Monolog Kucing Tua

42 3 0
                                    

Di tempat nan jauh di mata, dan tak ada yang mengetahuinya, aku mencarinya. Aku mencarinya, karena dia juga mencariku.

Aroma tubuhnya, di balik pintu yang berat itu..

"Daru.."

Kata-kata itu selalu diucapkannya, entah apa maksudnya, aku tidak tahu. Yang aku tahu, diriku merasa hangat saat ia mengucapkan kata itu.

"Terimakasih ya Daru, karena telah menemaniku sepanjang waktu!"

Perempuan yang kucintai. Aku adalah kucing miliknya.

Dia dan apartemennya ;

Di hari yang amat terik pada musim panas. Teman yang tinggal bersamanya, telah pindah. Dengan begini, kehidupan kami berdua pun dimulai.

Setiap pagi dirinya, selalu bangun pada jam yang sama, dan menyiapkan sarapan untukku. Sarapan yang seperti biasa, dan kebaikannya yang juga sama seperti biasanya. Dengan jepit rambut yang cocok dikenakannya, menjadikan dia perempuan paling cantik, dan kemudian dia berdiri lalu menyongsong cahaya pagi hari.

"Aku berangkat dulu.."

Dia memilih untuk tinggal jauh dari ibunya. Menjadi wanita mandiri, berharap suatu saat nanti akan mampu berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Kepedihan yang dia rasakan, tersampaikan pada tubuhku. Aku tak bisa melakukan apa-apa untuk mengobati kepedihannya.

Hari selanjutnya, sama seperti hari-hari biasa, dia sangat cantik dan amat baik.

"Selamat pagi, Daru.."

Dia juga memberikanku senyuman manis yang sangat kusukai.

Hari ini pun dia berdiri, dan membuka pintu yang berat itu. Di balik pintu itu, terdapat dunia yang tak sempurna dan agak kejam. Dunia yang seperti itu, berusaha untuk dia cintai sepenuh hati. Aku sangat menyukai dirinya yang seperti itu.

Sesekali, dunia yang kejam itu terlihat begitu indah dengan bulu berwarna jingga

"Sungguh senja yang indah ya, Daru?"

Aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Tapi saat ini, kuyakin kami berpikir mengenai hal yang sama.

Pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat senja yang mencolok terjadi. Setelah hujan lebat, ibunya membawaku pulang untuknya. Dan dengan begitu, akupun menjadi kucing miliknya.

Dia dengan langitnya ;

Waktu itu, dia masih muda, dan dengan jepit rambutnya pun terlihat indah. Meski begitu, di hatinya terdapat kehampaan yang besar. Aku tidak tahu harus bagaimana untuk mengisi kehampaan hatinya.

"Ada apa?"

Tanpa sengaja, aku memecahkan gelas kesayangan pemberian ayahnya. Ekspresi wajahnya yang memerah, dan dia berteriak begitu kencang-- syukurlah, sepertinya dia kini lebih bersemangat.

Dia membawaku keluar, dengan keranjang kecil, sama seperti waktu ibunya membawaku pulang.

"Aku lebih baik sendirian. Kamu juga berfikir begitukan?"

Udara di alam terbuka rasanya menyegarkan. Indah sekali. Oh, jadi ini, yang ingin dia perlihatkan padaku.

"Ternyata benar, kamu lebih suka di alam terbuka. Selamat tinggal.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monolog Kucing Tua (Oita Neko no Hitori Goto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang