juga sering, kok, melihat foto-foto Soraru-san di majalah-majalah !" sahut Mafu sambil terkekeh.
Dirinya berbalik menghadap pagar pembatas, Mafu pandangi kelopak-kelopak sakura yang jatuh ke sungai di bawah sana.
"Haha, terima kasih sudah membeli majalahku. Dan jangan pandangi fotoku terlalu lama, nanti kau rindu."
Kelakar Soraru menimbulkan semburat merah muda tipis di pipi Mafu. Ia tak menyahut, hanya menggembungkan pipi sambil menikmati pemandangan sore di jembatan itu.
"Tapi aku serius khawatir padamu, Mafu. Jangan sampai kau sakit karena terlalu sibuk bekerja."
Soraru mengacak rambut pirang Mafu yang telah berulangkali dicat dan ditutup wig itu. Sekali lagi, Soraru tersenyum pada Mafu yang salah tingkah. Namun senyuman itu kali ini terlihat menyesakkan dan sarat akan kesedihan.
"So-soraru ... -san ...."
"Ah ! Gerimis !" seru Soraru yang membuat Mafu refleks mendongak.
Sang langit di atas sana rupanya enggan mengabulkan harapan kecil Mafu.
"Gomenne, aku harus pergi duluan. Ada pekerjaan penting di laptopku yang tidak boleh sampai rusak, jadi ... sampai jumpa !" ujar Soraru sambil berlari meninggalkan jembatan itu dan melambaikan tangannya pada Mafu.
"Ah ? S-sampai jumpa ...." Mafu membalas lambaian tangan Soraru dengan gerimis yang perlahan menerpanya.
Padahal disaat mereka masih rukun dulu, Soraru mungkin hanya mengeluh dan akhirnya berjalan sepayung dengan Mafu. Namun sekarang situasinya sudah berbeda.
Kenapa buru-buru sekali ?
Kalau Mafu ingat lagi, dulu mereka juga bertengkar di saat gerimis begini. Mafu tak akan lupa dinginnya hujan yang berderai saat ia berari meninggalkan Soraru.
Panik, gelisah, kecewa, menyesal.
Payung di genggaman pun tak terpakai olehnya pada 3 tahun silam. Ia merasa sakit hati.
Dan di saat seperti sekarang ini, ia kembali menyesali keputusannya melarikan diri di masa lalu.
.
.
3 tahun yang lalu, keduanya berada di jembatan kecil yang sepi di area penginapan mereka.
Hari itu, usai sukses melaksanakan konser mereka, Soraru mendeklarasikan sesuatu yang tanpa ia sadari akan membawa banyak perubahan pada dirinya dan sang partner.
"Jadi, aku berencana menon-aktifkan sementara kegiatan After The Rain."
"Eh ? Nande ?" Mencoba tetap tenang, Mafu menanyakan ulang tentang ucapan Soraru.
"Aku ... sudah mengikat kontrak dengan perusahaan majalah dan menjadi cover model di sana untuk beberapa waktu. Aku juga sempat mendapat tawaran menjadi brand ambassadore untuk salah satu brand pakaian perusahaan itu."
"Lalu ?"
Soraru menghela napas. "Aku akan pergi ke luar negeri untuk menjalani pemotretan. Dan akan sulit untukku mengimbangi dengan kegiatan After The Rain."
"A-aku bisa membantumu, kok. Setelah Soraru-san kembali, kita bisa melanjutkan persiapan abum berikutnya," di bawah sinar rembulan kala itu, Mafu masih berusaha meyakinkan.
"Oh, kau yakin ? Bukannya kau juga harus shooting iklan dan drama tv yang akan kau bintangi ?"
"Eh ?"
Soraru mengeluarkan sebuah map dari tasnya lalu dengan sengaja melemparnya hingga jatuh ke jembatan itu.
Mafu membelalak saat mengetahui isi map yang berisi kontrak yang belum lama ini ia tandatangani tanpa sepengetahuan Soraru.
"Kau pikir aku tidak tahu ?"
Mafu tahu, saat itu bukan waktunya untuk tetap bungkam ketika Soraru menatapnya dingin.
"A-aku berusaha mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu ! Tapi kau sangat sibuk, bahkan saat tahu kau akan mengikuti pemotretan itu, jadi aku ...-"
"Jadi kau mencari kesalahanku ?' potong Soraru yang membuat Mafu semakin panik.
"KHH ! Aku tak peduli lagi ! Aku muak ! Aku berhenti dari After The Rain, cari saja partner lain yang bisa memahamimu !" bentak Mafu kemudian berlari meninggalkan jembatan itu.
Soraru melihat kepergiannya, namun kaki pun seakan mati rasa untuk mengejar.
Di jembatan itu, mereka berpisah. Gerimis mengundang, mengikuti suasana hati keduanya yang bahkan tak membuka payung seolah pasrah dengan keadaan.
Dan hubungan sehari-hari mereka semakin memburuk hingga hari penerbangan Soraru ke luar negeri tiba.
Mafu tak hadir untuk sekedar mengucap selamat tinggal di bandara, bahkan mengirim pesan pun tidak. Gengsi untuk meminta maaf ? Entahlah. Dan dampak yang terjadi, mereka putus kontak 3 tahun lamanya. Kekecewaan fans tak terhindarkan.
Mengetahui kabar masing-masing hanya melalui televisi atau majalah, semakin membentanglah jarak yang tercipta di antara keduanya.
.
.
Mafu membuka payung dan memakainya. Bunyi rintik air mengenai payung dan tanah menjadi pengiring latar perpisahan mereka yang kedua kali.
Ia menatap nanar ikan-ikan di sungai yang juga mulai diterpa hujan. Untuk sejenak ia terlarut dalam nostalgia.
Dan Mafu ragu, haruskah kali ini ia mengejar Soraru ?
Bagaimana kalau ternyata Soraru sudah pergi jauh ?
Apa yang harus ia katakan saat bertemu Soraru lagi ?
Mengucapkan permintaan maaf dan mengutarakan kerinduan ?
"Masih adakah kesempatan untukku memperbaiki hubungan ini ?"
.
.
-Aku terjebak dalam ketakutan yang sama, dinaungi payung bernama kegelisahan dan dilema-
-TO BE CONTINUED-
Ichika
12.11.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell Bridge - Soramafu✅
Fanfiction[COMPLETED] Di bawah hujan musim gugur kala itu, haruskah aku pergi ? Haruskah kurelakan semua memori indah di musim gugur yang telah berlalu ? Bolehkah aku menjadi egois karena tak ingin kau pergi kali ini ? Art in the cover isn't mine. Cover edit...