02. Si Baik Hati

24 5 0
                                    

Sekarang gue lagi jalan di lorong dengan tumpukan buku tulis Matematika sebanyak 30 buah. Gue menghela nafas, kenapa guru selalu kasih tugas seabrek meski itu gak terlalu susah.

Udah biasa ya, kalo sedikit terus susah, kalo banyak tapi gampang, Ya Tuhan apa salah kami yang menjadi seorang murid...

Turut prihatin gue ke murid yang masih gak paham dengan materinya...

Saking lama gue ngedumelnya ternyata gue udah sampe di depan ruang guru, gue langsung masuk. "Assalamualaikum...." Gue langsung celingak-celinguk nyari meja Bu Minah.

"Nah, itu dia." Gue buru-buru menuju meja Bu Minah, sreet...

"Eits, yaampun, mbak hati-hati ya kalau jalan... Nanti mbaknya jatuh..." Huh-hah-huh-hah.... Untung ada ni mas-mas. Kalo gak, gue udah jatuh Ya Allah, terimakasih.

Badan gue ditangkep sama cogan, mimpi apa gue semalem? "Eh, iya, makasih ya... Maaf kalo gue berat..." Kata gue yang gugup, gue nyari-nyari buku yang ada di tangan gue. Gak ada, ternyata jatuh, hhh... Masih jadi buku aja bikin gue capek, apalagi yang lain.

"Saya bantu ya, nih bukunya... Mau saya sekalian bantuin bawanya gak?" Tawar cowok itu, langsung gue jawab dengan gelengan kepala gue.

"Oh yaudah, saya duluan ya mbak." Kata cowok itu, gue lalu lanjutin nyari meja Bu Minah, akhirnya ketemu. Beban gue tamat deh...

Drrt...

Gue langsung buka hp gue, dan ngeliat pesan dari temen gue.

Chika.chi : De, buru ke kantin, gue udah pesenin Lo makan, buru.
Chika.chi : kantinnya udah mulai rame soalnya.

Thadea_DR : eh, iya.
Thadea_DR : makasih ya Chik.

Chika.chi : iya sama-sama. Buruan.

Gue langsung matiin hp gue dan jalan keluar ruang guru. Krieet...

"Hay."

"Eh, eh, acincang cincang bebek soang!" Gue buru-buru nutup mulut gue, abis suka latah mulu. Sedangkan orang itu cuma terkikik ngelihat gue, "Eh, Lo kan yang tadi nolongin gue?" Terka gue.

"Iya bener."

"Lah, kok? Kok masih disini gak balik Lo?" Tanya gue, dia gelengi kepalanya.

"Nggak kok, saya nungguin kamu." Kata dia masih dengan senyuman yang tadi. Gue naikin alis sebelah kanan gue, "Kok nungguin gue? Kenapa?" Tanya gue mengintrogasi.

"Gak apa-apa. Seru aja kayaknya, oh iya, mbaknya mau ke kantin?" Tanyanya, lah buset kok dia tau gue mau ke kantin. "I-iya sih, kok Lo tau?" Gue curiga nih cowok Dilan jadi-jadian sampe bisa ramal gue.

"Saya juga gak tau kalo saya tau, mau ke kantin bareng saya nggak mbak?" Tawarnya, enak aja Lo manggil gue mbak-mbak.

"Eh! Enak aja Lo manggil gue mbak! Emang gue mbak Lo hah?!" Ketus gue, dia langsung nundukin kepalanya. "Euh, maaf ya mbak. Saya gak tau." Kata dia.

"Udahlah, gapapa, yok ke kantin gue juga udah laper." Ajak gue, matanya langsung berbinar. Dan dia menganggukkan kepalanya, dan nyusul gue yang udah jalan lebih dulu.

▪️▪️▪️

"Hay, guys, mana makanannya?" Tanya gue begitu sampai di meja kantin.

"Bentar, Kak Chiko lagi bawain buat kita, tuh orangnya." Chika nunjuk belakang gue, gue nengok kebelakang dan liat si Chiko yang lagi bawa 3 nampan.

Satu di kepala, satu di lengan kiri, dan satu di lengan kanan. Hebat ya si Chiko baru tau.

"Loh Ko, kok cuman 3 makanan buat Lo mana?" Chiko cuma ngegeleng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The School PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang